≡ Menu

Lebih dekat dengan Olympus di peluncuran Olympus PEN F

Hari Selasa, tanggal 26 April 2016 saya diundang di acara peluncuran kamera Olympus PEN F. Di acara ini, saya bisa mengenal lebih jauh tentang filosofi Olympus dan posisi Olympus dan khususnya Olympus PEN F di tengah kamera digital mirrorless yang menjamur. Kali ini, ada tiga pembicara yang mengisi acara, antara lain Bpk Lucas Tan (Regional product manager, Imaging Business Division, Southeast Asia & Oceania), Bpk. Sandy Chandra (Marketing manager OCCI), Johnson Sahala (Marketing Product Supervisor OCCI).

Dari kiri: Johnson, Lucas, Sandy

Di acara peluncuran yang bertempat di restoran Bits & Bobs di kawasan niaga Sudirman (SCBD) ini, dihadiri oleh berbagai kalangan media, antara lain majalah Chip Foto Video yang diwakili oleh Bpk. Sri Sadono, majalah Digital Camera World yang diwakili Bpk. Yuliandi Kusuma, Bpk Anggoro dari detik.com, Kontan, jeruknipis.com dan lain lain.

Dari Pak Johnson dan Pak Sandy, saya mendapatkan banyak informasi tentang fitur-fitur baru kamera flagship (kamera unggulan) Olympus ini. Dari Mr. Lucas Tan, saya mendapatkan lebih banyak informasi tentang berbagai hal, termasuk focus, arah Olympus di dunia fotografi, dan profil fotografer sasaran Olympus PEN F ini.

Sebelum acara ini, saya diminta untuk menyumbangkan dua pertanyaan untuk Mr. Lucas Tan yang datang dari Singapura ini. Dalam pertanyaan pertama, saya menanyakan sebenarnya untuk siapa Olympus PEN F ditujukan? Profesional atau Enthusiasts / Penghobi fotografer serius. Pertanyaan ini muncul dibenak saya karena dari sejarahnya, Olympus PEN biasanya untuk hobi, sedangkan OMD untuk penggemar fotografi serius dan profesional. PEN F ini berbeda sendiri, spesifikasinya tinggi dan harganya juga tinggi.

Jawaban dari Mr Lucas Tan saya pikir sangat mengena. Berikut jawabannya: Olympus PEN tidak pernah dimaksudkan untuk profesional. Lini produk Olympus PEN ditujukan untuk lifestyle, atau digunakan sehari-hari. PEN berukuran ringkas, dan cocok untuk digunakan oleh pria dan wanita.

PEN-F-SLV_left_M17mmF18_BLK_s

Lebih jauh, dia menambahkan bahwa Olympus PEN F lahir khususnya untuk menarik fotografer yang berpengalaman dalam jaman kamera film dan menyukai desain rangefinder. Maka itu, saingan PEN F ini adalah pengguna kamera Leica M, Voigtlander Cosina yang menginginkan kamera yang lebih modern, dan juga saingan dengan Fujifilm X-PRO, yang memiliki konsep desain retro dan membidik pasar yang sama.

Jawaban ini menjelaskan bahwa mengapa harganya cukup tinggi, karena konsumen yang dibidik bukan kalangan pemula atau yang mencari kamera mirrorless yang terjangkau. Tapi dibanding saingannya, harga yang dibandrol (terutama paket lensa) menunjukkan harga yang ditawarkan lebih terjangkau daripada pesaingnya.

Pertanyaan kedua saya berkenaan dengan lensa-lensa yang direkomendasikan untuk kamera Olympus PEN F. Pertanyaan ini saya lontarkan karena resolusi PEN F mencapai 20 MP, cukup tinggi untuk sensor micro four thirds. Kerapatan pixel (pixel density) di PEN F tentunya membutuhkan lensa Olympus berkualitas tinggi.

Awalnya, Mr. Lucas menjawab semua lensa Olympus Zuiko cocok, tapi lebih direkomendasikan lensa Zuiko Premium dan Profesional.

Lensa yang cocok untuk PEN F adalah lensa fix yang berukuran cukup ringkas.

Lensa yang cocok untuk PEN F adalah lensa fix yang berukuran cukup ringkas.

Ada beberapa pertanyaan yang menarik dari rekan-rekan media lainnya. Antara lain tentang arah pengembangan Olympus di dunia fotografi digital.

Mr. Lucas mengatakan bahwa fokus pengembangan Olympus adalah mengatasi kelemahan kamera mirrorless dalam autofokus, terutama autofokus tracking, untuk bisa menyamai dan bahkan melebihi kamera DSLR profesional seperti Nikon D5 (Rp 80 juta) dan Canon 1DX II.

Tidak seperti Panasonic, video bukan sebuah prioritas bagi Olympus, karena sejarahnya Olympus adalah perusahaan yang terkenal dalam membuat optik (lensa) akan lebih berkonsentrasi ke arah fotografi. Mr. Lucas lantas menguraikan, bahwa setiap perusahaan kamera memiliki latar belakang sejarah dan kekuatan yang berbeda-beda. Contohnya Panasonic jago dalam video, kalau dalam lensa harus bekerjasama dengan Leica. Sedangkan Fujifilm memiliki kelebihan dalam memiliki pengetahuan luas tentang karakter warna-warna film. Meski kesannya retro, tapi kontrol PEN F itu modern, tidak seperti Fuji yang menerapkan desain kendali yang secara sepenuhnya mirip dengan kamera jaman dulu.

Seperti Fujifilm, ilmuwan Olympus juga mempelajari karakter film jaman dahulu. Mode Monochrome 2 -nya meniru Kodak Tri-X B&W, dan Color profilenya ada yang berdasarkan Film slide dengan warna yang ngejreng seperti Kodak Ektachrome.

Selanjutnya, Mr. Lucas mengabarkan konsep utama Olympus yaitu Total Freedom. Dalam desainnya, Olympus memperhatikan keseluruhan aspek, dari ukuran kamera,  ukuran lensa dan teknologi yang dibenamkan harus bisa memudahkan penggunanya dalam berkreasi di berbagai kondisi, termasuk di kondisi cahaya yang gelap. Mr. Lucas lalu mencontohkan dengan menunjukkan foto yang dibuat di kondisi gelap dengan shutter speed lambat yaitu 1 detik, tapi bagian yang tidak bergerak masih tajam.

Bapak Sri Sadono dari Chip Foto Video lantas menanyakan soal mengapa PEN F tidak memiliki port external microphone. Pak Sandy menimpali bahwa PEN F ini memang bukan ditujukan untuk multimedia artist. Lalu Pak Sadono juga memberi masukan kepada Olympus untuk merancang lensa lebar sekitar 9-12 yang harganya dibawah Rp 5 juta. Mr. Lucas dengan diplomatis menjawab akan mempertimbangkan masukan tersebut.

Sepertinya Mr. Lucas senang dengan pertanyaan-pertanyaan audiens yang cukup kritis, beliau lalu menawarkan siapa yang mau bertanya lagi. Saya lalu menyambutnya dengan mempertanyakan tentang sistem stabilizer di lensa baru Olympus PRO 300mm f/4. Kerjasama antara kamera dan lensa menghasilkan efek stabilizer yang sangat mantap, sekitar 5-6 stop.

Saya menanyakan, apakah lensa-lensa micro four thirds Panasonic yang memiliki OIS (stabilizer) di lensa, akan bisa bekerjasama dengan baik dengan sistem 5 axis stabilizer Olympus? Jawabannya sayangnya tidak bisa, karena sistem 5 Axis stabilizer Olympus dan lensa Panasonic berbeda, jadi fotografer harus memilih, antara mengunakan 5 axis stabilizer, atau stabilizer di lensa saat mengunakan lensa Panasonic.

Di sela-sela makan siang, saya juga sempat menanyakan, bagaimana soal desain PEN F yang dari tampak luarnya tidak ada sekrup sama sekali. Apakah ini akan menyulitkan service jika ada komponen internal yang rusak? Sebenarnya ini adalah pertanyaan titipan dari mas Erwin Mulyadi. Mr. Lucas menunjukkan ke saya bahwa sekrupnya ada, namun disembunyikan di lapisan kulit yang melapisi kamera bagian depan. Katanya, jangan kuatir, teknisi profesional Olympus akan bisa dengan mudah dan aman memperbaiki kamera ini jika dibutuhkan.

Menanggapi soal celutukan saya apakah Olympus akan mengeluarkan kamera full frame di masa depan, mengingat ada paten lensa Olympus yang full frame, juga tentang lensa 25mm f/1.2 yang dirumorkan akan diluncurkan pertengahan tahun ini?Mr. Lucas enggan berkomentar, tapi mengatakan bahwa saat ini memang Olympus sedang bekerja untuk mengembangkan koleksi lensa terutama lensa fix/prime, karena koleksi lensa zoom di lini Zuiko PRO-nya sudah dinilai cukup lengkap.

Kembali ke Olympus PEN F, dari presentasi dan bincang-bincang saya di launching produk ini ada beberapa hal yang menjadikan PEN F unik, antara lain:

1. Color and monochrome profile : Dapat memilih dan mengkustomisasi efek film, B&W maupun warna. Kelebihan di PEN F ini adalah tingkat kustomisasinya jauh lebih banyak daripada kamera lainnya, misalnya bisa mengendalikan saturasi warna tertentu saja, jumlah tekstur grain, filter warna untuk foto hitam putih, termasuk efek Infra Red. Dengan adanya fitur pengendalian seperti ini, pengguna kamera seperti memiliki kemampuan mengedit foto langsung dari kamera. Bedanya, settingan harus dilakukan sebelum memotret. Kadang, ada murid yang menanyakan, kamera apa yang menghasilkan foto bagus tanpa perlu di edit? PEN F mungkin adalah salah satu kamera yang memenuhi hal ini.

2. PEN F merupakan kamera yang unik, secara desain, sangat stylish, mungkin merupakan kamera tercakep saat ini, tapi antar muka pengoperasian kamera modern. Jadinya style-nya dapat, kepraktisan pengoperasian juga dapat.

3. Sasaran PEN F bukan untuk fotografer pemula atau yang mencari kamera dengan harga yang terjangkau, tapi lebih ke fotografer berpengalaman dalam jaman film atau mengunakan desain rangefinder. Walaupun saya pikir tidak masalah jika Anda menyukai konsep kamera seperti ini. Kamera ini juga dilengkapi dengan spesifikasi yang sangat tinggi, setara atau bahkan melebihi kamera Olympus OMD saat ini, seperti resolusi 20 MP, 5 axis stabilization (foto & video) ISO 80, 10 foto per detik berturut-turut dsb.

4. Pantaskah harganya? Menurut saya, penilaian harga tergantung bagaimana kita menilai desain dan spesifikasi dari kamera tersebut. Jika banyak fitur yang Anda suka, maka kamera ini bisa menjadi murah, tapi kalau banyak yang tidak disukai atau diperlukan, maka menjadi kesan mahal. Tapi kalau ngomongin soal objektivitas dan dibandingkan dengan harga kamera pesaingnya, kamera ini harganya cukup pantas mengingat desainnya keren, spesifikasi dan teknologinya cukup tinggi. Membuat profil warna  juga tidak mudah, perlu penelitian tentang film B&W dan warna.


Paket A : Olympus PEN F body only – Rp 18.800.000

Paket B : Olympus PEN F dengan Olympus 17mm f/1.8 – Rp 21.700.000

Paket C :  Olympus PEN F dengan Olympus 17mm f/1.8 dan 45mm f/1.8 – Rp 22.800.000

Jika berminat memesan dari kami, akan menerima voucher kegiatan Infofotografi sebesar – Rp 250.000,-

Review Olympus PEN F @ detikinet FotoStop oleh saya

About the author: Enche Tjin adalah pendiri Infofotografi, seorang fotografer, instruktur fotografi, penulis buku dan tour photography organizer. Saat ini, ia bertempat tinggal di Jakarta. Temui Enche di Instagram: enchetjin

{ 2 comments… add one }
  • joegel March 7, 2018, 6:30 pm

    apakah dengan mft hasilnya akan bagus/setara apsc premium lainya mengingat harganya yg tinggi,,,

    • Enche Tjin March 7, 2018, 7:17 pm

      Kualitas foto bukan tergantung sensor mft saja, tapi juga kualitas lensa dan fitur pendukung seperti stabilizer dan teknologi lainnya spt pixel shift, misalnya 80 MP di Panasonic G9. Jadi kalau dihitung secara overall, bisa jadi imbang.

Leave a Comment