≡ Menu

Belajar dari fotografer Sebastiao Salgado

Sebastiao Salgado (69 tahun) adalah seorang fotografer dokumenter dan wartawan foto (fotojurnalis) yang berasal dari Brazil. Salgado terkenal akan karya-karyanya yang inspiratif. Beberapa buah karyanya adalah workers, migration dan yang terakhir adalah Genesis.

Dibandingkan fotografer terkenal lainnya yang mulai mengenal fotografi di usia remaja, Salgado mengenal fotografi saat usianya mendekati 30 tahun. Sebelum berkarir di fotografi, Salgado adalah sarjana S2 (master) jurusan ekonomi. Salgado sempat bergabung dengan agensi fotojurnalis Magnum Photo yang terkenal, dan lalu membentuk agency sendiri bersama istrinya. Agency tersebut bernama Amazonas Images.

Beberapa saat yang lalu saya membeli dan membaca buku berjudul Genesis yang berisi karya-karya Salgado yang terakhir. Tema dari buku itu adalah tentang alam dan kehidupan manusia di dalam lingkungan yang belum terpengaruh dengan peradaban modern di lokasi yang terpencil. Salgado juga memotret suku pedalaman Indonesia, yaitu suku Mentawai dan beberapa suku di Papua. Karya-karyanya sangat bagus dan membuat saya tertarik untuk mempelajari fotografer ini lebih lanjut.

salgado-genesis

Dari Salgado, kita dapat belajar:

1. Memiliki Pesan dan cerita

Salgado bukan memotret karena tertarik dengan keindahan alam saja, tapi ingin mengabadikan dan menceritakan tentang pemandangan yang masih alami. Salgado ingin mengugah penikmat foto-fotonya untuk bertindak. Di dalam buku Genesis misalnya, dia memiliki misi untuk menggugah masyarakat untuk melestarikan alam yang indah. Di buku Workers ingin mengetuk hati masyarakat bahwa masih banyak orang yang bekerja dengan kondisi yang buruk.

2. Mengunakan sejumlah foto untuk bercerita

Salgado menganggap fotografi sebagai bahasa, dan kamera sebagai penanya. Dengan foto, ia bercerita. Berbeda dengan fotografer Henri Cartier-Bresson yang mengejar Decisive moment (satu moment (foto) untuk menceritakan semuanya), Salgado mengunakan banyak foto untuk menceritakan kisah suatu daerah atau peradaban.

3. Mengerjakan sebuah proyek dalam waktu yang panjang

Berbeda dengan sebagian besar fotografer jaman sekarang, Salgado merencanakan proyek fotografi selama bertahun-tahun. Misalnya Genesis dikerjakan selama 10 tahun. Setiap tahunnya, Salgado mengeluarkan dana 1.5 juta US$ untuk membiayai biaya perjalanannya. Tidak mengherankan bahwa karya foto di Genesis ini sangat bagus dan jumlahnya sangat banyak (500+ halaman berisi foto semua). Jarang sekali ada fotografer yang mendedikasikan waktu dan tenaganya dalam rentang waktu yang begitu lama untuk satu proyek.

4. Memilih foto hitam putih

Satu alasan kuat bagi Salgado untuk memilih foto hitam putih adalah supaya yang melihat fotonya fokus dalam melihat isi foto, tidak terganggu dengan warna yang kuat, misalnya warna merah. (Baca juga kapan foto B&W (hitam putih).

5. Fotografi tidak mengenal usia

Saat Salgado baru memulai proyek Genesis di tahun 2003, ia sudah berusia 59 tahun, dan setelah proyek ini selesai, Salgado sudah hampir 70 tahun. Ditanya oleh pewawancara apakah Genesis akan menjadi proyek terakhirnya, ia menggelengkan kepalanya. Ia mengatakan bahwa dia sangat siap untuk memulai proyek fotografi baru. Hidup itu seperti sepeda, kita harus mengayuh dan terus maju sampai mati.

Salgado dan karya besarnya "Genesis"

Salgado dan karya besarnya “Genesis”

Saya membeli buku Genesis di Amazon.com. Biasanya tiga minggu sampai di Jakarta.

Cover Buku Genesis

Cover Buku Genesis

———–

Mari ikut Kursus kilat dasar fotografi & lighting 2 hari. Pelajari teknik memotret, komposisi dan menggunakan lampu kilat dengan baik.

About the author: Enche Tjin adalah pendiri Infofotografi, seorang fotografer, instruktur fotografi, penulis buku dan tour photography organizer. Saat ini, ia bertempat tinggal di Jakarta. Temui Enche di Instagram: enchetjin

{ 8 comments… add one }
  • Dannies April 22, 2015, 11:33 am

    Om Enche, saya tertarik untuk baca buku Genesis dari Sebastio Salgado. Review Om Enche bagaimana? Btw, apa sudah pernah baca buku Dan Winter “Road To Seeing” juga? Bagaimana reviewnya? Mana yang lebih bagus dari keduanya? Thanks.

    • Enche Tjin April 22, 2015, 11:36 am

      Belum pernah baca buku Road To Seeing, tapi sepertinya menarik bukunya. Menurut saya gak bisa dibilang yang mana yang bagus, soalnya berbeda isinya.

  • Yul September 1, 2013, 9:05 am

    .mantap bung ulasannya, two thumbs bwt fotografer yg total dalam bekerja, seperti sebastian salgado ini.
    .
    .sy punya pertanyaan oot bung, kmarin sy lihat eos 60d dgn lensa kit, kemudian ujungnya ditambahi lg semacam lensa, yg dipasangkan di ulir depan lensa, bukan hood, dan ukurannya mirip lensa 50mm. sy baru pertama kali melihatnya, mungkin bung enche bisa menjelaskannya, terimakasih

    • Enche Tjin September 2, 2013, 9:20 am

      @Yui mungkin adalah lensa wide converter/makro? yang fungsinya melebarkan sudut pandang dan/atau memungkinkan fokus lebih dekat ke subjek.

  • Hermanov August 29, 2013, 7:13 pm

    numpang nanya koh, klw pake flash ext, setingan/mode apa yg plg bgs (P,S,A,M) utk foto mlm hr indoor/outdoor, krn klw pake mode A, speed mentok di 1/60, jd seolah2 kita pake mode M? sy pk Nikon d5100+spdlite Yongnuo 465. mohon bantuannya…

    • Enche Tjin September 2, 2013, 8:17 pm

      @Hermanov Paling fleksibel Manual, karena kita bebas mengatur shutter, aperture, iso dan juga kekuatan flash (jika flashnya di manual juga). Kalau di auto, kamera akan mematok nilai shutter/aperture yang dianggap cocok.

  • Alvonsso August 28, 2013, 9:08 am

    Pak Enche, Nomor 3 nya missing?

    • Enche Tjin September 2, 2013, 9:11 am

      @Alvonsso trims, salah nomor kemarin hehe

Cancel reply

Leave a Comment