≡ Menu

Dilema dan Trade-off saat memilih kamera digital

Pernahkah anda merasa sulit sekali mencari satu kamera yang ideal, kalaupun ada kamera plusnya banyak, tapi minusnya juga ada? Apa anda penasaran saat melihat ada kamera yang begitu spesifik fiturnya tapi harganya jadi mahal? Ya karena hidup ini adalah pilihan. Memilih kamera juga gampang-gampang susah rupanya, karena tidak ada satu kamera yang memenuhi semua keinginan kita. Kita mesti berkenalan dengan sebuah istilah yang namanya trade-off.

Trade-off itu kurang lebih artinya mengutamakan satu hal dan mengorbankan hal lainnya. Pertama kita perlu tahu prioritas kita dalam membeli alat, dalam hal ini tentunya kamera, itu apa? Misalnya apakah ukuran kameranya harus kecil untuk kepraktisan? Atau hasil fotonya harus bagus banget? Atau kinerja auto fokusnya ingin yang paling mantap? Atau ingin kamera yang justru fitur videonya lebih diutamakan?

Bagaimana bila kita bahkan tidak tahu apa prioritas kita? Jangan kuatir. Kamera modern sudah dirancang untuk bisa mengakomodir berbagai kebutuhan fotografi kita, jadi dalam banyak hal bisa dibilang sudah oke. Kamera modern hasil fotonya oke, videonya oke, auto fokusnya oke, fitur lainnya juga oke. Tapi saat kita ingin lebih dari sekedar oke, maka pilihan mulai jadi agak sulit, dan bisa ketemu dengan trade-off yang dilematis.

Beberapa trade-off yang akan ditemui dalam pemilihan kamera diantaranya :

Form factor : kamera besar atau kecil

Kamera yang besar, misalnya DSLR, punya genggaman yang mantap. Bobotnya yang berat juga membantu kita memotret lebih stabil. Dengan ukuran yang besar bisa mengakomodir banyak hal, misal ada LCD tambahan di atas, banyak tombol dan roda, baterai lebih besar (artinya lebih tahan lama), mungkin bisa dua slot memory card dsb. Kamera kecil, misal mirrorless, lebih mudah dibawa dan praktis dalam pemakaian, tidak terlalu menarik perhatian publik, tidak membuat tas kita jadi berat dsb.

Perbedaan dimensi mirrorless dan DSLR

Perbedaan dimensi mirrorless dan DSLR

Tapi dengan ukuran yang kecil artinya handling jadi kurang stabil, juga tidak banyak ruang tersisa untuk banyak tombol, bahkan untuk sekedar flash pun bisa jadi tidak ada tempat, mungkin juga jendela bidik apalagi untuk layar LCD tambahan. Kamera kecil juga artinya baterainya akan ikut kecil sehingga kita mesti punya beberapa baterai cadangan, yang artinya lebih banyak pengeluaran ekstra.

Sensor : bigger is better?

Pertanyaan banyak orang adalah apakah lebih baik memilih kamera yang pakai sensor full frame? Ini juga trade off, karena sensor full frame menawarkan kualitas hasil foto khususnya saat diedit. Tapi sensor full frame perlu lensa yang juga mendukung, misal Canon harus yang lensa EF, Nikon tentu bukan lensa DX, dan Sony perlu lensa FE. Lensa-lensa full frame mayoritas besar dan mahal. Lantas bila bukan full frame, pilihan lainnya apa? Apakah sensor APS-C, atau Micro 4/3 atau bahkan 1 inci? Kabar baiknya adalah, kamera APS-C dan full frame hampir sama dalam hal kualitas foto, dan kabar kurang enaknya adalah lensa untuk APS-C juga termasuk besar. Bahkan pemilik kamera DSLR APS-C akan lebih sering memakai lensa full frame. Kalaupun ada lensa khusus untuk kamera APS-C, bisa jadi ukuran lensanya sama besarnya dengan lensa untuk full frame. Gambar dibawah ini contohnya, lensa 50-140mm f/2.8 untuk kamera mirrorless Fuji, ternyata lumayan besar juga hampir sama dengan lensa full frame 70-200mm f/2.8 di DSLR.

Lensa kelas elit ini dirancang untuk sensorAPS-C, ukurannya lumayan besar

Lensa kelas elit ini dirancang untuk sensorAPS-C, ukurannya lumayan besar

Solusi lain ditawarkan oleh sensor Micro 4/3 bahkan sensor 1 inci yang memberikan peluang miniaturisasi lensa (bukan cuma bodi kamera yang mengecil tapi lensa juga mengecil). Saat kualitas foto masih menjadi hal yang penting tapi ingin kamera+lensa yang kecil maka sistem Micro 4/3 (seperti di sistem Olympus atau Panasonic) lebih cocok untuk dipilih, meski faktanya secara teknis sensor Micro 4/3 hasil fotonya walau termasuk baik tapi masih sedikit dibawah APS-C. Perkecualian kalau ingin yang lensanya kecil tapi bisa sangat tele (diatas 200mm) bisa memilih kamera dengan sensor 1 inci (bisa mirrorless seperti Nikon 1, bisa juga kamera kompak juga seperti Canon G3x atau Nikon DL24-500 atau Sony RX10 atau Lumix FZ1000).

Intinya kalau ingin hasil foto makin bagus ya butuh sensor makin besar, artinya lensa juga besar. Untuk trade-off nya kalau mau lensa kecil ya kameranya cari yang pakai sensor lebih kecil, komprominya di kualitas gambar.

Masih soal sensor : how many megapixel?

Megapiksel banyak, foto makin detail, bisa dicetak makin besar. Tapi sensor dengan piksel sangat banyak membuat noise bertambah (khususnya di ISO tinggi). Trade off-nya adalah untuk ultra resolution ada beberapa kamera seperti Sony A7R II (42 MP) atau bahkan Canon 5DS (50 MP), tapi untuk mengejar noise yang sangat rendah di ISO tinggi justru kejarlah kamera dengan sensor yang megapikselnya paling sedikit, misal Sony A7S atau A7S II (12 MP). Dari pengalaman saya, sensor full frame itu idealnya up to 24 MP saja, dan APS-C itu up to 16 MP saja cukup seimbang antara resolusi dan noise. Tapi jaman sekarang tren-nya sudah bergeser, APS-C sudah umum pakai 24 MP dan full frame antara 24-36 MP.

Detail dari sensor 50 MP di Canon 5DS

Detail dari sensor 50 MP di Canon 5DS

Jadi saat ini pilihannya adalah ikut tren saja, mayoritas kamera modern sudah pakai sensor 18-36 MP, Tapi untuk kebutuhan khusus, misal mau yang mengejar resolusi seperti 50 MP ya ada kamera yang sesuai, atau untuk mengejar rendah noise di ISO tinggi, pilihlah kamera modern yang megapikselnya paling sedikit (misal 12 MP).

Auto fokus : apa arti istilah dan angka-angka yang membingungkan ini?

Mari to the point saja, semua kamera pasti kinerja auto fokusnya bagus kalau memotret benda diam (asal cukup cahaya dan cukup kontras). Untungnya hampir semua cabang fotografi yang kita minati termasuk kelompok benda diam. Misal landscape, arsitektur, potret/model, produk atau foto makanan. Saat memfokus pada benda diam, bahkan kita bisa pakai lensa manual fokus juga. Kalau memotret benda diam itu pada dasarnya kita tidak usah ambil pusing dengan angka-angka seperti sekian titik fokus, bisa fokus secepat nol koma sekian detik dan sebagainya. Tapi mengapa saat ini banyak produsen kamera yang membanggakan angka-angka seperti titik fokus sehingga kesannya makin banyak titik fokusnya makin bagus kameranya? Ya jawabannya selain karena kompetisi antar merk, juga karena titik fokus yang banyak itu juga dibutuhkan oleh fotografer tertentu seperti peliput olah raga atau satwa liar.

Angka-angka seputar auto fokus ini mungkin membuat anda bingung

Angka-angka seputar auto fokus ini mungkin membuat anda bingung

Tidak semua kamera auto fokusnya oke untuk fokus kontinu ke subyek yang bergerak. Dibutuhkan kamera DSLR, khususnya yang punya banyak titik fokus, atau kamera mirrorless dengan teknologi hybrid AF. Disini saya lihat bukan lagi trade-off tapi menyesuaikan kebutuhan dengan keinginan. Buat apa menginginkan kamera yang auto fokusnya hebat banget kalau kita jarang memotret aksi yang bergerak cepat? Ujung-ujungnya fitur itu akan membuat harga kamera jadi tinggi dan kita membayar untuk fitur yang jarang dipakai.

Masih banyak trade-off yang lain, baik dalam urusan kamera ataupun memilih aksesori, misalnya saat memilih tas atau tripod. Bahkan dalam dasar fotografi pun diajarkan tentang trade off, misal memilih ISO rendah tapi tidak peka cahaya, atau ISO tinggi mudah dipakai di tempat kurang cahaya tapi noise. Ya intinya kita perlu mengenali berbagai pilihan yang ada beserta konsekuensinya, sehingga membantu kita sendiri dalam memilih.

Catatan :

Artikel ini dibuat dengan inspirasi dari seringnya pembaca yang tanya bagus mana kamera A atau kamera B, tanpa dia tahu apa kebutuhannya. Kalau saya diminta bantu memilihkan sih soal gampang, cari saja yang spesifikasinya lebih tinggi. Tapi kan kebutuhan tiap orang berbeda dan kamera yang oke menurut saya belum tentu cocok untuk Anda, jadi bijaklah dalam memilih ya..

——–
Masih bingung? buku panduan Smart Guide dalam memilih kamera dan lensa mungkin bisa membantu

Sudah punya kamera? Ikuti kursus dan kegiatan fotografi Infofotografi yang jadwalnya bisa dibaca disini.

About the author: Erwin Mulyadi, penulis dan pengajar yang hobi fotografi, videografi dan travelling. Sempat berkarir cukup lama sebagai Broadcast Network TV engineer, kini Erwin bergabung menjadi instruktur tetap untuk kursus dan tour yang dikelola oleh infofotografi. Temui dan ikuti Erwin di LinkedIn dan instagram.

{ 12 comments… add one }
  • deby March 19, 2016, 2:37 am

    Kamera baru skrg ini megapixel nya besar2. Pdhl makin besar megapixel makin butuh ruang penyimpanan yg besar pula.
    Editingnya pun tambah berat, butuk spek PC tinggi.

  • Benny March 18, 2016, 7:33 pm

    Sekedar sharing…
    Dulu saya pengin upgrade kamera. Pilihannya antara fuji XT-1, canon 5dSr, 5d mk iii & nikon d810.
    Oleh sales toko disarankan beli XT1. Lalu aku pikir2 dg pertimbangan :
    – Kamera buat kerja.
    – Harus tajam (utk indoor & produk)
    – Dynamic range harus tinggi (utk foto outdoor & landscape)
    – Batre harus awet.
    Akhirnya aku banyak browsing & download foto2 fullres dr kamera2 tsb utk dicompare.
    Akhirnya….aku putuskan ambil nikon d810.
    Ternyata gak salah pilih, tajam, detail, lowlight lmyn bagus, iso bisa 31 & dynamic range udah 14,8ev (tertinggi).

    • Enche Tjin March 18, 2016, 9:05 pm

      Pilihan yang cerdas.

  • Anto March 17, 2016, 5:52 pm

    Ko enche bedanya apa sih antara afs 24-70 f/2.8 ED sama afs 24-70 f/2.8E VR ED?selisihnya lumayan byk hampir 8 jutaan

  • budi hendro March 17, 2016, 4:35 pm

    Beeenneeeerr bingiiieeets….. tidak ada yg sempurna, tinggal sesuaikan prioritas….
    Lain kalo banyak fuluusss mah, beli yg tercanggih, pasti mahal… fiturnya ga kepake…. urusan ntaran…. sambil belajar… khe khe khe..
    mantaaabs bang….

  • komar March 17, 2016, 2:09 pm

    betul banget…..

    mantap tulisannya ko Erwin…..

    semakin banyak mengambil gambar, justru semakin kepikiran, bahwa yang dibutuhkan adalah kamera sensor besar dengan mp sedikit. karena kebutuhannya tidak untuk cetak besar (maks a3), seringnya dipakai untuk indoor (low light), dan objek yang sifatnya bergerak. Tapi mirrorless investasinya untuk kamera dan lensanya mahal (buat saya).

    ya begitulah dunia…. ngga ada yang sempurna….

  • fals Cherbond March 17, 2016, 1:48 pm

    Keren om sangat membantu..

  • Tri Hand March 17, 2016, 1:24 pm

    Mantab artikelnya…nambah wawasan.

  • Febri Manuel March 17, 2016, 1:10 pm

    Saya pengguna nikon d810.. Saya suka detail pada hasil foto sebab kesukaan saya dalam memotret adalah human interest dan landscape.. Apakah pilihan saya sudah tepat mas..?

    • Enche Tjin March 17, 2016, 3:13 pm

      Oke tuh kameranya 🙂

  • fahri March 17, 2016, 1:08 pm

    Cakep Om. Terima kasih informasinya.

    salam,
    Fahri

  • supajul March 17, 2016, 12:58 pm

    sangat membantu buat refrensi dalam membeli kamera

Cancel reply

Leave a Comment