Beberapa waktu yang lalu, saya ketemu dengan teman lama dan dia menanyakan tentang bagaimana sih prospek bisnis fotografi? Teman saya itu latar belakangnya di IT, dan baru setahun belakangan ini gemar fotografi dan sudah ikut beberapa workshop fotografi. Menjawabnya susah-susah gampang. Tapi tulisan ini mungkin bisa mewakili pandangan saya dan beberapa fotografer profesional yang saya kenal. Nah selanjutnya tinggal dipertimbangkan saja, apakah cocok karir ini?
Sebelumnya saya akan ngomongin yang enak-enak dulu tentang karir di fotografi ini. Pertama, ya, kalau memang sudah menggemari fotografi, berarti karir ini menjadi semacam aktualisasi diri, bisa mengekspresikan diri dan melakukan hobi kita dan menghasilkan uang darinya. Sangat menyenangkan bukan? Kedua, bagi yang masih muda-muda, tentunya titel “fotografer pro” kesannya keren dan bergengsi. Seperti pemain band, tidak sulit untuk memikat cewek-cewek cantik kalau gearsnya panjang Β dan gede π
Tapi supaya bisa sukses dalam arti menghasilkan uang yang cukup banyak dan lancar dalam mendapatkan job, dibutuhkan perjuangan yang tidak sedikit. Mari kita bahas beberapa realitas fotografi yang saya amati saat ini.
Harapan
Tergantung apa yang kita inginkan dari fotografi. Jika harapan kita tinggi, contohnya mau jadi kaya raya dalam waktu yang relatif singkat (dibawah 5 tahun), saya pikir lupakan saja karir/bisnis fotografi. Jika harapannya sedikit diturunkan, misalnya untuk menafkahi keluarga kecil, hidup agak pas-pasan tapi bisa nabung, nah mungkin masih realistis. Atau ada juga yang cukup puas sebagai fotografer freelance di hari Sabtu-Minggu sambil mempertahankan pekerjaan utama. Lumayan kan, sehari dibayar Rp. 500.000-2.5 juta. Kalau kerja kantoran, rata-rata cuma dapat 100-200 ribu saja per harinya.
Bukan berarti menjadi fotografer akan miskin terus. Bisa saja naik jadi kelas menengah keatas. Hal ini bisa dicapai dengan melakukan spesialisasi, misalnya spesialisasi fotografi pernikahan, fotografi produk, fotografi komersial/iklan, fashion dan sebagainya. Seiring reputasi bertambah, harga dan ujung-ujungnya penghasilan bisa bertambah. Selain itu, harus belajar dan mempraktikkan manajemen dan marketing yang baik.
Model bisnis fotografi
Fotografer yang berjiwa wirausaha, akan mengembangkan bisnis fotografi. Tapi fokus utamanya berubah menjadi pencitraan (branding) dan juga marketing (mencari klien) daripada fotografinya. Fotografi itu sendiri kebanyakan ditangani fotografer lainnya (baik freelance atau karyawan). Untuk bisnis fotografi ini, bisa menghasilkan uang yang lumayan. Dalam waktu 5 tahun, jika dikelola secara benar dan dibantu sedikit keberuntungan, bisalah untuk beli rumah sendiri, minimal cukup untuk DP hehe.
Untuk yang single fighter, agak sulit, karena waktu yang membatasi kita. Bisa saja dengan mengincar klien yang kelas atas, yang berani bayar dengan harga tinggi, misalnya perusahaan top, atau klien kaya (wedding/family portrait). Tapi menurut saya agak sulit dengan rencana bisnis untuk bisa kaya raya apalagi dalam waktu singkat. Karena jika kita seorang ahli pun, kita perlu reputasi yang tidak bisa dibangun atau dibeli dalam waktu singkat.
Bagi yang gak telaten dalam mengatur cashflow (aliran uang), hidup bisa berantakan, karena meskipun kadang kita bisa dapat job gede, katakanlah nilai proyeknya seratus juta dan bisa dikerjakan dalam waktu satu bulan. Tapi 3 bulan berikutnya bisa gak dapat kerjaan apapun. Apakah Anda dan keluarga sudah siap mental?
Kedua, pasar fotografi kelas atas sebenarnya menciut karena persaingan antar fotografer yang semakin ketat, dan ini diperparah dengan murahnya stock photography dan perkembangan digital illustration/photoshop yang lebih terjangkau daripada memesan jasa fotografi yang meliputi ongkos produksi yang tinggi (uang transport, akomodasi, model, lokasi, sewa alat dsb).
Dunia fotografi pro di Indonesia
Di Indonesia, bayaran untuk fotografer pro cenderung lebih rendah dibandingkan dengan di luar negeri, maka itu banyak fotografer Indonesia bertalenta tinggi banyak yang memilih bekerja atau mencari job di pasar internasional. Sebagai gambaran, kalau motret satu acara, di Indonesia, kisarannya sekitar 1 juta sampai 5 juta per hari. Tapi dulu, saat saya di Amerika Serikat, sepengetahuan saya seorang fotografer pro dibayar rata-rata adalah 30 juta per hari. Tapi ada juga “super-photographer” yang dibayar ratusan juta per harinya. Kebayang kan kesenjangannya?
Banyak media lokal, seperti majalah bersedia membayar sangat sedikit untuk jasa fotografer. Contoh: 200 ribu per foto, atau kadang-kadang per rubrik (satu set foto). Meski dihargai sangat minim, banyak fotografer pro melakukan hal itu karena untuk tujuan pencitraan/branding. Fotografer berpikir: iklan gratis kapan lagi. Tapi dengan bayaran segitu, tentunya kita tidak bisa mengandalkan dari penghasilan memotret untuk media sepanjang hidup.
Bukan maksud saya untuk melemahkan niat/tekad kalian untuk meniti karir di fotografi. Tapi saya bertujuan untuk memberikan sedikit gambaran yang realistis tentang kondisi tentang potensi yang ada, terutama soal keuangannya, supaya dapur tetap ngebul, makanan tersedia di meja, dan supaya kita semua lebih bijak dalam menentukan langkah selanjutnya.
Jika tekad sudah bulat, jangan menyerah dan semoga berhasil π
Artikel yang sangat membantu, saya hanya anak sekolah yang ingin menkuni bidang ini, saya berpikir bisakah saya bisa menjadi fotografer terkenal?, saya pun mencantumkan kata2 ini di kepala saya usaha tidak menghianati hasil.teman2 saya selalu merendahkan hobi saya tetapi saya tidak peduli, saya akan terus belajar terima kasih atas artikel ini
sayang sekali banyak pemilik kamera yang bener2 ngehancurin harga di bisnis fotografi..
mksih banget
mungkin bermanfaat bagi kami fotografer good luck
pegen banget pak saya jadi fotografer the best
Memotivasi dari isi artikel nya π
Intinya sebagai pelaku pekerja seni kita harus dan tetap Kreatif-Inovatif-Produktif.
Terima kasih banyak om Enche !
terima kasih gan, artikel nya sangat membangun semangat untuk jiwa seni fotografi khusus nya,.
sangat menyenangkan memainkan hoby sekalian berpenghasilan, saya yang berpenghasilan sangat kecil di dunia fotografi, membaca artikel agan saya merasa tertantang untuk terus berkembang, penghasilan yg kecil adalah tantangan untuk ke penghasilan yg lebih besar tentu nya, hehe, salam jebret teman2 fotografi
wahhh suka saya ini cocok tpi gimana caranya kita masuk ke orang2 berkelas (mencari klien orang kaya)?????
Yaaapppp BETUULLL,.dah lama saya pengen buat pernyataan seperti ini,.eehh ternyata dah ada,.1.000 banding 1…fotografer yg sukses,.dan menjadi fotografer yang benar-benar PRo,.
Artikelnya bagus, saya makin tau seluk beluk dunia photography, trims π semoga tmn2 Photografer tetap semangattt..!
cocok banget baaang (Y)
@Fahreza.. betul jg marakny sw bajakan jg bikin kurang kreativitas, sebenarny banyak software berkualitas yg Free (gratis) namun karena yg bajakan lbh user friendly jd milih yg bajakan π
Mungkin salah satu penyebab renadahnya harga pasaran jasa fotografi di Indonesia adalah tersedianya software bajakan (photoshop CS, element, portrait professional studio, dll) yg bisa dibeli dengan harga cuma Rp 20.000, padahal harga software original itu mahal. Jika menggunakan software bajakan maka biaya produksi bisa ditekan serendah-rendahnya, mematikan fotografer-fotografer yg sudah investasi dengan membeli software original ditengah persaingan yang ketat
Bisnis stok foto di Indonesia saya kurang tau dan kurang pengalaman, tapi menurut saya bisa saja sukses jika jeli melihat kebutuhan customers.
Banyak perusahaan yang sering butuh stok foto, tapi biasanya mengeluh karena kurangnya stok foto yang berisi orang-orang/subjek dari Indonesia sendiri. Kebanyakan stok foto isinya orang-orang/subjek non-Indonesia
Nice article!
Bener banget, kenyataannya emang spt itu ya Pak Enche. Yang penting tekuni sbg hobi. jadi bisa total dan always fun!
Bagaimana dgn bisnis fotografi “stock images” di Indonesia? Tampaknya belum begitu banyak yg menggeluti
Betul pak Enche.. Bayaran rendah di Indonesia, menurut sy karena photografernya mau dibayar rendah. Bisnis photography sangat potensial, selagi kita dapat mengimbangi perkembangan teknologi dan skill kita.
Semua butuh perjuangan.
Buku sudah sy terima dan pelajari, sangat membantu…
tanks pak..
@sutarko benar, banyak yang sebenarnya kualitasnya sudah tinggi tapi secara kolektif mau dibayar rendah, jadinya semua industri bonyok hehee π
kalo menjual foto di situs internet ada profitnya ga sih buat fotografer pemula?
Menurut saya agak sulit karena banyaknya foto yang sudah ada, dan bagus2
Mudah-mudah aja Admin Infofotografi masih mau terus berkarya
dengan buku-buku terbitan terbarunya…!
dengan terus membuka sekolah kursus foto grafinya….!
dengan memberi kita” Tips-ulasan dll…!
dengan Hanting and Jalan” sambil belajar fotografi…!
Semoga…!
wow artikelnya nedang sekali ini, sangat bermanfaat bagi saya yang mencoba belajar foto.
salam
mantab,,,,
Very inspiring sekaligus mengingatkan kita supaya tidak hanya terbuai dengan cerita senang2 nya saja tanpa tahu resikonya yg harus dihadapi
Mental juga harus disiapkan biar tidak kaget dan stress
Wah, motivasi banget nih buat saya yang baru ngerintis bisnis Fotografi.
Makasih masbro..