Pernah suatu kali sepulang dari hunting foto, tak ada satupun hasil yang memuaskan (kebanyakan blur, komposisi yang jelek, ataupun foto-foto yang hanya ‘sekedar’ jepret doank). Kesel rasanya. Setelah kejadian tersebut, saya jadi malas foto, malas megang kamera. Akhirnya kameranya hanya jadi pajangan selama beberapa bulan.
Ketika ditanyain alasan ga foto lagi, saya cuma menjawab, “Gua ga bakat foto. Liat aja fotoku yang kemarin itu, tidak ada satupun yang bagus.”
Mendengar jawaban itu, Enche malah tersenyum geli. Dijelasinnya bahwa dalam fotografi, tidak selamanya kita membawa pulang hasil yang memuaskan dalam setiap hunting. Seperti pemburu, ada kalanya mereka pulang tanpa membawa hasil. Oleh karena itu, beberapa fotografer sering mengunjungi tempat yang sama berkali-kali untuk mendapatkan foto. Dan lagi, latihan yang terus menerus itu mutlak dilakukan.
Dari penjelasannya, saya langsung merenung dan ingin sharing.
Memang ada beberapa orang yang sangat berbakat dalam fotografi. Dalam waktu singkat, mereka bisa menyerap ilmu dengan cepat dan menghasilkan foto-foto yang menakjubkan tanpa perlu kerja keras yang berarti. Kalau ketemu orang-orang seperti ini, sering kali kalau ditanyain gimana caranya dapat gambar seperti ini, jawaban yang paling sering muncul itu “Feeling ajah”. Yeah…. apakah ini berarti saya ga punya feeling? (garuk-garuk kepala)
Namun, ada beberapa orang yang tidak berbakat. Apa yang terjadi pada mereka?
Diantara orang-orang ini, ada yang tidak melanjutkan hobinya lagi, baik kameranya cuma dijadikan pajangan atau malah dijual. Padahal sebelumnya, keinginan untuk bisa foto menggebu-gebu.
Beberapa dari mereka ada pula yang menganggap kesalahannya ada pada kameranya/lensa yang digunakan, seperti istilah “a bad workman always blames his tools”. Oleh karena itu, mereka sering mengupgrade peralatan ataupun membeli lensa-lensa yang harganya bikin geleng-geleng kepala.
Memang dalam hasil foto, pasti ada perubahan, makanya ada istilah ”ada harga ada barang” XD, namun apakah perubahan foto yang dihasilkan setimpal dengan harga yang telah kita keluarkan? Apakah yang dapat kita pelajari selain hanya membeli dan membeli terus?
Nah, kemudian ada juga sekelompok orang yang mengenal istilah “Hajar terus bleh”. Meski dengan peralatan yang seadanya, mereka dengan antusias foto. Segala hal yang di depan mata dijadikan objek foto, dari sekeliling rumah, kucing, tetangga, tiang lampu, pejalan kaki, angkot, dll. Tentu saja hasil foto kita tidak akan bertambah maju jika cuma jepret doank. Dari hasil foto tersebut, kita dapat melihat kembali kelebihan dan kekurangan yang ada pada foto kita.
Misalnya, dari foto-foto yang saya ambil, kelemahan terbesar saya sekarang adalah keseringan blur yang diakibatkan oleh pegangan kamera yang tidak steady. Untuk itu, saya harus melatih diri untuk memegang kamera dengan cara yang benar supaya tidak goyang.
Setelah tahap ini saya pelajari, mungkin bakalan ada lagi kelemahan lain yang muncul, semuanya itu bisa dilihat dari hasil foto kita, tentunya dengan bantuan review dari orang-orang sekeliling yang lebih senior. Dengan berbekal kerja keras latihan, saya yakin, hasil foto yang diperoleh makin lama makin bagus.
Henri Cartier-Bresson pernah bilang “10.000 photo pertama yang kita potret adalah foto terburuk dalam sejarah fotografi kita” nah loh, sudah 10.000 kah foto yang kita ambil? Kalo belum, wajar aja kalau foto kita masih belum bagus.
Hehehehe….Sebagai info, saya sudah pernah hunting 10 kali, setiap hunting saya menjepret lebih kurang 150-200 kali dengan hasil yang bagus lebih kurang 10 saja. Kalau dihitung dari banyaknya jepretan, untuk mencapai 10.000 saya harus hunting 40 kali lagi, tapi kalau dihitung dari hasil foto cukup bagus, saya harus hunting 990 kali lagi..Oh… tidak…
☕☕
mantab pa edukasinya,,,,
inspiratif sekali koh Enche..
saya pernah ada di titik itu, malas moto lagi hanya karena tidak ada foto yang sesuai keinginan saya.
Cerita yang polos, lugu, inspiratif, apa adanya, penuh dengan energy… well writen… 😀
jaman sekarang jauh lebih efisien ,, coba ja thn 70 an .. msh pake film .
bagus apa jelek belum diketahui pasti sebelum di proses dan di cetak !
pengen lihat hasilnya jg kudu sabaaar 4 hari [ maklum msh cetak manual ]
setelah thn 90 an jg kudu tunggu sehari paling tdk 4 jam [ mesin cetak otomats ]
jaman sekarang pake kartu memori , bisa di format ulang .. hasilnya bisa langsung di lihat via PC … hehehe .
Sebagai seniman pemula fotografer jaman saya kl ga kuat modal bisa jual anak bini ,lho ,, [ gawat ]
Berbakat jg sering mati kutu jika soal dana … bnyk yg bantet buntu ….
berbahagialah pemula jaman sekarang , camera serba canggih jg dipermudah dgn adanya media pendukung lainnya .. Plus instruktur spt ko Enche yg ramah …
jadi kesimpulannya ada yg berbakat sama ada yg tidak. lalu bagaimana tau kalo kita berbakat ato tidak nche? berarti antara bakat dengan hobi itu berbeda dong? jadi bisa kejadian dong “kalo berbakat tapi enggak hobi.”?
@ben2 bisa dong, itu namanya bakat terpendam hehe
hhem,.. aq bru ja jual kmeraku,.. uda stahun gk tk pake,.. gk bakat seh,.. 🙁
Saya kira semua bidang mesti begitu, bukankah ada pepatah mengatakan, ” Lancar kaji karna diulang, lancar jalan karna ditempuh (kalau salah tolong dibenerin aja). Tapi semua itu akan lebih baik bila ditunjang dengan pengetahuan sebagai dasar ilmunya.
Apakah untuk belajar foto model dengan cahaya alami & flash, harus sudah pernah mengikuti kursus foto tingkat dasar/pemula…?
@toto sebaiknya begitu karena sayang kalau di lokasi masih bingung mencari setting kamera yang pas.
Ada kemungkinan separoh perjalanan dari 10.000 kali hunting kita sdh mulai tajem feeling nya… feeling juga ada proses belajarnya..siapa tau kita hanya butuh 5000 kali huntingnya… iya khan? optimis dot com neh…
wah jadi semangat nih om!
mungkin saya ga berbakat, tapi ketertarikan saya dan keinginan untuk menjadi fotografer adalah batu pijakan saya selama ini. dan ketika lumut2 mulai mengganggu pijakan, motivasi seperti inilah yang saya butuhkan! 🙂
sekali lagi terimakasih om, artikelnya bermanfaat sekali.
jadi termotifasi setelah baca artikel neh…
jdi semngat lgi buat jepret n belajar ….
trimakasih bang…
kamera gua udah nongkrong 6bulan,
haduhhh,,,
besok mulai beraksi laaagi ahh,,
makasih bang enche,,
untung baca artikel ini, hampir2 kameraku dijual lagi…. 😀
hal yang sama yang sering saya alami dan rasakan.hahahaha…
thanks for sharing mas…
alhamdulillah ….aku masih punya semangat 45 kalau mau hunting meskipun hasil yg ku peroleh selama masih jauh dari memuaskan…..semangat terus…dan salam jepret….
tetap semangat…
hehehe…
Jalan yang ditempuh orang berbakat. Oleh siapa? salah-satu dari hasil 10 X huntingkah ? hehe.
setuju banget dengan artikel diatas. saya termasuk type orang yang tidak pernah berhenti untuk belajar, selalu menggali berbagai informasi seputar ftgri.
Thanks….. bisa buat ngecharge “baterei” yg sudah mulai lemah nih hehehe
wah. Sangat Memotivasi sekali bagi pemula seperti saya. Hihi..
mesti kerja keras nie…
mesti sering-sering hunting nihh, biar bisa ngabisin angka 10.000
inspiratif, ayo buat 10.001 foto …
wah..kayanya belum ada 10.000 deh..tp kalau saya sih lebih susah nyari komposisinya ditambah mata yg baru semenit ngincer uda ngeblur semua..hehe
tp bakal berusaha lagi deh biar hasilnya banyak yg ok.. 😀
wah…cukup memotivasi nih om enche…thanks
artikel keren om enche 🙂
1 kali hunting 10 foto,
10.000 foto berarti harus 1.000 X hunting
Iesan sudah hunting 10 X, jadi sisa (1000-10) = 990 X lagi
hehe
kalo 10.000 poto bagus brarti harus hunting 9990 lagi, bukan 990 kali lagi..
it’s so nice,
terima kasih atas artikelnya