Kira-kira seminggu lalu saya berkesempatan mencoba Olympus OMD EM-1 Silver edition berkat pinjaman dari Pak Gunawan Setiadi. Selain kamera, Pak Gunawan juga meminjamkan beberapa lensa untuk saya coba, diantaranya Panasonic 20mm f/1.7, Panasonic 12-35mm f/2.8, Olympus 9-18mm dan Panasonic 45-150mm. Saya membawa cuma dua lensa ke ranah Minang yaitu 20mm dan 45-150mm dengan pertimbangan logistik.
Sebelum saya berangkat, Pak Gunawan mengatakan kelebihan sistem micro four thirds (Olympus+Panasonic) terletak pada ukuran lensanya yang kecil-kecil terutama lensa lebarnya. Pesan lainnya yaitu saya dianjurkan mengunakan software dari Olympus supaya kualitasnya lebih bagus. Saya pernah mencoba Olympus OMD EM5 sebelumnya dan salah satu keluhan saya adalah banyaknya noise di ISO yang relatif rendah seperti ISO 400.
Pengalaman saya dilapangan cukup menyenangkan dengan kamera Olympus ini. Kendalinya mirip dengan kamera DSLR profesional. Ada dua roda / dial untuk mengubah setting seperti aperture/shutter speed, kompensasi eksposur (tergantung dari mode yang dipilih). Ada juga tuas mode 1 dan 2. Jika kita menggeser tuas ke mode 2, maka prilaku kedua mode berubah, yang tadinya untuk mengubah aperture/shutter jadi WB dan ISO. Prilaku ini bisa dikustomisasi di dalam menu.
Juga banyak tombol-tombol akses langsung seperti tombol untuk Drive mode/bracketing dan HDR yang terletak disebelah atas kamera. Fotografer berpengalaman akan menyukai kamera untuk digunakan di lapangan karena bisa dengan mudah mengubah setting tanpa harus masuk ke menu.
Selain itu, kamera ini penampilannya ganteng, sangat mirip dengan desain kamera film jaman dulu. Saat berjalan-jalan, saya perhatikan banyak yang melirik kamera saya ini. Mungkin mereka penasaran, kamera apa ya yang dipakai? kok tidak sama dengan kamera digiral era sekarang ha ha..
Olympus OMD EM-1 termasuk kamera mirrorless yang mengunakan sensor micro four thirds, yang ukurannya lebih kecil dari APS-C dan full frame. Maka itu, kualitas gambarnya tidak setara dengan kamera dengan sensor besar segenerasi, terutama di ISO tinggi (diatas 800).
Olympus OMD EM-1 memiliki rentang ISO dari 100-25600, tapi ISO 100 itu ditandai dengan tanda “LOW”, yang artinya pihak Olympus tidak menyarankan untuk mengunakan ISO 100. Sepertinya karena rentang dinamis ISO 100 masih kalah dengan ISO 200. Maka itu, saya mengunakan ISO 200 jika cahaya lingkungan memungkinkan.
Hasil foto dari kamera ini di kondisi cahaya yang terang, atau saat saya mengunakan tripod, sangat tajam. Mungkin karena sensor di EM-1 tidak memiliki AA (anti-alias) filter. Tapi saat di zoom 100% masih terlihat tekstur halus / noise. Tekstur seperti ini bisa muncul saat mengunakan ISO tinggi, tapi juga bisa muncul karena cacat saat proses gambar (processing artefact)
Di contoh foto dibawah ini, saya membandingkan hasil foto berjenis RAW (file foto mentah) yang saya proses dengan software yang berbeda: Adobe Photoshop Lightroom dan Olympus Viewer. Perbedaan cara proses kedua software ini cukup berbeda di foto ini. Lightroom meninggalkan banyak bintik-bintik/texture sedangkan hasil proses Olympus Viewer lebih mulus tapi detail ketajaman sedikit berkurang.
Dari sini saya jadi paham cara kerja ke dua processor RAW. Peredam noise bekerja lebih kuat di Olympus Viewer sehingga noise lebih sedikit. Tapi saya sendiri masih lebih suka proses Lightroom, karena detail masih terjaga, dan nantinya saya bisa menerapkan selective noise reduction di area-area penting saja.
Untuk contoh foto kedua ini, saya mengunakan ISO 400. Di kasus ini, sepertinya hasil proses foto antara Lightroom dan Olympus Viewer kurang lebih sama di mata saya.
Untuk lensa yang saya pakai yaitu telefoto Panasonic G 45-150mm f/4-5.6 MEGA OIS (ekuivalen 90-300mm di kamera bersensor full frame). Menurut saya relatif kecil dan ringan. Harganya juga terjangkau. Hasil yang saya dapatkan dengan lensa ini menurut saya cukup tajam dan detail untuk ukuran lensa kit yang harganya sangat terjangkau (US$200). Ukuran lensa hanya 7.3 cm panjangnya, dan beratnya hanya 200 gram.
Lensa Panasonic 20mm f/1.7 juga oke saat di pasangkan ke kamera ini. Lensa pancake ini sangat tipis, sehingga tidak memberatkan dan juga mudah disimpan ke dalam tas. Hasil foto dengan lensa ini sangat tajam. Lensa fix (gak bisa zoom) berbukaan besar ini bisa membuat latar belakang yang relatif blur seperti contoh foto dibawah ini.
Kinerja autofokus kamera ini relatif cepat, terutama untuk subjek tak bergerak dan saat mengunakan jarak fokus lensa yang tidak terlalu tele. Saat saya zoom ke 100-150mm, kinerja autofokus menurun dan sesekali tidak bisa mengunci fokus.
Secara keseluruhan, saya sangat menikmati mengunakan Olympus OMD EM-1 karena ukurannya yang relatif kecil dan antarmukanya bagus: tuas, tombol dan pegangan yang pas posisinya dan nyaman di tangan. Hal yang saya kurang sukai yaitu kualitas gambarnya (pengendalian noise dan detail yang ditangkap) masih dibawah kamera yang bersensor gambar lebih besar (APS-C dan full frame). Walaupun demikian, untuk cetak sampai ukuran A2 menurut saya masih tetap bagus asal fotonya dibuat dengan pencahayaan dan teknik yang baik.
Dari pengalaman saya selama memotret dengan EM-1, bisa saya tarik kesimpulan bahwa kamera ini tidak begitu bagus untuk foto pemandangan yang menginginkan detail sebanyak mungkin, tapi sangat bagus untuk street photography dan traveling light.
Kelebihan Olympus OMD E-M1
- Antarmuka tombol dan dial yang lengkap
- Ada In-Body Stabilization (IBIS) yang bekerja untuk semua jenis lensa
- Kinerja autofokus cepat
- LCD lipat dan bisa touchscreen
- Desain yang terlihat menarik, seperti kamera retro
- Hasil gambar tajam meski dengan lensa kit
- Ukuran lensa-lensa relatif kecil dan banyak lensa yang tidak terlalu tinggi harganya.
- Body weathersealed (anti air, debu)
Kekurangan Olympus OMD E-M1
- Autofokus untuk subjek bergerak cepat sering hunting dan terlambat
- Detail gambar sedikit kurang terutama di ISO tinggi
Spesifikasi utama Olympus OMD EM-1
- 16 MP four thirds sensor
- ISO 100-25600
- Shutter speed 60 detik – 1/8000 detik
- LCD lipat, sentuh, dengan kerapatan 1 juta titik
- Electronic viewfinder 2.4 juta titik
- 5 axis – in body stabilization
- Weathersealed, magnesium alloy body, tahan sampai -10 Celcius
- Contrast and phase detect untuk lensa DSLR Olympus
- Built-in Wifi
- Kecepatan foto berturut-turut 10 foto per detik
- Berat 496 gram
Pak TJIN yth. saya pengguna dan penggemar Olympus, terima kasih atas ulasannya ttg OMD-EM1, sy seorang Pelukis Profesional, sy melukis dengan mencari inspirasinya melalui foto hasil jepretan Camera, baik digital ataupun analog, bagi saya ulasan Pak CHIN bak sebuah senter menyala di Gudang Arang, hehehe. Karena sy mencari kamera yg mumpuni disegala cuaca, terus terang hasil akhir karya seni sy adalah di atas Kanvas Lukis, jadi bukan hasil cetak foto. Sekali lagi terima kasih atas ulasannya.
Salam jepret Bang Enche,
Mantab ulasannya Bang, Mengikuti ulasan2 bang Enche tentang +/- mirrorless berbagai merek membuat Saya lebih bijak mengatur pengeluaran dana untuk menggunakan kamera sistem ini (sebenarnya Saya sudah ngiler berat sama Olympus OM-D M1, Fuji XT-1, atau Sony A7, tapi kayaknya masih bisa nahan diri 1 atau 2 tahun kedepan…hehehehe) 🙂
Silahkan Dil, tapi kalau udah kebelet banget jangan terlalu ditahan ya, gak sehat soalnya hihi