Selamat tahun baru 2016. Kali ini saya ingin berbagi cerita tentang bagaimana memotret kembang api yang biasa didapatkan saat malam pergantian tahun. Setelah dapat info kalau di dekat rumah saya ada sebuah mal yang akan mengadakan pesta kembang api, saya tidak ingin melewatkan kesempatan ini untuk hunting foto kesana. Canon 70D, lensa Sigma 17-70mm dan sebuah tripod saya siapkan dan jelang jam 22.00 WIB saya bergegas ke lokasi yang dimaksud.
Sampai disana seperti yang saya prediksi sudah ramai sekali orang, jalanan pun sudah macet. Untungnya saya pakai roda 2, dan langkah pertama yang saya pikirkan adalah mau cari angle dari mana. Tidak mudah memang karena jalan sudah penuh orang dan kendaraan parkir, sampai akhirnya spot yang cukup ideal saya dapatkan. Prinsipnya sih asal bangunan mal bisa ikut masuk ke foto aja supaya ada subyek yang menjadi pelengkap, tidak sekedar foto kembang api di langit malam yang kosong. Tapi keadaan di lokasi yang saya tempati ternyata kurang ideal untuk mengambil foto, karena untuk menempatkan tripod saja tidak banyak ruang sisa. Banyaknya orang yang berdiri membuat saya terpaksa mengatur tripod ke posisi tertinggi yang membuatnya jadi kurang stabil (kamera lebih mudah goyang).
Untuk mendapat jejak kembang api yang menarik perlu memotret pakai shutter lambat, dalam hal ini saya manfaatkan mode Bulb di kamera. Kenapa, karena saya tidak bisa prediksi berapa detik butuhnya, maka dengan Bulb saya bisa menyesuaikan lamanya shutter dibuka dengan pergerakan kembang apinya. Bukaan saya set di f/18 supaya lampu jalanan yang ikut masuk kedalam foto jadi ada efek bintang, lagipula dengan f/18 dan ISO 100 saya bisa pakai shutter lambat tanpa kuatir terlalu terang di bagian highlight-nya (dalam hal ini lampu-lampu mal). Fokus lensa diset manual (MF) ke infinity, tapi saya pastikan lagi melihat akurasi fokusnya ke bangunan mal memakai live view, diperbesar. Dengan memilih fokal lensa cukup lebar, komposisi foto saya atur sedemikian rupa sehingga bangunan mal ada di 1/3 bagian bawah dan langitnya lebih dominan, toh nanti bisa di crop sesuai kebutuhan saat editing.
Tibalah saat yang ditunggu, detik-detik pergantian tahun sudah ditampilkan di layar. Saat tepat jam 00.00 WIB maka riuh terompet dan suara kembang api memeriahkan pesta pergantian tahun ini. Kembang api aneka bentuk dan warna pun dilontarkan ke langit dengan bergantian. Dengan mode Bulb saya tinggal putuskan kapan foto akan diambil, lalu shutter tetap terbuka untuk merekam jejak kembang api dan yang penting saya harus memutuskan kapan melepas/menutup shutter. Terlalu lama dibuka akan membuat langit jadi penuh kembang api yang kesannya kurang baik, tapi terlalu cepat menutup shutter juga kembang apinya kurang dramatis. Dari beberapa percobaan didapat yang paling ideal sekitar 6 detik tiap fotonya.
Sekira 10 menit pesat kembang api berlangsung dan saya perhatikan semakin lama asap yang ditimbulkan semakin pekat dan di hasil foto terlihat jelek. Usai pesta kembang api saya pun pulang untuk mengurus editing fotonya, yang tentunya diambil pakai RAW. Untungnya keadaan yang tidak bisa dihindari di lokasi seperti banyaknya asap, kontras yang kurang ideal dan sebagainya bisa diperbaiki melalui editing. Dengan editing juga saya pikirkan crop terbaik sesuai letak kembang api yang ada, dan bereksperimen dengan berbagai aspek rasio seperti aslinya sensor 3:2 atau 4:3 atau bahkan 1:1 boleh-boleh saja seperti foto-foto berikut ini (klik foto untuk ukuran yang lebih besar) :
Itulah cerita berbagi pengalaman saya saat memotret kembang api, bagaimana dengan pengalaman teman-teman saat foto tahun baruan kemarin?
————————————————————————————————————
Untuk belajar setting dasar kamera DSLR, ikuti kelas Kupas Tuntas DSLR Nikon (9 Januari) atau Kupas Tuntas DSLR Canon (10 Januari). Untuk jadwal kelas selengkapnya ada di halaman ini.
Comments on this entry are closed.
Kang, sya punya sony a5100
Mau blajar lbih dalam pling enak gmna ya ? Slain diutak utik
Klo pake buku, Pake buku apa?
Apa sama prinsipnya dngan SLR.?
Terimakasih tutorial kembang apinya, mudah dipahami dan dipelajari. Akan saya simpan untuk akhir tahun 2016…(lama sekali ya….)
Pengalaman saya pribadi ketika memotret kembang api di yokohama, memang perlu satu hari study area yang terbaik buat memotret. Bahkan ketika itu saya tidak di spot langsung kembang api-nya. Tetapi mundur lebih dari 3 kilometer buat ambil latarnya, tidak hanya kembang api.
Pake self timer berapa detik mas erwin? Atau pake kabel realese?
Untuk mode bulb ketika harus menekan tombol shutter dan menahan apa tidak membuat tripod goyang ya? apalagi tripod dengan tinggi maksimal. Tetapi foto disitu terlihat fine fine saja hahaha
Tekan dan tahan, soal goyang kan tergantung tangan kita juga. Idealnya pake shutter release cable.