≡ Menu

Renungan : apakah tujuan fotografi kita?

Di masa sekarang, siapa yang tak kenal fotografi? Baik fotografi itu sebagai hobi maupun untuk profesi. Fotografi sejatinya adalah proses berkarya dengan kamera dan menghasilkan sebuah foto dan pada dasarnya foto itu sendiri adalah ‘Universal language‘ yang bisa bercerita secara universal, memiliki kekuatan yang tidak bisa tersingkir oleh kemajuan jaman. Namun saat kini siapa saja bisa memotret (minimal dengan kamera ponsel), maka fotografi modern menjadi sangat beragam. Lalu apakah fotografi bagi kita hanya termasuk sekedar taking pictures atau make picture? Snapshot atau berkarya? Apa dengan memiliki kamera lantas bisa dianggap sebagai fotografer? Jawabannya bakal panjang dan saya bukan sedang ingin membahas hal itu.

Saat mengajar di kelas saya kerap bertanya tentang alasan seseorang mempelajari/mendalami fotografi. Kadang jawabannya pun klise, umumnya mereka ingin bisa membuat foto yang bagus. Ya tentu semua orang juga ingin bisa membuat foto yang bagus kan? Bahkan sebagian orang ada yang menganggap bahwa dengan memiliki peralatan (kamera, lensa dll) yang mahal lantas itu akan membantunya mendapatkan foto yang lebih bagus. Betul bahwa kamera yang baik penting untuk seorang fotografer dalam berkarya, tapi mengejar apalagi membandingkan kamera+lensa saja bisa membuat kita lupa akan esensi fotografi. Disini sekali lagi saya tidak mau membahas soal perbandingan alat (gears) dan teknologinya, saya anggap modernisasi fotografi itu berkah. Alat yang canggih membantu kita dapat foto yang dulu sulit dilakukan, dengan lebih cepat dan mudah. Itu saja.

Swafoto (selfie) makin mudah, berkah dari teknologi untuk generasi muda

Tapi fotografi itu kan bahasannya luas, dan cenderung filosofis juga. Dia berkaitan dengan karakter personal kita, sisi vision dan imajinasi kita, kejelian kita mengamati momen, cahaya, bentuk, warna dan banyak hal. Mendapatkan karya foto yang baik itu adalah buah dari sebuah proses (lucunya di jaman serba instan ini sepertinya banyak yang lebih suka mem-by pass proses), proses yang berulang dan terus berulang, baik itu pembelajaran teori maupun prakteknya. Proses yang bila dijalankan dengan konsisten maka tanpa disadari kita sudah berada di posisi yang lebih tinggi, bukan lagi menjadi seorang yang selalu berkutat dengan kerumitan setting teknis kamera, bukan yang gamang dalam memilih angle dan fokal lensa, atau yang bingung memikirkan mana point-of-interest dan mana background-nya.

Apapun minat dan tujuan fotografi anda, yang penting teguhkan tujuan dan nikmatilah prosesnya.

Apa opini saya ini terdengar klise? Apakah memang fotografi serumit itu? Banyak proses yang harus dilalui? Anda mungkin bisa berkata, bahwa fotografi itu mudah. Apalagi kan jaman sekarang sudah era digital, memotret sudah semakin gampang, bahkan banyak tools editing instan yang langsung mengubah foto kita jadi wow. Ya saya setuju kalau saat ini memotret itu mudah, saking mudahnya tanpa disadari ratusan ribu, mungkin hingga jutaan foto yang sudah kita ambil menumpuk di hard disk, tanpa kita pernah tinjau lagi atau bahkan lupa apa saja yang sudah pernah difoto. Tapi setelah itu apa tujuan fotografi kita kalau begitu? Terlalu mudah memotret membuat terlalu banyak foto yang dihasilkan, dan sampai di taraf kita tidak tahu lagi mau diapakan foto-foto itu semua. Karena memotret di jaman sekarang adalah bagian dari keseharian dari generasi modern, bagian dari instant sharing, maka boleh jadi dia dilakukan tanpa tujuan spesifik. So alangkah baiknya tetapkan saja sebuah tujuan, supaya lebih fokus dan ada kepuasan tersendiri saat tujuan itu tercapai. Tujuan disini bahkan boleh lebih dari satu, misal ingin hunting sambil travelling, sekaligus mengumpulkan stok foto, misalnya. Kalau saya generalisir setidaknya ada dua tujuan utama dalam fotografi yaitu untuk komersil dan untuk hobi. Yang komersil tentu akan menjadikan fotografi sebagai profesi, mendatangkan keuntungan langsung maupun tidak langsung. Misalnya jasa memotret (korporat, wedding, studio potret, produk), sebagai jurnalis (news maker, story teller, project based/long term) atau jasa lainnya seperti menjual stok foto atau mengajar fotografi.

Fotografi itu perlu proses, apapun tujuannya nikmati saja prosesnya, berapapun usia anda

Yang lebih banyak ragamnya tentu adalah tujuan fotografi sebagai hobi. Disini fotografi tidak dijadikan sebagai sumber pemasukan, tidak ada yang membayar kita, tapi lebih ke mencari sesuatu seperti pengalaman, kepuasan atau karya, dan peminatannya pun berbeda-beda. Penghobi foto ini bisa dari golongan mana saja, dengan alat apa saja dan mereka tidak kalah seriusnya dengan profesional pekerja foto. Bahkan karyanya bisa sampai dibuatkan dalam sebuah pameran foto, misalnya. Kita yang hobi foto akan dengan antusias menerima ajakan hunting bareng, mencari tempat baru dan tantangan baru, untuk sebuah kepuasan (bukan materi). Bahkan saat ini boleh jadi semangat kita memotret juga dipengaruhi oleh orang di sekitar kita, misalnya pengakuan dari komunitas di lingkungan kita berada, atau bahkan dari jumlah like yang didapat di sosial media. Itu alasannya mengapa kini sebuah tempat yang instagramable mudah menjadi viral, mendadak ramai dikunjungi orang. Seolah kita juga harus punya foto disana, atau selfie disana, padahal belum tentu itu adalah tujuan fotografi yang baik.

Di masa mendatang saya yakini fotografi akan tetap eksis, karena banyaknya tujuan yang dimiliki masing-masing orang. Mungkin ada juga yang berhenti dari fotografi, baik profesi maupun hobi, tapi jumlahnya tidak sebanding dengan yang masih terus menikmatinya. Seorang seniman akan tetap membutuhkan fotografi sebagai sarana mereka berkarya, seorang introvert mungkin akan menikmati karya fotonya untuk kepuasan sendiri (fotonya tidak untuk ditunjukkan ke banyak orang), seorang public figure akan terus perlu memotret demi memuaskan followernya di sosial media. Bahkan dalam lingkup keluarga, fotografi akan terus ada, sebagai kenangan (memories) yang akan tersimpan sampai lama, dari anaknya kecil hingga tumbuh dewasa. Apapun minat dan tujuan fotografi anda, yang penting teguhkan tujuan dan nikmatilah prosesnya. Tambah terus pengetahuan dan wawasan anda tentang fotografi, kembangkan dari sekedar hobi menjadi hobi yang lebih serius (dan bisa dapat bayaran juga), dan cobalah untuk memeriksa lagi karya foto yang sudah diambil dari dulu hingga sekarang, lalu kelola dengan baik (bisa dibuat slide show, dibuat gallery online, cetak berbentuk coffee table print, atau dicetak ukuran besar lalu dibingkai) sehingga kita bisa lebih appreciate terhadap karya sendiri.


Cek halaman ini untuk mengetahui agenda kursus dan tur infofotografi.

About the author: Erwin Mulyadi, penulis dan pengajar yang hobi fotografi, videografi dan travelling. Sempat berkarir cukup lama sebagai Broadcast Network TV engineer, kini Erwin bergabung menjadi instruktur tetap untuk kursus dan tour yang dikelola oleh infofotografi. Temui dan ikuti Erwin di LinkedIn dan instagram.

{ 14 comments… add one }
  • Iqbal Budi Prakoso June 14, 2017, 11:28 am

    Om Erwin apakah worthed upgrade dari sony a6000 + SEL35F1.8 ke Sony a7 + Canon FD 50mm f1.4 (Manual)? Kebutuhan untuk Street Photography dan Potrait, makasih sebelumnya om

    • Erwin Mulyadi July 8, 2017, 11:52 am

      Fokal 50mm kurang lebar untuk street, dan bakal lama cari fokus manual apalagi di bukaan besar. Untuk kecepatan dan praktis enak A6000 dengan lensa 35mm, tapi kualitas gambar A7 secara teknis sedikit lebih unggul.

  • Axel June 11, 2017, 1:10 pm

    Saya hanya seorang yang hoby foto dan punya gairah akan photography. Dimulai dari kamera hape dan belajar edit pakai aplikasi seadanya dan selanjutnya di share ke Instagram, menjadikan hal tersebut suatu yang menyenangkan untuk saya. Dan pada akhirnya mencoba upgrade memakai kamera Mirrorless dan selalu belajar teknik photography lewat artikel ataupun dari para YouTubers. I just wanna say, thank you so much for infofotografi.com yang menjadi salah satu situs favourite saya untuk belajar. Perkembangan ilmu foto saya bisa di lihat di Account Instagram : @ibelco

    • Roni June 19, 2017, 6:43 pm

      Om enche,,butuh saran buat foodphotography.
      Budgetnya terbatas. Mau beli canon 6d second + 50 mm 1.8 stm apa canon 5d mk II +canon 100 mm macro l is usm

      • Enche Tjin June 30, 2017, 1:46 pm

        100mm macro untuk food sepertinya terlalu sempit, bagus yang 50mm, lebih fleksibel, tapi tergantung juga motret food apa. 24-70mm f/4 Macro lebih fleksibel.

  • Reira June 10, 2017, 1:12 am

    Mantaappss…

  • Andrew June 9, 2017, 7:15 am

    Wah sangat memotivasi..

  • mikael June 8, 2017, 9:36 pm

    Mau tanya Mas Erwin,, membuat galeri online caranya bagaimana?? terimakasih

    • Erwin Mulyadi June 12, 2017, 11:19 am

      Paling gampang ya ikut ke web foto online seperti flickr, 500px dsb. Kalau mau lebih serius ya dirancang sendiri websitenya, lalu dibuatkan nama domain dan di hosting di tempat yg storage-nya gede.

  • theodorski June 8, 2017, 9:10 am

    izin share mas…hehehe.
    sekedar pencerahan

  • Angga June 7, 2017, 9:33 pm

    Jadi berpikir ulang nih, dari sekedar hobby supaya bisa naik kelas. Terima kasih Mas Erwin artikelnya, boleh sharing2 pengalamannya biar bisa jadi inspirasi

  • Komar June 7, 2017, 9:19 pm

    4 jempol. Babak awal suatu enlightening

  • yudi June 7, 2017, 7:34 pm

    bener skli om erwin, artikel seperti ini kalau bisa lebih sering om, lbh bermanfaat.

  • Johan June 7, 2017, 7:33 pm

    Saya sekarang punya lensa nikon dx 18-140mm.

    Kalau pingin updgrade
    kira2 untuk range sama dengan kisaran lensa kit .

    Pilih – nikkor 16-85mm f/3.5-5.6
    – sigma 17-70mm f/2.8-4.0.
    Atau ada pilihan lain lensa kit yang FL bisa diatas 50mm.

    Terima kasih srbelumnya

Leave a Comment