≡ Menu

Kamera smartphone semakin baik, bagaimana menyikapinya?

Belakangan ini kamera di ponsel cerdas (smartphone) trennya semakin membaik, dari sisi kualitas hasil foto maupun spesifikasi teknis (sensor size, aperture, piksel, PDAF, OIS dll). Komputasional fotografi juga banyak diberikan ke teknologi kamera ponsel supaya memberi hasil yang maksimal dengan keterbatasan yang ada, semisal simulasi bokeh supaya hasil fotonya seperti lensa DSLR, atau HDR yang jadi solusi mengatasi keterbatasan dynamic range sensor di keadaan kontras tinggi. Memang sih tidak semua ponsel punya fitur fotografi yang tinggi, biasanya adalah ponsel elit seperti Huawei P20 atau Samsung S9. Tapi kini bahkan ponsel murah meriah (dibawah 3 juta) juga mulai memperbaiki aspek kameranya dan hasilnya sudah cukup oke, ada juga yang pakai dua lensa di ponsel ekonomis. Lalu bagaimana? Apakah ini artinya kita cukup kemana-mana bawa ponsel saja?

Sebetulnya jawabannya kembali ke anda. Kamera adalah alat, dan sebagai alat dia punya fungsi dan kemampuan. Hasil dari kamera adalah foto, atau juga video, kita lah yang jadi penentu apakah hasilnya good enough untuk kita atau tidak? Kalau ada yang menganggap kamera di ponsel sudah cukup untuk dia, fine, silahkan saja. Karena yang dianggap cukup itu sangat relatif kan.. Kalau menurut saya sih untuk kebutuhan berbagi cerita media sosial atau sekedar mengirim via WA, kamera ponsel masa kini memang sudah mencukupi. Toh kadang kebutuhan foto pengguna ponsel lebih ke snapshot atau yang sifatnya instan, dan kelebihan ponsel justru ada di situ. Justru akan ribet misalnya untuk memotret boarding pass tiket pesawat kita harus keluarkan kamera besar lalu dipindah via WiFi ke ponsel.

Huawei P20 dengan lensa Leica.

Kemampuan kamera ponsel yang meningkat khususnya di kamera depan juga makin menambah kegemaran orang untuk selfie, saat tiba-tiba muncul ide untuk selfie maka ponsel mungkin adalah alat pertama yang ada di benak kita. Malah bisa jadi sebagian pemilik kamera dengan LCD lipat (yang juga bisa untuk selfie) justru tidak pernah memakai kameranya itu untuk selfie. Ponsel masa kini malah menawarkan kamera depan dengan lensa yang lebih lebar untuk memudahkan selfie rame-rame, yang membuat tongsis akhirnya harus pensiun dini 🙂

Kamera ponsel dan tongsis, yang penting eksis.. Fuji XT1, lensa XF 55-200mm, Classic chrome.

Oke lah, lalu bagaimana pandangan saya dari sisi fotografi?

Menurut saya, fotografi dan kamera meski berkaitan, tapi tidak selalu sejalan. Ada yang beli kamera, tapi tidak hobi fotografi, atau sebaliknya. Artinya kamera sebagai alat, adalah capture device, dipakai untuk memotret (menghasilkan foto) atau merekam video. Kamera di ponsel secara fungsi ya sama dengan kamera lainnya, sebagai capture device dia punya lensa, sensor dan prosesor yang akan menghasilkan output file foto sekian megapiksel, yang bisa dilihat di layar ponsel. Bedanya kamera ponsel terbatas di lensa, ukuran sensor dan dukungan aksesori. Tapi yang penting apakah kita menggunakan kamera sebagai alat untuk menerapkan pengetahuan soal fotografi atau tidak? Soal lighting, komposisi, pemilihan lensa, apalagi pengaturan eksposur itu tidak pernah terpikir di benak mereka yang punya kamera tapi tidak menyukai/mengerti fotografi. Itulah yang kadang disebut dengan man behind the gun.

Berkarya adalah proses, dan proses itu perlu dilalui sekaligus dinikmati.

Tapi, saat kita bicara fotografi, kita akan dihadapkan pada pilihan teknis. Tidak cuma man behind the gun, tapi jenis ‘senjata’ macam apa yang akan kita pakai. Untuk itu memilih kamera yang cocok, memilih setting kamera sesuai keadaan, memilih lensa sesuai kebutuhan, memilih aksesori yang diperlukan, adalah penting dalam fotografi. Untuk apa memikirkan itu semua? Untuk mendapat foto yang bukan sekedar foto tapi ada unsur campur tangan kita dalam foto itu, tentu demi hasil yang lebih baik. Misal bagaimana sih foto sunset yang baik? Foto olahraga yang momen nya tepat? Foto malam hari yang tetap tajam? Foto potret atau produk dengan pencahayaan yang baik? Nah saat kamera ponsel membatasi kita dalam mengatur itu semua, maka memang saatnya kembali ke kamera yang betul-betul fungsinya adalah kamera, misal DSLR dan mirrorless. Apalagi saat perlu gonta-ganti lensa, perlu pasang aksesori lighting, perlu foto di keadaan kurang cahaya dan sebagainya, maka saat itu kamera ponsel tidak lagi bisa diandalkan.

Lumix G9, Leica DG 12-60mm lens. ISO 200, f/11, 20 detik.

Kembali ke anda, apakah fotografi menjadi prioritas untuk anda saat memotret, atau sekedar selfie dan dokumentasi saja? Punya kamera dan lensa yang bagus saja belum jaminan bisa dapat foto yang bagus, perlu banyak belajar fotografi dan banyak latihan. Punya kamera (DSLR/mirrorless) akan lebih jadi beban kalau foto kita masih biasa saja, tidak ada bedanya dengan kamera ponsel. Maka saat sudah punya kamera DSLR/mirrorless, anda akan menyadari bahwa untuk bisa menjadikan alatnya maksimal perlu :

  • menguasai kameranya (ingat kamera adalah alat yang tetap perlu dikuasai bagaimana memakainya)
  • belajar fotografi (tahu setting eksposur, fokus, warna, lensa, komposisi, pencahayaan)
  • aksesori tambahan (tripod, flash, filter dsb)
  • banyak motret (pengalaman tidak bisa di-skip, harus dijalani dan dari banyak motret kita akan banyak pengalaman)

Nah, biasanya saat kita punya gear yang cukup lengkap (kamera, beberapa lensa dan berbagai aksesori), kita akan sering mencari kesempatan untuk pergi dan memotret. Jadi kamera adalah alasan untuk kita keluar, sekaligus menikmati hidup. Kalau berbekal ponsel saja, kecil kemungkinan kita akan mencari banyak tempat baru untuk hunting foto kan?


Di infofotografi kami rutin menyelenggarakan kursus dan tour, baik kursus mengenal fungsi kamera, kursus dasar fotografi, kursus lanjutan (mastering) hingga berbagai workshop foto. Jangan lupa juga ada mentoring foto untuk yang ingin belajar sambil langsung praktek di lokasi dengan bimbingan. Info hubungi 0858-1318-3069.

About the author: Erwin Mulyadi, penulis dan pengajar yang hobi fotografi, videografi dan travelling. Sempat berkarir cukup lama sebagai Broadcast Network TV engineer, kini Erwin bergabung menjadi instruktur tetap untuk kursus dan tour yang dikelola oleh infofotografi. Temui dan ikuti Erwin di LinkedIn dan instagram.

{ 14 comments… add one }
  • toto May 12, 2018, 3:29 pm

    Koh ada rekomendasi kamera untuk keperluan videography budget 8 jt ?
    saya sempet lirik nikon d5500 soalnya saya paling suka kualitas gambar nikon tapi karena nikon agak kurang disegmen video karena autofokusnya dan juga saya lebih mentingin hasil video jadi saya nyari kamera lain,mohon rekomendasinya ko

    • Enche Tjin May 18, 2018, 11:24 am

      Untuk budget 8 jt atau kebawah sulit mencari kamera dengan video yang bagus dari hasil kualitas dan autofokus yang bagus. Kalau 4K keharusan, Panasonic G7, kalau autofokus yang penting, Canon M50, tapi harganya masih diatas 10jt.

  • Sahara May 4, 2018, 1:37 pm

    Maaf mas mau tanya, saya lagi bingung milih kamera nih, kebutuhan utk Photo & Video Pre/Wedding, seminar, wisuda, dll. Pilihan ada Nikon D750 (BO), Sony A7ii (Kit 50mm), EOS 6D (BO), dri ketiga itu mana yg paling baik dri segi kemudahan penggunaan, fitur, kualitas gambar, kecepatan? Secara harganya sama 20jtan.. saya mau cari yg bisa digunakan cukup lama, jadi gak perlu cepat2 utk upgrade kamera..

    • Enche Tjin May 4, 2018, 8:53 pm

      Saran saya yang Nikon D750.

      • Sahara May 5, 2018, 10:20 am

        Kalau utk lensanya koh, budget 10jt utk lensa yg bagus buat D750 apa koh? Kepikiran buat beli antara 24mm 1.8, 28mm 1.8, 35mm 1.8, atau 85mm 1.8? Atau ada pilihan lain yg lebih worth utk dibeli? Lensa seken jg gpp.

  • alfan ulin nuha May 3, 2018, 10:46 pm

    Om buat review canon eos m50 dong 😂 dan tanya mending canon m50 atau sony a6300?

  • Afif rohiki May 3, 2018, 12:48 pm

    Koh bahas soal cetak foto dong.
    Nah ini saya mau cari printer yg bagus untuk cetak foto buat ngisi album. Printer yang kayak gimana ya koh yg cocok untuk cetak foto? Dan kertas foto yang bagus itu yang gimana. Sempet kepikiran beli instax share nya fuji, tapi hasilnya kecil.
    Mohon bimbingannya ya koh

  • RoyHerman May 3, 2018, 12:41 pm

    Saya rasa memang keperluannya berbeda, walopun tidak menutup kemungkinan suatu hari teknologi kamera bakal menggantikan kamera, tapi kan dr sisi penggunaan lensa pasti bakal beda hasilnya.
    Saya kadang kepikiran mungkin suatu hari kamera akan terintegrasi dengan kacamata atau mungkin dengan mata manusia itu sendiri. Siapa tau teknologi nanti ke arah sana 🙂

  • Fiberti May 2, 2018, 8:34 pm

    Nggak cuma man behind the gun mas woman juga dong haha. Gambar cityscapenya keren sangat..

  • Dzk April 30, 2018, 9:03 pm

    Sedangkan untuk jasa foto langsung jadi di tempat wisata apakah masih relevan untuk saat ini dimana smartphone semakin baik?

    • Erwin Mulyadi May 2, 2018, 10:34 am

      Tergantung kualitas ponsel dan keadaan cahaya, di tempat wisata kebutuhan foto biasanya untuk sekedar dokumentasi maka kalau kamera di ponsel udah bagus ya bisa dipakai. Cuma masalahnya jasa seperti ini kan tujuannya komersil, dan orang akan sulit menerima kalau difoto cuma dgn ponsel saja kok harus bayar 🙂

  • zaenal firdaus April 27, 2018, 7:21 am

    kalo menurutku, yang jadi pembedanya hanya kemampuan & kualitasnya. kalopun kita sudah jadi fotografer pro, kamera apapun tidak terlalu masalah.

  • basmanov April 26, 2018, 10:05 am

    Quote :
    … kita akan sering mencari kesempatan untuk pergi dan memotret. Jadi kamera adalah alasan untuk kita keluar, sekaligus menikmati hidup.

    Diungkapkan dengan baik sekali, menjadi motivasi untuk tetap memotret. Terima kasih Bung Erwin 🙂

Cancel reply

Leave a Comment