≡ Menu

Panduan praktis memilih ISO di kamera digital

Anda tentu sudah tahu bahwa ISO adalah tingkat kepekaan sensor kamera, semakin tinggi ISO hasil foto akan semakin terang. Pilihan ISO di kamera biasanya bermula dari ISO 100 (atau ISO 200) lalu disediakan banyak pilihan yang lebih tinggi, bahkan di kamera modern jadi terlalu banyak pilihan yang menambah kebingungan kita. Tidak jarang di saat tur atau mentoring ada peserta yang bertanya sebaiknya pakai ISO berapa saat memotret, maka itu saya mau share soal memilih ISO di artikel kali ini.

Kamera masa kini punya banyak pilihan ISO, terasa overwhelming bagi pemula

Kamera masa kini punya banyak pilihan ISO, terasa overwhelming bagi pemula

Sebetulnya dikasih banyak pilihan itu enak, tapi bagi pemula mungkin sedikit pilihan malah lebih simpel. Maka itu memotret pakai ponsel terasa simpel karena ISO-nya otomatis (kita tidak perlu memilih mau pakai ISO berapa, di tempat agak gelap kamera langsung pilihkan ISO tinggi). Padahal di kamera juga ada pilihan ISO Auto bila kita mau, dan ini akan saya bahas di artikel ini, yaitu kapan memutuskan pakai ISO Auto dan kapan kita ambil alih nilai ISO sendiri. Satu hal yang perlu diingat, makin tinggi ISO yang dipakai, makin noise hasil foto yang didapat.

Pertama kita harus kenali kamera masing-masing, cobalah cek hal-hal berikut ini :

  • tahun berapa kamera anda dibuat : kamera generasi baru semakin baik untuk urusan noise di ISO tinggi
  • apa ukuran sensor di kamera anda : makin besar sensor makin rendah noisenya di ISO tinggi
  • berapa ISO terendah dan tertinggi yang bisa dipilih
  • apa ada ISO ekspansion (misal Low dan High / H1 H2 dst)

Tips praktis dari saya untuk banyak keadaan adalah aktifkan saja ISO Auto, baik pakai mode P/A/S atau bahkan M. Kamera punya perhitungan sendiri yang memudahkan kita, daripada repot memikirkan mau pakai ISO berapa setiap memotret, biarkan saja ISO-nya di posisi Auto. Tapi ada sedikit saran dari saya yaitu kita perlu tentukan batas maksimum Auto ISO yang kita ijinkan, misal di atas ISO 3200 terasa terlalu noise dan kita tidak suka noise maka batasi saja ISO Auto up to ISO 3200 misalnya.

ISO auto Sony

Tentukan berapa ISO maksimum yang kita mau saat pakai ISO Auto. Ini sifatnya subyektif dan tergantung selera masing-masing.

Memakai ISO Auto ini praktis dan mudah, fitur ini akan membantu kita tetap dapat foto yang eksposurnya pas di keadaan yang cahayanya tidak konstan, seperti foto snapshoot, potret outdoor, foto jalan-jalan saat traveling atau kita kerap pindah lokasi di tempat yang terangnya berbeda-beda. Kamera biasanya akan memilihkan ISO rendah di tempat terang, dan akan menaikkan ISO secukupnya saat keadaan mulai redup, simpel kan?

Saat traveling saya mengandalkan ISO Auto, disini kamera pilihkan ISO 500 di sore hari. Praktis dan mudah, seperti pakai ponsel saja.

Saat traveling saya banyak mengandalkan ISO Auto, disini kamera pilihkan ISO 500 saat hari semakin sore. Praktis dan mudah, seperti pakai ponsel saja.

Tapi ada saatnya kita juga perlu memilih ISO sediri (bukan Auto) untuk hasil lebih sesuai keinginan kita. Inilah tips yang bisa saya bagi untuk anda :

Pakailah ISO terendah (misal ISO 100 atau ISO 200) di keadaan seperti :

  • main lampu flash yang kuat (seperti lampu studio), karena kekuatan lampu yang terang maka ISO terendah sudah cukup
  • memotret dengan tripod, misalnya :
    • landscape, interior, arsitektur dsb
    • slow speed, long eksposur atau Bulb mode
Foto dengan kamera saku, diset di ISO 80 (terendah) untuk mendapat speed yang lambat supaya ada efek blur pada subyek yang bergerak

Foto dengan kamera saku, diset di ISO 80 (terendah) untuk mendapat speed yang lambat supaya ada efek blur pada subyek yang bergerak

Dengan lampu studio yang kuat, saya cukup pakai ISO 100 saja

Dengan lampu studio yang kuat, saya cukup pakai ISO 100 saja

Foto landscape tentu baiknya pakai tripod, maka ISOnya cukup set ke ISO terendah (misal ISO 100)

Foto landscape tentu sebaiknya pakai tripod, maka ISO-nya cukup set ke ISO terendah (dalam hal ini saya pakai ISO 100)

ISO lebih tinggi (misal ISO 800 keatas) akan diperlukan di keadaan seperti :

  • tempat kurang cahaya dan tanpa tripod, terlebih bila kita pakai lensa agak tele, karena kalau ISO-nya kurang tinggi nanti fotonya gelap atau goyang/shake (akibat shutter lambat)
  • untuk membekukan gerakan (seperti dokumentasi, liputan, pertunjukan, atau apapun yang bergerak)
  • keadaan khusus seperti foto malam (night safari, foto bintang/milky way dsb)

Nah pemakaian ISO yang lebih tinggi ini yang kadang membingungkan. Misalnya bagaimana rumusan baku untuk memilih ISO yang tepat? Hubungannya nanti dengan berapa speed yang dianggap aman untuk mencegah shake/goyang dan ini tergantung banyak hal. Pertama adalah gear, misal seberapa tinggi pilihan ISO yang tersedia, lalu seberapa noise hasil fotonya. Lensa juga menentukan, seberapa panjang fokal lensa kita, ada fitur stabilizer atau tidak. Kedua adalah faktor lain seperti seberapa terang/gelap keadaannya, bendanya bergerak atau diam dsb. dan itu memang perlu banyak belajar dan latihan.

Walau siang hari saya pilih ISO 2000 untuk mendapat shutter 1/125 detik, karena lensa agak tele (80mm) sehingga perlu shutter kebih cepat.

Walau siang hari tapi banyak pepohonan yang menutupi, saya mesti pilih ISO 2000 supaya terang dan juga untuk mendapat shutter yang lebih cepat karena lensa agak tele (85mm).

Tempat low light dan subyek bergerak adalah keadaan sulit, butuh ISO tinggi untuk hasil terang dan gerakannya beku. ISO 3200 dan shutter 1/125 detik.

Tempat low light dan subyek bergerak adalah keadaan sulit, butuh ISO tinggi untuk hasil terang dan gerakannya beku. Disini ISO saya set ke ISO 3200 untuk bisa mendapat shutter 1/125 detik.

Infofotografi rutin mengadakan kursus dasar fotografi 2 hari untuk memberi bekal pengetahuan mengenai ekpsosur (shutter, aperture dan ISO), juga lensa, komposisi dan lighting.

About the author: Erwin Mulyadi, penulis dan pengajar yang hobi fotografi, videografi dan travelling. Sempat berkarir cukup lama sebagai Broadcast Network TV engineer, kini Erwin bergabung menjadi instruktur tetap untuk kursus dan tour yang dikelola oleh infofotografi. Temui dan ikuti Erwin di LinkedIn dan instagram.

{ 23 comments… add one }
  • Komang December 12, 2017, 2:30 pm

    Selamat natal dan tahun baru ko, pada kesempatan ini saya ingin menanyakan tentang lensa sapujagat, beberapa kali saya ke toko kamera mau beli lensa sering ditawarin lensa sapu jagat, alasannya dengan membeli lensa tersebut lensa yang lain tidak dibutuhkan lagi( tidak perlu dibawa-bawa lagi) mohon pencerarahannya ko terkait lensa sapujagat ini terutama kelebihan dan kekurangannya baik untuk camera canon nikon dll

  • si lubis August 3, 2017, 8:01 pm

    mas saya mau nanya,lensa tele yg pas buat 60d apa ya?

    • Enche Tjin August 4, 2017, 11:57 am

      Tergantung budgetnya, pilihannya banyak sekali soalnya :D, yang gak mahal ada Canon 55-250mm, yang lebih bagus Canon EF-S 70-300mm IS II, dan yang profesional 70-200mm f/4 atau f/2.8.

  • faiz muhammad October 9, 2016, 11:51 pm

    thank you so much for this helpful article.

  • Angelee July 20, 2016, 1:00 am

    Kooo sorry agak keluar dr topik niih.. Udah punya pen lite epl6 tapi ngerasa gambar ny trlalu yellow tone apalagi klo indoor (resto mall dkk), skrg mau ganti xa2. Mmg hasil fto olympus lebih vivid dr fuji atau cuma masalah lighting yaa? Soal keunggulan gmn? Thankyou 🙂

  • Era Glory Perangin- Angin July 19, 2016, 7:56 pm

    Apakah ketika memakai flash external, auto iso berlaku/ bisa digunakan ya mas erwin…

    • Erwin Mulyadi July 20, 2016, 11:55 am

      Auto ISO tetap bekerja saat pakai flash, dan ini malah kadang membingungkan kita. Maka itu di artikel saya tulis kalau pakai flash matikan auto ISO, set aja ISO rendah karena lampu flash cukup terang.

  • Agung Prawira July 18, 2016, 9:17 pm

    Mas, bahas teknik atau cara membuat cinematic photography dong… 😀

  • sonic July 18, 2016, 2:59 pm

    kamera saku terbaik harga 2 juta ada gan

  • mail July 17, 2016, 2:01 pm

    klo flash sb600 bisa ITTL gk ya di d3200, om?

  • Reandiko July 14, 2016, 3:36 pm

    Lha saya aja punya camera dg kmampuan iso tinggi bagus tp hampir selalu pake iso rendah dlm memotret. Selalu pake iso 100 & dibawahnya (iso 80, iso 64 & iso 32).
    Maklum udah keracunan ttg image quality. Bagi saya foto yg bagus adl yg mendekati penglihatan mata. Mata itu gak mengenal noise, mata ga mengenal iso tinggi, mata jg punya dynamix range 24ev (kamera saya cm 14,8 ev).
    ….kcuali utk hal2 yg sgt mendesak, baru pake iso tinggi.

  • Boy July 13, 2016, 7:38 pm

    Kalau 700d tahan air dan debu gak om?

  • Rudy Susanto July 13, 2016, 6:35 pm

    Mas Erwin mau nanya nih…Sebagai dasar jarak fokal lensa yang benar itu milik lensa keluaran APS-C atau Full Frame? Jika kamera dengan sensor APS-C dapat menggunakan lensa keluaran APS-C & Full Frame, apakah semua ukuran hasil foto dari kedua lensa tersebut harus dikali dengan crop faktor pada sensor kamera? mohon penjelasannya mas, Terima Kasih sebelumnya.

    • Anonim July 13, 2016, 11:22 pm

      Saya coba bantu jawab ya pak,
      Menurut saya tidak ada “dasar jarak fokal lensa yang benar”. Perkalian jarak focal lensa pada kamera aps-c atau sensor crop yang lainnya itu hanya untuk persamaan jika seandainya menggunakan kamera full frame. Tapi tetap karakter dari lensa berbeda. Lensa 135mm pada full frame dan 85mm pada aps-c hanya menghasilkan sudut pandang yang sama tapi untuk persfektif dan bokeh pasti berbeda meskipun diafragma dan jarak objek ke kamera sama. Semoga tidak membuat anda semakin bingung 🙂

  • Andy Peng July 13, 2016, 3:06 pm

    Terima kasih bung Erwin pembahasannya, topik ini sdh lama saya tunggu. Ada pertanyaan dibenak yg blm sy temukan jawabannya, yaitu kondisi auto iso pd mode A atau S, misalnya mode A bagaimana kamera mengkombinasikan tingkat ISO dgn kecepatan rana pdhal kamera tdk tau kita ingin potret mode Potrait, Landscape, Macro dll ? Sy sedang kecanduan street photography, sy pilih auto iso dgn M apa sdh ideal setting tersebut ? Terima kasih bung Erwin penjelasannya.

    • Anonim July 13, 2016, 11:46 pm

      Sebenarnya cukup mudah pak andy, kamera memang tidak tau kita sedang memotret apa tapi kita pasti tau kebutuhan shutter atau diafragma yang di butuhkan. Bahkan jika ingin lebih mudah anda bisa menggunakan mode P + auto iso. Dan memutar dial untuk memilih settingan yang sesuai, seperti misalnya landscape dengan tripod tidak perlu shutter cepat, potret beground blur perlu bukaan besar, street photograpy spontan perlu shutter cepat, dll. Bahkan anda bisa sambil memainkan kompensasi eksposur jika merasa settingan kamera kurang memuaskan. Yang terpenting jangan lupa atur white balance ketika indoor karna terkadang awb kurang akurat jika di area lampu neon/pijar dan cahaya rembesan dari jendela.

    • Erwin Mulyadi July 14, 2016, 11:36 am

      Di kamera tertentu ada Auto ISO yg lebih advanced, yaitu kita bisa set minimum shutter speed-nya. Ini akan berlaku saat pakai mode P atau mode A. Nanti kita set mau berapa minimum-nya yang kita anggap aman dari goyang, atau bisa juga pilih auto (kamera akan mendeteksi berapa fokal lensa kita dan pilihkan shutter yg sesuai dengan panjang fokalnya, keren kan..).

      Setahu saya semua DSLR Nikon ada fitur ini, kalo di Canon mulai dari 70D keatas, lalu di Sony A6300 dan beberapa kamera lain saya tidak hafal.

      • Andy Peng July 14, 2016, 11:02 pm

        Terima kasih banyak Mas Erwin & Anonim, saya sdh coba mode A + Auto ISO + Setting Min Shutter Speed dan hasilnya memuaskan, tinggal konsentrasi pada bukaan f sesuai tujuan dan cahaya.

Cancel reply

Leave a Comment