≡ Menu

Refleksi foto terfavorit Best Nine Instagram 2017

Salah satu kegiatan akhir tahun saya adalah melihat foto-foto apa saja yang telah saya buat di tahun tersebut dan sekarang relatif mudah karena saya biasa berbagi foto tersebut di instagram saya di @enchetjin. Dengan aplikasi online 2017bestnine.com, setiap orang yang punya akun instagram bisa otomatis memasukkan id instagramnya dan dalam beberapa saat akan muncul sembilan foto yang paling banyak disukai (like).

Saya juga mencobanya dan dari sembilan foto yang paling banyak disukai, ternyata hanya tiga foto yang sama dengan favorit saya di tahun 2017. Yang populer memang tidak selalu sama dengan pilihan pribadi.

Meninjau hasil foto yang dibuat selama tahun ternyata banyak gunanya. Misalnya kalau saya lihat foto-foto saya lebih cenderung memberikan suasana yang tenang dan sejuk, bahkan foto pemandangan saya cenderung berwarna hijau dan biru dengan kontras yang rendah.

Ngobrol-ngobrol, kamera dan lensa untuk membuat foto-foto selama 2017 diatas berbeda-beda. Memang, setengah dari foto-foto diatas saya buat mengunakan kamera Leica SL dan lensa 24-90mm, kamera mirrorless full frame yang merupakan kamera utama saya, tapi ada beberapa foto favorit saya yang mengunakan kamera yang tidak mahal, seperti kamera compact Leica D-Lux 109, Sigma DP2M (senjata rahasia saya haha), lalu ada juga kamera DSLR Canon 77D dan kamera mirrorless pemula Canon M100, Kamera Canon ini dipinjamkan oleh PT Datascrip, distributor kamera Canon ke Infofotografi/detikinet untuk di-review. Trims!

Menurut pengamatan saya, foto-foto yang populer di instagram biasanya adalah foto yang subjeknya indah seperti foto pemandangan warna-warni dengan kontras yang tinggi, portrait wanita cantik atau pria ganteng, atau objek kesukaan seperti kamera. Tapi foto-foto yang saya pos di instagram saya adalah foto-foto yang saya suka secara pribadi, yang merepresentasikan visi saya, dan kebetulan sebagian besar tidak sama dengan jenis fotografi yang sedang populer.

Jenis fotografi yang saya suka memang belum tentu indah sehingga tidak bisa dilihat sekilas saja, tapi karena jaman sekarang orang-orang melihat/membaca/menonton cuma sekilas-kilas jadi sehingga foto yang bercerita atau bermakna dengan mudah terlewatkan begitu saja.

Beberapa foto favorit saya yang tidak termasuk ke favorit pemirsa antara lain:

Foto diatas saya ambil saat naik tuktuk di Varanasi, India. Di Instagram yang menyukai foto ini sangat sedikit, mungkin memang secara teknis kurang baik, contohnya bagian depan tidak fokus. Tapi sebagian besar fotografer yang alirannya street photography mungkin suka karena menggambarkan kejadian sehari-hari dengan kerumitannya secara berlapis-lapis.

Foto di pasar lama Tangerang ini pernah saya bahas di artikel ini.

Foto diatas dibuat di pasar rempah di Old Delhi. Dulunya adalah kediaman bangsawan seperti istana yang kemudian ditinggalkan dan ditempati oleh pedagang-pedagang di pasar lama Delhi yang semwarut ini.

Tiga foto diatas berjenis street photography, menurut pengamatan saya, biasanya menghasilkan “like” yang lebih sedikit, karena foto-foto street  biasanya merupakan kejadian sehari-hari yang agak membosankan. Alasan kedua adalah foto street kadang membutuhkan waktu untuk dilihat dan dibaca lebih lama, karena kadang-kadang ada simbol atau cerita dibaliknya. Sedangkan di sosial media, orang-orang biasanya cuma punya rentang perhatian (attention span) yang sangat sedikit.

Sambil menunggu turis, kedua wanita Vietnam ini tidak menghabiskan waktu percuma. Foto ini saya buat saat tur Vietnam awal tahun ini. Momen yang otentik (tidak dibuat-buat) ini sesuatu yang saya sukai daripada foto model di lokasi yang telah disiapkan. Memang, like-nya tidak banyak karena tidak sempurna, tapi perasaan senang saat memotretnya melebihi jika semuanya sudah diatur dan kita tinggal membidik.

Biasanya saya tidak suka memotret turis karena biasanya keliatan gak pas dengan pemandangannya, tapi di foto ini saya mengikutsertakan kedua turis ini karena posisi mereka pas, salah satu orang mengepalkan tangan seperti memberi semangat temannya yang lain untuk semangat menuruni tangga yang masih sekitar 4 km lagi.

Tidak kurang pentingnya, ada dua foto portrait yang saya suka selama tahun 2017, yaitu tes foto dengan lensa Leica SL 50mm f/1.4 pinjaman fotografer (Leica Ambassador) Tommy Siahaan, dan sesi workshop portrait studio dengan model Shela N.  Kedua foto saya buat jadi hitam putih supaya yang melihat lebih ke bentuk, komposisi, cahaya daripada warna.

Akhir kata, ada baiknya meninjau kembali apa tujuan utama dalam sharing foto di sosial media. Jika untuk populer, maka kita harus selalu mengikuti tren foto yang sedang populer, dan kalau mengikuti tren kemungkinan besar harus dilakukan full time/ setiap saat. Lama-lama bisa melelahkan dan bisa-bisa jadi bosan sendiri. Tapi jika tujuannya untuk berbagi visi dan untuk membuat semangat orang mempraktikkan fotografi, saran saya, terus mencoba jenis fotografi yang bermacam-macam dan menemukan gaya fotografi yang sesuai kepribadian, meski kadang jumlah “like” tidak banyak yang kita inginkan.

Terima kasih telah membaca dan Selamat Tahun Baru 2018!


Ingin belajar fotografi dan memotret bersama tim Infofotografi, silahkan periksa jadwal di halaman ini.

About the author: Enche Tjin adalah pendiri Infofotografi, seorang fotografer, instruktur fotografi, penulis buku dan tour photography organizer. Saat ini, ia bertempat tinggal di Jakarta. Temui Enche di Instagram: enchetjin

{ 4 comments… add one }
  • christanto January 3, 2018, 10:31 pm

    jempol 2 deh ko. saya suka foto pasar rempah di india itu ko. ga ngira klo itu pasar rempah dan sebelumnya tempat tinggal para bangsawan, karena semerawut. inilah street photography.

  • sungkono January 3, 2018, 9:30 am

    betul, foto2 saya yg beraliran street cenderung mempunyai like sedikit di instagram, padahal itu salah satu foto favorit pribadi.

  • yudi January 2, 2018, 9:45 pm

    betul sekali pak enche…

  • basmanov January 2, 2018, 12:10 pm

    Quote : ‘Tapi jika tujuannya untuk berbagi visi dan untuk membuat semangat orang mempraktikkan fotografi…’
    Disampaikan dengan baik sekali, anda selalu punya cara untuk membuat orang mau kembali rajin untuk ‘mengangkat’ kamera 🙂

    terima kasih Bung Enche

Cancel reply

Leave a Comment