≡ Menu

Lensa Manual Film 35mm Berkualitas Tinggi Digunakan Pada Kamera DSLM-MFT

lensa-film-leica-09

Lumix GX1 + Adaptor Leica M-Mount + lensa Leitz Wetzlar 50mm f/2.0 Summicron

Dunia fotografi di era digital sekarang ini sudah maju pesat sekali dengan dukungan teknologi komputerisasi yang makin canggih, hampir setiap tahun minimal satu atau dua varian dari satu merek kamera diluncurkan, tak ubahnya seperti perangkat handphone pintar yang setiap tahun pasti keluar seri terbaru nya dan selalu ditunggu oleh konsumen setia mereka.

Beda dengan era fotografi film 35mm, pada era film satu varian kamera bisa bertahun-tahun baru muncul seri terbarunya tetapi untuk lensa-lensa-nya terutama untuk third party lenses nya justru yang lebih agresif untuk memunculkan produksi lensa-lens barunya terutama jenis lensa zoom.

Di era fotografi menggunakan film, saya menggunakan dua jenis kamera, kamera SLR (Canon F1 & Canon New F1) dan kamera RF (Rollei 35 & Leica M4) saya sebetulnya suka menggunakan kamera SLR hanya kendala yang saya rasakan adalah ukuran kamera SLR itu relatif lebih besar, berat (kamera dan lensanya), dan terlalu menarik perhatian orang sekali dibandingkan dengan menggunakan kamera RF, dimana selain ukuran kamera-nya lebih kecil, ukuran lensa-lensa film 35mm Leica M bisa separuhnya.

Saya juga sempat menggunakan kamera DSLR Canon EOS 400D beberapa waktu, tetapi lensa-lensa film canon FD lama saya tidak bisa digunakan terkendala adaptor dan lain sebagainya.

Kamera digital kecil non SLR dengan lensa yang dapat dilepas tukar adalah fenomena yang relatif baru di dunia fotografi digital akhir-akhir ini, tetapi bagi mereka yang mengalami era film 35mm, faktor bentuk itu bukanlah baru. Bahkan, beberapa optik berkualitas tertinggi di dunia yang di gunakan dan sangat didambakan oleh fotografer terbaik selama beberapa dekade, telah dirancang untuk sistem film 35mm rangefinder, terutama Leica M-mount.

Tentu saja saya yang pada dasar-nya menyenangi kamera kecil kompak (rangefinder)  yang lensanya dapat dilepas tukar sangat senang dengan makin maraknya jenis kamera mirrorles bertipe Range Finder dari beberapa merek dari yang ber sensor Bingkai Penuh, APS-C maupun MFT. Dengan berbagai pertimbangan dan alasan saya akhirnya memutuskan memilih menggunakan kamera DSLM (Digital Single Lens Mirrorless) Panasonic Lumix dari seri GX1 dan kemudian GX7 berformat Micro Four Third, yang artinya ukuran sensor nya adalah dua kali crop sensor bingkai Penuh dan artinya pula jarak titik fokusnya pun menjadi dua kalinya.

Sebagai penggemar fotografi yang menggunakan kamera digital compacts interchangeable-lens tentu ada keinginan menggunakan lensa film 35mm Leica M lama saya pada kamera DSLM, dan kebetulan saat ini sudah tersedia adaptor untuk itu di pasaran. Tapi apakah itu layak?

Untuk mencoba, saya menggunakan perangkat baru dan lama saya sebagai berikut:lensa film 10

  • Panasonic Lumix GX1 dan GX7, Micro Four Thirds Format
  • Adaptor Leica M-Mount to Micro Four Thirds merek Kiwi
  • Lensa Leitz Wetzlar 50mm f / 2.0 Sumicron.
  • Lensa Lumix G X Vario 45-175mm f/3.5-5.6 PZ
  • Sayang lensa Leitz Wetzlar 21mm f/3.4 Super Angulon tidak bisa dipakai karena kontruksi lensanya berbeda.

Cara pemasangannya cukup sederhana – pasang cincin adaptor Leica M-Mount tipis ke dudukan lensa yang berada di kamera lalu pasang lensa Leica M-Mount di depan cicin adaptor tersebut, adaptor tidak memiliki komponen optik. Beberapa perusahaan lain juga ada yang membuat Leica M-Mount adaptor untuk kamera Micro Four Thirds (termasuk Olympus dan Panasonic Lumix itu sendiri), sehingga kita memiliki beberapa pilihan untuk itu. Dan akhirnya kita dapat memasang lensa Leica M dengan dudukan bayonet yang dibuat dalam kurun waktu 50 tahun terakhir atau lebih pada kamera digital kita.

Melensa film 11mbidik dengan lensa film 35mm Leica pada kamera digital modern mengubah banyak hal, dalam artian ada kendala. Pertama-tama, tidak ada kontrol eksposur otomatis – meskipun kita dapat cukup dengan mudah mensimulasikan mode aperture prioritas dengan menetapkan aperture pada lensa terlebih dahulu seperti apa yang kita inginkan, dan membiarkan kamera memilih prioritas shutter speed dan / atau ISO sendiri atau pada mode program.

Kita juga kehilangan fungsi autofocus yang yang mana itu sangat berguna terutama untuk foto sports, candid dan street. Biasanya untuk kamera digital yang tidak memiliki Focus Peaking kita bisa mempreset aperture pada bukaan menengah keatas bila cahaya cukup cerah, ini akan memberikan kita cukup ruang tajam pada subjek sehingga kita langsung saja mengarahkan dan membidik tanpa khawatir kehilangan momen dan subjek buram. Tetapi apabila kita ingin menggunakan aperture berbukaan lebar sekali dalam cahaya rendah dimana jangkauan fokusnya tipis ini yang sulit, terpaksa harus memfokus melalui layar LCD atau melalui EVF (Electronic View Finder). Sebuah mode fokus-bantuan digital zoom pada Lumix GX memberikan kita melihat subjek lebih dekat dan mendapatkan fokus lebih tepat. Kalau masih ragu dengan kecerahannya kita bisa gunakan Auto ISO.

Yang saya dapatkan dengan penggunaan lensa film 35mm Leica tua ini cukup baik, kontras nya sedikit lebih natural dan fokusnya nya sedikit lembut. sehingga warna yang diberikan dengan saturasi warna kulit manusia cukup natural, lensa Lumix yang saya gunakan kontrasnya sedikit lebih kuat dan untuk warna kulit saturasi kemerahannya cenderung lebih muncul jadi biasanya bila menggunakan lensa-lensa Lumix nilai kontrasnya dan saturasinya saya kurangi -1 skala.

Lensa kaca Leica dengan harga lima-enam kali lipat atau lebih seharusnya menghasilkan gambar yang sangat baik. Fakta nya setelah kembali di komputer perbedaan antara lensa kaca Leica yang mahal dengan lensa Lumix yang jauh lebih murah tidak terlalu signifikan.

Mengapa demikian? Atau mungkin lensa kaca Leica saya sudah terlalu tua (1956-1968) sehingga coating-an nya dan kecerahan kacanya sudah menurun.
Jawabannya adalah, mungkin sekali karena perbedaan bagaimana digital kamera menangkap cahaya dibandingkan dengan sistem film 35mm, dan proses ini tentu dapat terjadi bervariasi secara signifikan dari kamera ke kamera

lensa film 02

Foto sebelah kiri menggunakan (lensa Leica 50mm setara 100mm pada sensor bingkai penuh) kontras normal dan lebih soft, bagus untuk foto potrait karena warna kulit akan terlihat natural dan halus.

Hampir semua lensa memancarkan cahaya melingkar di media perekam dalam kamera (film atau sensor). Tapi pada foto konvensional tidak bulat – mereka persegi atau persegi panjang, yang berarti sebagian cahaya ter-krop. Di mana peng-kropan ini dapat sangat mempengaruhi kualitas gambar perubahan tepi ketajaman dan vignetting. Umumnya, lensa Leica dirancang dengan asumsi rekaman medium light pada sepotong film 35mm dengan aspek rasio 3: 2 (atau sensor full-frame berukuran sama, seperti pada kamera digital ful frame pertama M9) .

Tidak semata-mata karena sensor yang digunakan oleh Lumix GX dan sistem Micro Four Thirds yang 75% lebih kecil dari full-frame, tetapi itu juga dikarenakan aspek rasio yang 4:3, yang artinya hanya seberkas sinar kecil dari cahaya yang diteruskan oleh lensa Leica, dan seberkas sinar ini mungkin yang tidak dapat menghasilkan gambar berkualitas terbaik.

lensa film 01

Foto sebelah kanan (lensa Lumix @45mm setara 90mm untuk sensor bingkai penuh) kontrasnya lebih tinggi karena bunga nya putih sehingga detail dan gradasi bunganya berkurang, tetapi daetail pada daun lebih jelas cocok untuk foto Landscape.

Lensa-lensa Film 35mm termasuk lensa Leica dirancang untuk dapat memberikan kinerja yang terbaik dengan format bingkai penuh. Dengan ukuran sensor yang berbeda, cahaya dapat memberikan piksel yang berbeda dari sensor pada sudut yang sangat ekstrim, yang artinya, gambar mungkin sedikit keluar dari fokus, atau tidak cerah di sekitar tepian nya.

Tetapi dari kendala-kendala diatas tersebut perangkat lunak pada kamera digital memainkan peran besar dalam membentuk citra output akhir kamera digital modern menjadi baik dan sempurna. Di dalam perangkat lunak hal-hal seperti vignetting dan ketajaman dan lain sebagainya dapat disesuaikan, juga mengkompensasi titik-titik lemah pada lensa.

Jadi disini saya menggunakan lensa film lama saya pada kamera Lumix bukan untuk mendapatkan hasil yang lebih bagus dibandingkan saya menggunakan lensa digital baru yang didesain memang untuk format MFT. Tetapi saya hanya ingin ber nostalgia merasakan sensasi menggunakan kamera dan lensa film 35mm tanpa harus membeli lensa film 35mm manual baru untuk kamera MFT saya. Salah satu lensa manual berkualitas prima untuk kamera MFT adalah dari Voigtlander, tetapi harga nya relatif cukup mahal kalau hanya untuk dipakai bernostalgia saja.

Kesimpulan saya

Lensa yang dirancang untuk sensor digital memiliki beberapa perbedaan dari lensa kamera berbasis film. Salah satu perbedaan utama adalah bahwa sensor digital lebih reflektif dari film, jadi pelapis anti-reflektif yang diterapkan pada elemen belakang lensa digital. Ini membantu mencegah refleksi dari sensor yang dapat mengakibatkan ghosting gambar.

Selain itu, sensor digital membutuhkan cahaya untuk melakukan perjalanan menyusuri tabung sempit akibat oleh tumpukan filter (warna, AA, dll) yang terletak langsung di depan photosites aktual serta mengkonversi energi cahaya ke sinyal elektronik setelah mengenai sensor. Ini mengubah cara bahwa cahaya perlu diarahkan ke sensor (perlu datang lebih lurus) dan lensa digital dapat dirancang untuk menangani ini lebih baik.

Hal ini umumnya tidak masalah untuk menggunakan lensa film lama asalkan kompatibel dengan dudukan kamera kita, tapi perlu diingat bahwa ada kecenderungan mengalami masalah ghosting saat pengambilan gambar, mereka sering memiliki ketajaman yang lebih rendah dan mungkin memiliki penyimpangan warna (chromatic abberation).

Rekomendasi umum dari saya:

lensa film 08Jika kita memiliki beberapa lensa film 35mm Leica M yang lama nganggur dilemari penyimpan, ada sebuah adapter seharga IDR 390.000, harga yang layak untuk bersenang-senang dengan kamera digital Micro Four Thirds. Dengan kontrol manual, ini memberikan rasa sensasi seperti mengintai dan memfokus dengan kamera analog manual pada kamera digital modern.

Jika kita mampu membelinya, belilah lensa modern, tetapi jika kita membutuhkan kemampuan lensa mahal (seperti lensa cepat) dan murah, maka mungkin layak mengambil lensa film lama dan bekerja di sekitar keterbatasan nya, pastikan untuk mempelajari karakter lensa tertentu yang kita cari itu dan coba bandingkan dari kedua lensa itu bila harga nya sama dengan aperture dan panjang fokus yang sama.

Demikian pengalaman saya dengan lensa film 35mm Leica M tua saya, dan semoga tulisan ini bermanfaat.

Salam……

About the author: Hendro ‘Momi’ Poernomo adalah seorang Arsitek yang menggemari fotografi dari sejak perkenalannya dengan box camera semenjak kanak-kanak. Jenis fotografi yang disukai cukup beragam, beberapa favorit nya yaitu Street Photography, Landscape, Human Interest, Travel dan kebanyakan foto B&W. Karya-karyanya bisa dilihat di Instagram.

{ 15 comments… add one }
  • andreas September 18, 2016, 10:22 am

    koko mau tanya dong
    sekarang saya pakai kamera fuji x-T10
    saya mau nambah lensa tapi saya bingung mau ambil yang xf 35mm atau xf56mm
    kalau boleh tau apa perbedaan dari kedua lensa tersebut
    lebih sering terpakai yang mana antara 2 lensa tersebut
    terima kasih sebelumnya

  • Virgi September 1, 2016, 11:50 pm

    Om mau tanya kalo lensa manual apa lebih enak untuk produksi video?

    • Enche Tjin September 2, 2016, 4:28 am

      Lebih enak bagi orang yang terlatih dalam mengatur kecepatan dan ketepatan fokus, tapi saat ini sudah banyak lensa autofokus dengan stepper motor yang tidak bersuara saat fokus dan mulus. Lensa-lensa demikian enak juga untuk video shooting.

  • Igit August 20, 2016, 11:54 am

    Om maaf melenceng dari topik
    Bagi tipsnya dong om . Saya baru belajar di fotgrafer. Di saat waktu senggang atau libur kerja saya sering keliling keliling pinggiran di kota Jakarta sendir. Kebetulan saya kos di daerah tebet . Banyak sekali rumah rumah warga yg berdempet dempetan . Saya seneng aja sih om kaya motret candid kebahagiaan anak anak kecil Jakarta pada maen bola misalkan di gang gang sempit .. Tapi kadang kala di saat ngeluarin dslr . Kadang orang liat ke saya kaya gimana gitu.. Ini apa mental saya nya yg kurang pede apa gimana ya .. Tips nya gimana om biar kita enjoy orang orang juga enjoy ngeliat kita nenteng nenteng dslr . Hehe makasih om sebelumnya

    • Poernomo August 23, 2016, 1:50 pm

      Kamera DSLR memang sifatnya high profile tidak bisa dielakan lagi, maka dari itu kebanyakan para street fotografer kurang nyaman menggunakan kamera jenis ini selain itu juga kurang gesit dibandingkan menggunakan kamera DSLM.
      Saran usahakan mendatangi lokasi sudah sambil nenteng kamera dan jangan langsung motret2 tapi membaur dahulu sambil menyapa dan ngobrol2 ringan sedikit, inti nya seolah olah kita lagi jalan2 santai sambil motret sana-sini.

      • igit August 24, 2016, 2:06 pm

        Makasih om sarannya hehe, nanti akan saya coba lagi

  • Andy Peng August 15, 2016, 5:12 pm

    Terima kasih om Momi telah menambah wawasan kita, semoga dengan membagi ilmu akan makin terasah kemampuan dan pengalaman fotografi om Momi.

  • yoyok August 15, 2016, 2:46 pm

    Lnsa yg ccok untuk canon 70d untuk hsil yg tjm ap om
    Sya suka traveling siang mlam hunting

    • Poernomo August 15, 2016, 11:20 pm

      Ini susah2 gampang jawabnya .. heheh .. yang jelas banyak

    • Anonim August 17, 2016, 6:29 pm

      Saya bantu jawab ya pak, kalau lensa khusus untuk sensor aps-c menurut saya yang paling cocok untuk traveling low light ef-s 17-55mm f2,8. Tapi kalau kedepan mau upgrade ke full frame lebih baik ambil ef 24-70mm f2,8L. Untuk lensa fix, anda bisa coba ef 35mm f2 is kalau suka focal standard. Bahkan lensa macro ef 100mm f2,8L is juga cocok untuk traveling malam. Tergantung budget anda berapa dan berapa focal length kesukaan anda pak.

  • yoyok August 15, 2016, 2:44 pm

    Om sya punya canon 70d
    Sya suka traveling hunting siang malam…lensa yg ccok apa ya

    Mhon bantuanyA..masih bljar ilmu ftograpy

    • Poernomo August 15, 2016, 11:17 pm

      sebetulnya yang cocok justru si fotogafernya sendiri yang tau butuhnya lensa apa yang cocok untuk dirinya sesuai gaya dan aliran yang di anutnya. tapi kalau hanya untuk umum motret2 siang malem dan apa aja ya pake lensa zoom 24-70mm f/2.8 untuk canon 70d jadi stara 36-105mm

    • wawan August 16, 2016, 8:08 am

      canon 70d kan masih APSC…jadi lensa yg cocok paling :
      – sigma 18-35 f/1.8 ART
      – sigma 50-100 f/1.8 ART
      cukup 2 lensa juara itu. Tajam dapat, AF cepat jg dapat, bokeh jempolan, harga jg wajar.

      • Poernomo August 16, 2016, 9:11 am

        Betul, ya itu maksutnya .. 24-70mm f/2.8 untuk canon 70d (aps-c) jadi stara 36-105mm

Cancel reply

Leave a Comment