≡ Menu

Teknik Exposure Bracketing dan HDR untuk kondisi cahaya yang kontras

Cahaya yang terlalu kontras memang masih menjadi masalah yang besar bagi penggemar fotografi. Sebabnya karena image sensor kamera masih kurang bagus untuk menangkap perbedaan cahaya yang luas (dynamic range sempit). Banyak alat dan teknik yang biasanya digunakan, misalnya dengan mengunakan filter Graduated Neutral Density (GND), dan teknik HDR.

Teknik HDR pernah dibahas beberapa kali di infofotografi yaitu di artikel “Apa itu HDR” dan artikel “Sekilas tentang HDR di kamera.” Juga bisa dipelajari di kelas mastering art & photography technique.

Saat tur foto ke Kamboja Juni yang lalu, ada suatu candi yang bernama Beng Mealea. Candi ini kondisinya parah karena banyak bagian tembok dan menara candi yang runtuh. Banyak pohon-pohon yang tumbuh direruntuhan tersebut. Rombongan kami tiba hampir siang hari, sehingga cahayanya sangat kontras, bagian batu-batuannya gelap, dan langitnya terang.

Untuk mengatasi masalah ini, saya mengunakan teknik HDR. Tapi karena rombongan bergerak cukup cepat dan kami menempuh jalan ala petualang “Indiana Jones”, atau “Tomb Raider”, maka tidak ada waktu untuk set tripod. Disini, saya memilih mengunakan teknik exposure bracketing, dan kemudian saya gabung menjadi foto HDR di Adobe Lightroom.

Teknik exposure bracketing (BKT) adalah memotret beberapa kali dengan exposure (terang-gelap) yang berbeda-beda. Teknik ini awalnya digunakan di era kamera film. Jaman itu, fotografer tidak bisa memeriksa hasil foto karena perlu di cuci-cetak terlebih dahulu. Supaya mendapatkan foto dengan exposure yang tepat, fotografer sering memotret beberapa kali supaya minimal ada satu foto.

Teknik BKT ini saya gunakan bukan supaya saya bisa memilih salah satu foto saja, tapi saya ingin menggabungkan beberapa foto tersebut (Biasanya tiga foto), untuk mendapatkan exposure yang tidak terlalu kontras dan menyerupai apa yang dilihat oleh mata. Berikut hasilnya:

HDR BKT

ISO 220, f/6.3, f/60 detik

DSC_2532

ISO 100, f/6.3, 1/125 detik

DSC_2533

ISO 900, f/6.3, 1/60 detik

Setting mode yang saya gunakan adalah mode A (aperture priority) dan saya mematok bukaan di f/6.3 untuk mendapatkan ruang tajam yang sama di setiap foto. Shutter speed dan ISO ditentukan oleh kamera (saya pakai Auto ISO -ON dengan minimum shutter 1/60 detik supaya hasil foto tidak goyang/blur.

Fungsi BKT saya aktifkan (setiap kamera beda-beda, coba baca di manual book) dengan setting 3 foto dengan perbedaan exposure 2 stop. Yang terakhir, saya aktifkan drive mode continuous shooting (foto berturut-turut). Tujuannya supaya setiap frame foto yang diambil tidak terlalu banyak berbeda sehingga saat digabungkan foto tetap tajam.

Di beberapa kamera baru, biasanya tersedia fitur auto HDR, jadi tidak perlu mengunakan teknik BKT. Hanya saja, kekurangannya hasilnya tidak terlalu leluasa untuk diedit.

Seperti yang saya tampilkan di tiga foto diatas, tidak ada satupun foto yang memuaskan saya, ada yang terlalu gelap candinya, ada yang terlalu terang langitnya, maka itu, saya menggabungkan foto-foto tersebut di Adobe Lightroom 6 yang ada fitur untuk menggabungkan beberapa gambar untuk jadi foto HDR. Anda juga bisa mengunakan software HDR lain seperti Photoshop dan Photomatix.

Hasilnya seperti foto dibawah ini:

DSC_2531-HDR-2

Hasil penggabungannya saya rasa cukup sukses karena saya mendapat tonal yang lengkap antara biru langit hingga detail dari batu-batu reruntuhan, pohon dan detail di tembok Candi. Jauh lebih mirip dengan apa yang saya lihat saat berkunjung ke candi ini.

Workshop dan kursus kilat fotografi dan tur fotografi bisa dibaca di halaman ini.

About the author: Enche Tjin adalah pendiri Infofotografi, seorang fotografer, instruktur fotografi, penulis buku dan tour photography organizer. Saat ini, ia bertempat tinggal di Jakarta. Temui Enche di Instagram: enchetjin

{ 11 comments… add one }
  • wahyu March 25, 2017, 8:55 pm

    Salam kenal pak.
    Mau tanya ni, apa teknik HDR ini jg bisa atau umum digunakan untuk foto praweding, misalnya kalau ingin menonjolkan warna biru langit tapi objek tetap jg fokus.
    Satu lagi, waktu pake mode braketing apa bisa camera diseting pke timer. Saya pake d7100, kalo ga salah mode continus dan timer ada di 1 tombol.
    Saya pingin belajar foto prawedding, karena selama ini cm bikin pasfoto aja.
    Makasih sebelumnya ya pak.

  • jamilah January 18, 2017, 1:35 pm

    Dari artikel diatas yg sy tnykan koh,apakah kamera dslr perlu adanya fitur bracketing? Misal di artikel nikon D3300 tdk ada fitur auto bracketing nya. Mohon penjelasanya ya koh mksih

    • Enche Tjin January 18, 2017, 1:41 pm

      Iya, D3300 gak ada fitur auto bracketingnya. Ada auto bracketing (BKT) enaknya pergantian exposure bisa otomatis jadi lebih cepat. Kalau kameranya gak ada auto bkt, ya terpaksa manual bkt dengan cara set mode M, lalu shutter speed setiap foto diganti secara manual lalu foto lagi.

      • Arief April 27, 2017, 5:55 pm

        Kl manual, berarti harus pakai tripod koh?
        Kalau geser kan susah pas gabungin nya.

  • tommy August 10, 2015, 3:15 pm

    cool….

  • Afnal July 14, 2015, 5:28 pm

    Ko Entje, kalau boleh tahu, foto di atas diambil pakai kamera dan lensa tipe apa?

    • Enche Tjin July 14, 2015, 10:50 pm

      Nikon D600 dan 28mm f/1.8. Pakai kamera dan lensa apapun bisa pakai teknik ini, asal ada fitur BKTnya.

      • Firmansyah July 22, 2016, 7:02 am

        bang, ada artikel untuk cara penggabungan nya? masih belajar editing

      • wahyu April 7, 2017, 8:19 pm

        Malam Pak entje,
        Mau tanya ni.
        Untuk kualitas gambar (foto), bagus mana nikon d610 dibanding eos 5d m ii?
        Mohon infonya. Trimakasih

Cancel reply

Leave a Comment