≡ Menu

Memaksimalkan penggunaan satu flash untuk membuat foto lebih berdimensi

Dalam berbagai percakapan antara sesama fotografer seringkali dimunculkan topik bagaimana membuat foto menjadi lebih berdimensi, dan biasanya setelah itu akan berlanjut pembicaraannya mengenai penggunaan flash maupun lampu studio untuk membuat sebuah foto tersebut menjadi lebih berdimensi.Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan foto yang berdimensi? Jawaban sederhana dari pertanyaan tersebut adalah foto tidak flat/datar serta tidak membosankan. Kalau mau jawaban detailnya, hmmmm… saya susah mengungkapkan, tapi bisa merasakannya. Hehehe… Karena saya bukan seorang fotografer akademisi, mari kita coba membahas sedikit dan berbagi sedikit tips praktis untuk hal ini.

Banyak cara membuat foto tersebut terlihat lebih berdimensi, salah satunya adalah dengan memperhatikan pencahayaan. Selain penggunaan cahaya yang ada (available light), umumnya fotografer menggunakan tambahan artifisial light berupa lampu studio atau speed light yang dikenal juga dengan istilah Flash. Penggunaan flash ini biasanya lebih mudah dan efisien, orang menyebut dengan nama teknik Strobist dan dalam satu pemotretan jumlah flash yang digunakan bisa beragam jumlahnya, bisa satu, dua, tiga hingga lebih untuk membuat foto sesuai dengan yang diinginkan.

Agar lebih sederhana dan mudah dimengerti, saat ini saya mau coba berbagi dengan cara membahas foto yang dibuat dengan bantuan satu flash saja terlebih dahulu.

1. Penggunaan satu flash dengan bantuan Umbrella transparant

 Seperti pada tulisan saya terdahulu, hal pertama yang saya lakukan saat akan memulai pemotretan adalah mengamati kondisi cahaya matahari. Lokasi pemotretan ini berada pada tempat yang cukup teduh dan terlindung dari cahaya matahari langsung. Dengan kondisi demikian saya memutuskan untuk menggunakan tambahan Umbrella transparant (shoot-through umbrella) pada flash, payung ini sangat sakti untuk melembutkan cahaya flash dan lebih praktis penggunaannya untuk strobist.

Foto 1. Penggunaan satu flash dengan bantuan Transparant Umbrella

Photo By : Purnawan Hadi

Posisi flash dapat dilihat pada Lighting Diagram dibawah ini. Power pada flash sekitar 1/4 dengan zoom 35mm, sehingga cahaya flash menyebar secara cukup merata ke model dan lingkungan sekitarnya.

www.lightingdiagrams.com

Nikon D90 – AF-S 18-105 VR, ISO-400, F/5, speed  1/200,  Spot Metering

Karena saya menggunakan trigger dengan tipe non HSS, speed maksimal yang dapat dibaca oleh recievernya adalah 1/200. Jadi  saya patok settingan speed pertama kali adalah 1/200. Kemudian saya mencoba mengatur bukaan Diafragma. Mungkin berbeda dengan teman teman lain yang suka memotret dengan lensa bukaan besar seperti F/1.4 atau F/1.8, saya pribadi menyukai bukaan diafragma antara F/8 hingga F/16, sehingga nyaris semua komponen di foto saya menjadi tajam dan saya membentuk dimensinya menggunakan cahaya flash. Karena kondisi sangat teduh dan terlindung pepohonan, saya hanya bisa mendapatkan F/5 itupun dengan ISO-400. Tapi menurut saya ini cukup dapat detailnya, seperti pada foto diatas.

2. Penggunaan satu flash dengan Reflector bawaan.

Pada foto berikut saya ingin menunjukkan hasil pemotretan satu flash dengan menggunakan reflektor bawaan, bentuknya bisa dilihat pada foto Light Diagram dibawah ini.

Foto 2 .Penggunaan satu flash dengan Refletor bawaan

Photo By : Purnawan Hadi

Foto ini saya ambil sekitar jam 5 sore dengan posisi pencahayaan berada dalam bayangan dinding, sehingga cahaya matahari tidak menyinari model secara langsung, sehingga dengan cahaya yang masih agak terang saya memutuskan tidak menggunakan payung seperti pada foto 1. Terilhat karakter cahaya yang dihasilkan sedikit lebih keras daripada foto pertama diatas.

www.lightingdiagrams.com

Nikon D90 – AF-S 35mm 1.8, ISO-200, F/5.6, speed  1/160,  Spot Metering

Flash di set dengan power sekitar 1/8 dengan zoom 50mm, flash tidak saya arahkan langsung ke model namun pada tumbuhan yang ada dilatarbelakang model. Dengan zoom 50mm, sebaran cahaya masih cukup lebar untuk menerangi model yang berada pada sisi agak kekanan. Settingan yang saya gunakan untuk ini adalah ISO-200, F/5.6, speed  1/160,  menggunakan lensa AF-S 35mm 1.8.

3. Penggunaan satu flash tanpa aksesoris lain.

Pada contoh kali ini pemotretan dilakukan dengan cahaya matahari yang sangat keras. Bisa dilihat pada bagian kanan foto yang over karena cahaya matahari. Saya menggunakan cahaya matahari yang cukup keras ini sebagai rim-light.

Foto 3 . Penggunaan satu flash tanpa aksesoris lain

Photo By : Purnawan Hadi

Kita harus sebisa mungkin memaanfaatkan serta memaksimalkan kondisi cahaya matahari ataupun cahaya yang tersedia untuk membuat dimensi pada foto. Pada kondisi matahari yang keras ini saya menggunakan flash tanpa aksesoris apapun, dengan full power dan zoom sekitar 70mm sehingga cahaya lebih terpusat pada satu arah.

www.lightingdiagrams.com

Nikon D90 – Tokina AF 12-28mm F4, ISO-200, F/14, speed  1/200,  Spot Metering

Saya menggunakan bukaan Diafragma F/14 sehingga selain cukup membatasi cahaya yang masuk, juga membuat detail foto jelas dari ujug ke ujung. ISO saya tarus pada posisi terendah di ISO-200 dan speed saya batasi di 1/200 karena trigger yang saya gunakan tidak mendukung fitur HSS.

Semoga tulisan saya kali ini dapat membantu rekan rekan semua yang ingin lebih mempelajari penggunaan flash. Salah satu cara yang terbaik untuk menguasai penggunaan flash ini adalah dengan terus dan terus berlatih memotret.

Salam,

Purnawan Hadi
www.purnawanhadi.com

https://plus.google.com/u/0/+PurnawanTaslim/posts

About the author: Purnawan Hadi adalah seorang fotografer lepas, suka pada Fashion, Product dan Street Fotografi. Suka belajar dan berbagi mengenai fotografi. Saat ini tinggal di Solo dan Denpasar. Silahkan kunjungi juga Instagram: @purnawanhadi

{ 45 comments… add one }
  • rafi September 17, 2018, 11:32 am

    terima kasih atas penjelasannya. masih belajar pakai lighting. gak pernah pakai sih karena lebih sering nge-landscape.

  • rio riyanto June 8, 2017, 10:14 pm

    Mas .saya kan tidak punya flas yang hss…klo mau foto siang hari tapi di aperture f 1.8 itu pastinya kan over exposure…cara mengatasinya gimana mas . Apa lensanya di kasih ND filter .bisa ndak ya .?

  • Rio October 23, 2016, 12:10 am

    Ko, saya mau Tanya. Flash yongnuo yn560 iii sudah bisa TTL Gk ya?

    • Enche Tjin October 23, 2016, 9:08 am

      Setau saya belum bisa.

      • Purnawan Hadi October 23, 2016, 9:16 am

        Hai Mas Rio, kalau boleh saya tambahkan jawaban Mas Enche. Untuk Flash Yong Nuo yang udah bisa TTL adalah seri YN568EX ke atas…

  • Robin September 22, 2016, 4:15 pm

    koh enche , mau tanya nih , kalau baru mau mulai Photo Studio Rumahan ( kecil”an ) butuh apa saja ya kira” koh ?
    thankyou koh .

  • Ngurah August 18, 2016, 10:26 am

    Permisi senior2 ada referensi kah flash external untuk canon 80d ?
    . Sama 1 lagi itu mas hadi lagi photonya di bali ya ?

    • Enche Tjin August 19, 2016, 8:26 am

      Cukup banyak, mau cari yang merk Canon atau yang lainnya?

      • Ngurah August 19, 2016, 12:55 pm

        Yg harga nya tidak trlalu mahal tapi berkualitas dari merk canon , yongnuo sma shanny ada yg recomended bang ? Type nya ..
        Maklum saya pemula tapi pengen belajar flash

  • okta October 3, 2015, 7:21 pm

    Mas mau tnya,
    Sya msih pemula, tpi berani ambil job.. Hehehe, karna sya pikir bkan soal bayaran, tetapi yg ada dalam benak saya adlah mencari ilmu…
    Tetapi yg sya mau tnya kan ialah, kamera yg cucok untk job liputan apa yah,, Nikon D7100 atau D700 beserta lensa yg cocok dgn kamera tersebut…???
    Mohon bantuannya bang,,,???

    • Enche Tjin October 5, 2015, 4:44 am

      Nikon D700 kamera bersensor full frame yang sangat baik untuk foto liputan. Lensa yang cocok lensa 24-70mm f/2.8 (ada beberapa versi, yang murah Sigma, yang agak tinggi harganya Tamron dan Nikon).

  • joe May 30, 2015, 1:32 pm

    artikelnya sangat membantu sekali untuk pemula seperti saya yang mempelajari fotografy.

  • Raka December 23, 2014, 11:47 am

    Mas saya masih pemula body kamera saya 600d cocok nya pake lensa apa ya canon 18-135 atau pake lensa sigama 18-200 ?

    • Enche Tjin December 23, 2014, 12:52 pm

      Bagus yang Canon 18-135mm

  • Purnawan Hadi December 11, 2014, 12:45 pm

    Waaah.. pada semangat nih 🙂

  • anto December 11, 2014, 10:21 am

    Kalo saya ikut kursus dulu deh baru mikirin tour,haha…hayuk nabung dulu..

  • Agisnu December 10, 2014, 10:57 pm

    Justru otodidak itu jalan terbaik untuk belajar bang Anto..
    Saya pernah minta ajarin (private) sama senior saya disini dia malah bilang, “Buah yang masak di pohon pasti lebih enak dari pada yang di peram (karbitan)”. Kalau di tanggapi negatif sih saya mikirnya dia pelit ilmu, tapi kalau di tanggapi positif.. dia nda mau sia sia menumpahkan ilmunya yang belum tentu bisa saya serap dengan skill saya yang masih cetek waktu itu. Bukan maksud meng-guru-i ya bang, cuma biar bang anto tetap semangat otodidaknya. Tapi lebih bagus lagi kalau di tambah ikut kelasnya bang Enche, saya juga pengen ikut tournya tapi belum ada modal.. Hehe 🙂

  • Agisnu December 10, 2014, 10:27 pm

    Pasti tu bang, saya sudah hampir 3 tahun mantengin infofotografi.com
    Malah hampir tiap hari ngecek artikel baru, soalnya masih haus ilmu.. Hehe
    Kalo boleh share tips tips bikin video pake DSLR dong bang, saya lagi coba coba bikin clip video pake DSLR 🙂

  • anto December 10, 2014, 3:43 pm

    Trimakasih banyak mas Hadi dan mas Agisnu atas saran2nya, jadi benar ya jadwal motret yang ideal untuk jenis foto tsb memang pagi dan sore ya, haha..penasaran aja kalo siang hari bolong buat motret outdoor di pantai kayak apa hasilnya..
    Untuk Mode Program saya memang mau “ukur” langitnya dulu misalnya di dapat bukaan 11 speed 1/200 dgn iso 200
    Kemudian mode Manual tetap dengan speed dan iso yang sama tapi di bikin under langitnya 2 stop
    Itu yg saya pelajari di bukunya Adimodel ttg teknik strobist flash
    Tapi kalo posisi dan jadwal motretnya kurang pas ya tetep gak jadi yah..
    Saya belajar otodidak dari buku aja mas, setiap ada topik pemotretan yang menarik saya praktik beneran, suatu saat pengen juga ikut kelasnya Pak Enche..
    Matur nuwun mas Hadi..link photo session at Kintamani Bali nya mantab abis and di tunggu sharing2nya yang lain yah
    Salam dari Jogja..

    • Purnawan Hadi December 10, 2014, 4:57 pm

      You’re welcome mas, senang bisa saling berbagi :). Colek Pak Enche nya, kapan mau buat kelas di Jogja nih 🙂

  • Agisnu December 10, 2014, 12:48 pm

    Ikut nimbrung ya bang anto.. Sebenarnya posisi pemotretan bang anto sama persis dengan bang hadi kalau flash diagonal dengan matahari. Jadi perbedaannya cuma sudut ketinggian matahari (13:00pm). Jadi mungkin nda dapat langit birunya karna masih kurang di underexposure karna matahari terlalu terang atau langitnya lagi ditutupi awan tipis(putih kabut). Maaf kalau tebakan saya salah mas, cuma mau coba bantu cari solusi.. Hehe

    • Purnawan Hadi December 10, 2014, 2:05 pm

      That’s right Mas Agisnu… hal ini karena arah sudut cahaya matahari, itulah kenapa di daerah eropa hasil foto nya rata rata punya langit biru.. karena motret jam berapapun posisi mataharinya gak tegak lurus seperti kita yang di khatulistiwa.. tetapi jangan salah, moment sunrise dan sunset nya paling mantap di daerah kita 🙂

  • anto December 10, 2014, 12:24 pm

    Oh ya mas, posisi flash di pegang teman di sebelah kiri saya jadi arahnya diagonal sama matahari

    • Purnawan Hadi December 10, 2014, 2:18 pm

      Saya jawab disini masalah beberapa point yang mas Anto sebut diatas ya 🙂

      1. Langkah 1 dan 2, dimana mas mecoba mengukur cahaya menggunakan mode “P” kemudian ganti lagi ke manual dengan melakukan “under exposure” beberapa stop tidak perlu dilakukan. Kenapa ? Karena semua bisa dilakukan langsung dari Mode “M” 🙂

      2. Jika mas menggunakan Flash, maka metering tidak perlu lagi menjadi tepat di posisi “0”. Kenapa ? karena intensitas cahaya yang mas ukur tanpa flash akan jadi saat berbeda saat objek nya di samber oleh cahaya flash 🙂 logis kan? 🙂

      3. Jadi jika ingin mendapatkan foto dengan langit biru bersih dan menggunakan flash, selain masalah waktu pemotretan dan posisi matahari… pertama ketahui batasan speed flash nya mas… dari trigger yang digunakan juga. Jika peralatan tersebut non HSS, artinya cahaya flash yang dapat ditertangkap kamera hanya maksimal 1/200, lebih dari itu misalnya 1/300 akan membuat sebagian foto menjadi gelap. Kedua, ISO tentunya ditaruh di angka terkecil.. karena suasanya terang benderang, lain hal nya jika mendung 🙂 Ketiga, dengan pengetahuan akan segitiga exposure, mas cukup bermain di angka F saja. 🙂 that’s it! gak usah ribet menggunakan “under” kecuali mas menggunakan mode A.

      Satu hal yang perlu diingat, tidak ada angka pasti untuk membuat sebuah foto dengan kondisi tertentu 🙂 disni kreatifitas kita digunakan… jika boleh Om Enche, saya permisi untuk memberikan satu link foto saya yg lain dari Google Plus untuk Mas Anto disini melalui link https://plus.google.com/u/0/+PurnawanTaslim/photos/photo/6017164049190152962?pid=6017164049190152962&oid=114226493354271341433

  • Agisnu December 10, 2014, 12:23 pm

    Wah, ini yang saya tunggu tunggu dari minggu kemarin.. Makasih banyak untuk tulisannya bang hadi, saya jadi ada tambahan ilmu lagi 🙂

  • anto December 10, 2014, 11:13 am

    Waktu pemotretan setelah makan siang jam 13.00, posisi matahari msh di atas agak samping kiri model (kalo dari posisi saya yang motret matahari diatas agak ke kanan). Waktu siang itu kondisi pantai relatif sepi karena panas, kalo dah sore sudah rame jadi mengganggu background karena format foto horizontal, saya jg lupa bw reflektor dan tanpa filter ND, cuma filter UV aja untuk pelindung lensa dari debu pasir, itu aja mas..

    • Purnawan Hadi December 10, 2014, 2:02 pm

      Nah, ketemu sudah jawabannya 🙂 tebakan mas Anto dibawah ini bener banget… saya sarankan kalau ingin mendapatkan langit yang biru dan bagus, memotretlah antara jam 6 hingga jam 10 pagi atau sekitar jam 3.30 hingga matahari terbenam 🙂

      Jika ingin langitnya biru, selalulah membelakangi matahari.

  • anto December 9, 2014, 5:47 pm

    Mas saya sangat tertarik pada foto terakhir, itu metering pada mata modelnya atau ke langit birunya?saya pernah coba motret model di pantai kondisi panas terik tapi gagal dapat birunya langit, langkah2 saya waktu itu:
    1.Mode Program fokus ke langit biru (jauh dari matahari) dpt F 11
    2.Ganti mode Manual fokus ke langit lg tp dibikin under 2 stop ke F 16.
    3.Arahkan flash tanpa difusser dengan ke model
    Flash saya SB 900 GN 45 bukaan F.16 jarak 3m power 1/8-1/2
    Apakah cara2 ini salah mas?apakah butuh tambahan filter atau reflektor untuk memantulkan cahaya ke model?trimakasih banyak udah berbagi mas..

    • Purnawan Hadi December 9, 2014, 7:09 pm

      Boleh ditambahkan informasinya mas, posisi matahari ada dimana ? dibelakang model atau dibelakang fotografer ?

      • Purnawan Hadi December 9, 2014, 7:12 pm

        Maaf, dan juga jam berapa Mas Anto melakukan pemotretan ?
        Karena posisi matahari sebagai sumber cahaya akan sangat mempengaruhi pada hasil yang diinginkan.

  • anto December 9, 2014, 3:45 pm

    Kalo untuk jarak & power flash untuk foto2 tsb dgn umbrella/softbox/difusser apakah mas jg menggunakan rumus GN=jarak x bukaan, atau trial & error aja?karena setahu saya kalo flash sudah dikasih pelembut cahaya atau di bouncing rumus tsb tdk berlaku lg ya, makasih..

    • Purnawan Hadi December 9, 2014, 4:26 pm

      Bener Mas Anto, rumus tersebut tidak berlaku lagi saat diberi aksesoris tambahan pada flash. Jadi saya melakukan setting power dan jarak berdasarkan pengalaman pada pemotretan sebelumnya, dan nati akan diset ulang agar sesuai dengan hasil yang diinginkan.

  • anto December 9, 2014, 10:52 am

    Trims mas atas jawabannya, tanya lagi boleh ya? pertimbangan apa mas pake spot metering untuk semua foto tsb? apa karena posisi model yang memang kurang cahaya?atau hanya ingin mengangkat shadow di wajah model?

    • Purnawan Hadi December 9, 2014, 3:07 pm

      Halo Mas Anto, spot metering gunanya bukan untuk mengangkat shadow diwajah model ataupun menaikkan cahaya. Pertimbangan saya selalu menggunakan spot metering adalah karena spot metering pengukurannya yang paling akurat pada titik yang ingin saya ukur pencahayaannya 🙂

  • anto December 8, 2014, 5:44 pm

    Untuk foto terakhir bagaimana kalo kita ingin foto tetap berdimensi tapi bisa memunculkan awan birunya tanpa photoshop, sebaiknya filter CPL atau ND yang di gunakan?dan settingnya apakah harus under exposure dulu atau bagaimana mas?trims..

    • Purnawan Hadi December 8, 2014, 8:18 pm

      Pada foto terakhir itu awan biru nya asli kok Mas Anto, gak di sotosop 🙂 Filter CPL atau ND fungsi sebenarnya bukanlah untuk membirukan langit… ingin langit biru ? hindari memotret menghadap ke arah matahari 🙂 Lihat foto yang terakhir, semakin jauh dari arah matahari, maka langitnya akan terlihat semakin biru 🙂

  • yusup December 7, 2014, 2:43 pm

    Terima kasih banyak sharingnya, Om. Sangat memberi pencerahan. Apa lg utk sy yg smp skrg ngerasa msh blm bs memaksimalkan fungsi flash. Mungkin bs sharing jg tips2 utk motret dgn flash menempel di kamera? Terutama utk melakukan foto liputan N di mlm hari. Terima kasih.

    • Purnawan Hadi December 7, 2014, 8:50 pm

      Thanks mas Yusup, next time akan kita coba bahas deh untuk flash yang nempel di kamera secara lebih detail. Saran saya kalau untuk liputan dan harus menggunakan flash di body kamera, gunakan flash yang ada fungsi TTL. Pengukuran cahanya akan lebih akurat dan otomatis, sehingga lebih memudahkan saat memotret liputan acara.

      • yusup December 8, 2014, 2:14 am

        Oh, ya, jd keinget. Pernah ada pengalaman pake Lambency flash diffuser (KWnya Ger Fong)? Kl misal utk foto plg atas umbrellanya diganti pake Lambency gmn?

        • Purnawan Hadi December 8, 2014, 6:47 am

          Efeknya beda, mas Yusup pasti tahu kalo Lambercy Flash ala Ger Fong akan lebih mengarah ke satu titik jika diarahkan langsung ke object, dan jika dihadapkan keatas penyebarannya memang cukup rata… tetapi tidak cukup kuat untuk digunakan di outdoor… beda efeknya dengan payung yang menyebarkan cahaya namun powernya masih cukup terasa untuk ooutdoor… Silahkan dicoba dan bandingkan mas 🙂

        • Enche Tjin December 8, 2014, 8:37 am

          Iya benar kata pak Purnawan Hadi, di dalam ruangan, cahaya yang disebarkan oleh Lambency terpantul kembali via tembok, tapi kalau outdoor, jadi sia-sia, karena gak ada permukaan yang dipantulkan, jadi boros energi flash.

Cancel reply

Leave a Comment