≡ Menu

Pengalaman dengan lensa makro

Berikut ini kesan-kesan saya sewaktu menggunakan lensa telemakro (Canon 100mm f/2.8 L IS USM Macro). Ini hanya pendapat pribadi saya sewaktu menggunakannya. Sebagian orang mungkin menganggap hal ini lucu dan tidak masuk akal, sebagian lagi mungkin pernah mengalami persis seperti yang saya alami. Selamat membaca.

Pertama-tama menggunakan lensa telemakro, saya terheran mengapa lensa tersebut banyak mengundang perhatian, baik yang melirik, bertanya, atau mengundang komentar-komentar seperti “wah”, “cieh”, “keren”. Padahal, lensa tersebut tidak gede-gede amat, sama seperti lensa-lensa yang biasa.

Ternyata, setelah ditanya, lensa tersebut memiliki tanda cincin merah (lensa tipe L). Bukannya senang diperhatikan, malahan saya sering ga pede karena hasil foto saya masih jauh. Maksud hati ingin menjadi invisible, malah terbalik menjadi pusat perhatian. X_X

Plusnya :

  • Cukup ringan dan cocok banget dengan kamera pemula yang saya pakai sekarang. Akan tetapi kalau sudah diupgrade nanti kameranya, saya juga kurang tau apakah masih nyaman dengan beratnya.
  • Cocok banget untuk candid karena posisi kita yang cukup jauh dengan objek sehingga sulit ketahuan kalau kita sedang mengambil foto objek tersebut.
  • Sangat cocok untuk foto di kerumunan, karena sudut fotonya yang kecil memungkinkan kita untuk foto di celah2 kerumunan.
  • Sangat cocok untuk penggemar foto detail, foto bunga, foto miniatur dan produk-produk kecil yang tidak bergerak. Untuk foto serangga, stress akan melanda jika serangga itu banyak bergerak. Sebaiknya untuk awal latihan, pilhlah dulu serangga yang sedikit bergerak (malas bergerak) atau yang bisa diam dalam waktu yang cukup lama.

Minusnya :

  • Seringkali untuk mendapatkan objek foto secara keseluruhan (orang, air mancur), saya harus mundur cukup jauh. Pertama kali menggunakan lensa tersebut, saya dibawa hunting ke Taman Suropati, ternyata untuk mendapatkan keseluruhan air mancurnya, saya harus mundur sampai 3/4 lebar jarak taman tersebut.
  • Rasa malas yang sering muncul. Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk foto menggunakan lensa tele dan harus mengganti lensa wide (lensa kit saya 18-55mm), saya merasa repot harus mengganti-ganti lensa dan media penyimpanan lensa yang susah diakses. Seharusnya dengan keterbatasan lensa membuat saya bisa mencari hal lain yang bisa difoto, tapi ini malah membuat saya kian malas.
  • Bukaan besar yang dibanggakan dan diinginkan ternyata cukup merepotkan.

Awalnya, saya berpikiran bahwa dengan bukaan yang besar akan sangat membantu untuk mencegah blur yang disebabkan oleh gerakan tangan yang tidak disadari, karena akan membantu mempercepat shutter speed. Akan tetapi, dengan bukaan yang besar, ternyata kita harus fokus pada titik yang benar-benar diinginkan.

Misalnya untuk foto serangga seperti belalang, kupu-kupu, semut dengan bukaan yang paling besar (f/2.8) kadang-kadang foto yang saya ambil, bagian yang tajam bukan di kepalanya, melainkan di badan, sayap. Kalau saya set sampai pas di kepalanya, kadang kelamaan, dan serangganya kabur atau bergerak duluan. Bukannya malah menolong, akhirnya malah stress yang ada. Alhasil, saya kembali menggunakan bukaan f/4.0 atau f/4.5 untuk meminimalkan kesalahan fokus. Jadi, bukaan besarnya mungkin kurang cocok untuk objek yang bergerak atau untuk para master-master yang sudah lihai dan steady memegang gearnya.

Untuk foto makro, kadang kala auto fokusnya rada nyebelin. Kadang tidak bisa fokus, auto fokusnya bunyi mulu. Ataupun untuk foto serangga yang berada di daun, auto fokusnya cari fokusnya, akhirnya serangganya keburu kabur atau pindah ke tempat yang lain.

Pada saat awal memakai lensa ini, lebih banyak stressnya ketimbang hasil foto yang bagus. Hal itu dikarenakan saya sering mengikuti gaya foto yang diambil Enche. Namun, foto-foto saya kok ga ada yang bagus (memang si hasil fotografer awam tidak bisa dibandingkan dengan fotografer berpengalaman), tapi saya tetap tidak puas dengan hasil foto yang saya ambil. Akhirnya saya complain. Kok susah banget bikin foto bagus pake lensa tele ini. Apa saya salah pilih lensa?

Ternyata, saya diberi penjelasan kalau tiap ngambil foto, harus dipikirkan dulu mau pakai lensa wide atau tele. Jika memaksakan foto yang seharusnya memakai lensa wide dengan lensa tele, maka hasilnya tidak akan bagus. Dia (Enche) huntingnya suka memakai lensa wide, maka dari itu, kalau nyontek, hasil fotonya jauh beda, baik efek maupun komposisi. Dia memberi arahan kalau lebih baik saya mencari subjek foto yang cocok misalnya bunga. Latihan saya pun dimulai. Hasilnya pun lebih lumayan, soalnya foto bunga itu sudah pasti cantik sama seperti foto model yang modelnya sudah cantik.

Foto dengan mengunakan lensa makro yang lain bisa dilihat di album foto di Facebook saya.

About the author: Iesan Liang adalah seorang penggemar fotografi yang aktif berkontribusi untuk acara Infofotografi. Salah satu buku karangan Iesan adalah Kursus editing dengan Adobe Lightroom. Temui Iesan di Instagram atau Google+

{ 14 comments… add one }
  • yans May 3, 2020, 4:21 pm

    Sama nih suhu Erwin or suhu Enche, sy stress pake lens macro 100 mm ini, fokus nya sempit sekali. Kena kepala, perut nya blur, kena perut kepala sama ekor blur. Bigimana ini… need advice dari suhu..please!!!

    • Enche Tjin May 5, 2020, 6:01 pm

      Hehe, ya bukaannya dibuat lebih kecil, misalnya f/16

  • Wempy January 12, 2020, 12:27 am

    Mau tanya guru…kalo ingin dapat foto macro dg hasil detail diseluruh tubuh serangga sebaiknya pake F berapa ya,..? Dan Shutterspeed nya berapa? Terimakasih

    • Erwin Mulyadi January 13, 2020, 10:47 am

      Biasanya f/11 sampai f/16 makanya perlu dibantu flash atau lampu meski siang hari

  • Sasono Hannarto January 5, 2017, 4:19 pm

    Salam Kenal Suhu Enche, mohon info saya pengguna 60D dengan lensa 18-200, saya pengen beli lensa macro EF 100mm f2.8 l.IS.USM mohon pencerahan apakah kedua lensa tersebut benar-benar berbeda atau masih ada kesamaan fungsinya. Terimakasih

    • Enche Tjin January 5, 2017, 9:26 pm

      Bagus tuh lensa 100mm f/2.8 Macro IS, biasanya digunakan untuk foto subjek2 kecil karena bisa fokus sangat dekat. Selain itu bisa untuk portrait juga.

  • Abdul December 23, 2012, 10:53 am

    Yamesti susah kalo macro pake auto fokus, apa lagi serangga. seharusnya pake manual kemudian fokusingnya maju mundurin kamera. dan umumnya f 8 ato 9 keatas, pakai flashmakro. tapi emang ane pertama pakai 100mm L agak stress jg, dan sekarang jadi lensa kesayangan. Lanjut gan….. salam makromania

  • Fujiko December 15, 2012, 11:26 pm

    Keren saya suka informasinya ….

  • YoseRizal August 6, 2012, 11:03 pm

    Selamat pagi mas,

    Gak bosan2nya nih nanya ke suhunya…he..he.he.
    Mas kalau lensa sigma 5mm f/1.4 EX DG HSM itu selain buat potrait, apa bisa buat photo bersama tatkala ada acara wedding atau ceremonial lainnya seperti potret satu keluarga?

    Terima kasih mas

    Salam

    • Enche August 6, 2012, 11:22 pm

      @Yoserizal bisa saja, tapi kan sempit sudutnya, jadi fotografernya harus mundur cukup jauh (6-8 meter). Jadinya gak praktis. Untuk foto bersama lebih praktis lensa zoom antara 18-35mm

  • Lingga August 1, 2012, 5:40 am

    om,,, saya maw tanya,, kn ada thu lensa canon 100mm yg L series,,
    kalo lensa canon 100mm yg non L series gimana review nya om???itu lensa gak ada IS, menurut om gimana??

    • Enche August 1, 2012, 11:44 am

      @Lingga kualitasnya saya rasa hampir sama bagusnya, cuma ya kurang praktis aja karena kalau ga ada IS nya, seringkali harus pakai tripod kecuali foto di cahaya yang terang sekali.

  • zody April 19, 2012, 10:03 pm

    btul bgt,cocok sm kluhan sy.

    Salam Macro

  • zody April 19, 2012, 10:02 pm

    betul bgt,cocok sm keluahan sy.

Cancel reply

Leave a Comment

Next post:

Previous post: