≡ Menu

Inilah lawan-lawan dari Canon EOS 6D mk II

Canon EOS 6D mk II sudah diumumkan, dan kali ini saya coba bandingkan dengan kamera lain yang sekelasnya. Sebagai pendahuluan, 6D mk II adalah kamera DSLR full frame yang mengisi segmen basic yang tentunya spesifikasi dan fiturnya harus dibedakan dari kakak-kakaknya seperti 5D mk IV, 5DS apalagi 1Dx mk II. Di segmen ini yang dicari adalah keseimbangan antara harga, kinerja, kualitas dan ukuran, dimana profil pemakainya yang sesuai biasanya dari kalangan hobi, atau profesional yang mencari peralatan cadangan (backup). Ciri kamera yang ada di kelas ini adalah dijual di kisaran 15-20 jutaan, bukan termasuk kamera yang paling wow dalam hal kecepatan (misal frame per detik atau shutter speed maksimum) dan juga kini mulai menawarkan kemudahan lebih untuk pengguna (misal layar sentuh, layar lipat dan sebagainya). Khusus 6D mk II menawarkan sesuatu yang cukup unik dan jarang ditemui di kamera lain seperti sensor 26 MP (kamera lain umumnya 24 MP), ada fitur 4K timelapse, Bluetooth dan GPS untuk konektivitas lengkap. Sebagai info, 6D mk II diperkenalkan dengan harga $2000 bodi saja (sekitar 26 juta rupiah).

Kelebihan Canon adalah menemukan teknologi Dual Pixel AF yang menjadikan kamera DSLR bisa laksana mirrorless saat pakai mode live view, tentunya bukan sekedar live view tapi bisa auto fokus dengan cepat, fokus kontinu dan bisa memfokus dengan menyentuh layar.

Nikon D750

Sebagai sesama DSLR, saingan Canon tentunya adalah Nikon. Disini saya pilihkan Nikon D750 yang sudah lebih duluan hadir. Uniknya D750 (25 jutaan rupiah bodi saja) bukanlah DSLR full frame paling basic dari Nikon, dia berada diatas D610 (18 jutaan bodi saja). Ditinjau dari spek dan harga, saya pikir 6D mk II lebih cocok head-to-head dengan Nikon D750. Kedua kamera ini juga sama-sama bisa layar lipat untuk live view, meski D750 hanya bisa lipat ke atas bawah saja. Ada beberapa kesamaan lain dari keduanya seperti fisiknya yang sudah tahan cuaca, ada WiFi, shutter maksimum 1/4000 detik dan kecepatan tembak 6,5 fps. Walau sedikit beda, saya anggap resolusi sensor masih relatif setara (24 vs 26 MP) dan kemampuan rekam videonya sama-sama hanya sampai full HD saja.

Nikon D750

Nikon D750 secara fitur fisik lebih unggul dengan adanya dual slot kartu memori dan tersedia port untuk pasang headphone. Bila mau pakai built-in flash juga ada, termasuk bisa difungsikan sebagai optical commander untuk wireless flash. Kualitas gambar Nikon D750 secara teknis sudah sangat baik, namun kemampuan ISO maksimumnya kalah dari 6D mk II yaitu ISO 12800 dibanding ISO 40000. Canon 6D mk II punya kelebihan di sisi live view yang auto fokusnya cepat berkat dual pixel AF dan adanya layar sentuh membuat pengoperasiannya lebih mudah. Belum lagi fitur konektivitas 6D mk II lebih lengkap dengan NFC, Bluetooth hingga GPS.

Sony A7 II

Kamera mirrorless semakin menekan penjualan DSLR, bahkan yang full frame. Apalagi baik Canon ataupun merk lain (sebutlah Nikon dan Fuji) tidak membuat kamera mirrorless full frame, maka Sony bisa melenggang dengan nyaman dengan tiga produk A7-nya. Dari fitur dan harga, A7 mk II dengan harga 21 jutaan bodi saja, adalah yang paling dekat kesamaannya dengan Canon 6D mk II, dibanding A7R mk II atau A7S mk II (yang dijual diatas 35 juta). Perlu diingat kalau antara DSLR dan mirrorless pada dasarnya tetap ada perbedaan desain yaitu dalam hal auto fokus dan jendela bidik, dan itu kembali ke kita suka yang mana. Canon 6D mk II mengusung jendela bidik optik, dengan 45 titik fokus sedangkan A7 mk II pakai jendela bidik elektronik dan auto fokus deteksi kontras yang untungnya sudah dibantu dengan 117 piksel PDAF sehingga bisa lebih cepat. Tapi juga meski beda desain, 6D mk II dari kubu DSLR banyak kemiripan dengan A7 mk II yang mewakili kubu mirrorless. Sebutlah misalnya sensor yang hampir sama (24 MP di A7 mk II vs 26 MP di 6D mk II) keduanya memakai low pass filter, ISO maksimum yang hampir sama (ISO 25600 vs ISO 40000, selisih 0,7 stop), tanpa built-in flash, rekam video full HD saja, dan hanya ada satu slot kartu memori.

Sony A7 mk II

Mungkin diatas kertas spesifikasi Sony A7 mk II akan lebih menggoda. Utamanya A7 mk II ini ada penstabil gambar di sensornya, dengan lensa yang sesuai bisa menjadi 5 axis IS. Lalu shutter speed maksimum bisa mencapai 1/8000 detik (dibanding 1/4000 detik di 6D mkII). Penyuka rekam video akan menyukai fitur bonus di A7 mk II seperti S.Log2 gamma dan XAVCS encoding, belum lagi adanya port headphone tentu memudahkan untuk memonitor audio. Meski banyak juga yang suka dengan A7 karena bodinya yang kecil/ringkas, tapi di sisi lain Canon 6D mk II juga aspek fisiknya punya keunggulan kalau ditinjau dari kebutuhan ergonomi, tombol, LCD tambahan di atas, bodi weather sealed dan baterai yang lebih besar. Di dalamnya, 6D mk II lebih unggul dalam hal shoot kontinu (6,5 fps dibanding 5 fps) walau boleh jadi keunggulan utama dari 6D mk II adalah di urusan layar lipat dan layar sentuh yang memudahkan dalam memotret atau rekam video dengan angle yang lebih kreatif.

Bagaimana dari kubu Canon sendiri?

Mungkin banyak yang penasaran bagaimana dengan produk lawas yang masih oke yaitu EOS 5D mk III yang harganya mulai turun? Tetap saja 5D mk III adalah kelas yang lebih tinggi diatas 6D, juga harganya masih lebih tinggi (meski mulai mendekati). Saya pikir 6D mk II akan lebih cocok untuk yang mencari kemudahan pemakaian seperti layar lipat, layar sentuh, live view yang auto fokusnya cepat, konektivitas Wifi dan bila memerlukan ekstra piksel lebih banyak (26 MP vs 22 MP). Tapi dalam hal lain 5D mk III tetap berjaya seperti bisa menembak cepat, buffer lega, dual slot kartu memori, ada colokan headphone hingga bodi yang lebih kokoh dan mantap.

Kesimpulan

EOS 6D mk II yang lama ditunggu untuk menyegarkan 6D lama punya banyak peningkatan berarti. Kelebihan Canon adalah menemukan teknologi Dual Pixel AF yang menjadikan kamera DSLR bisa laksana mirrorless saat pakai mode live view, tentunya bukan sekedar live view tapi bisa auto fokus dengan cepat, fokus kontinu dan bisa memfokus dengan menyentuh layar. Bila fitur ini dirasa penting untuk anda, maka bahkan 6D mk II bisa jadi lebih cocok untuk dipilih daripada 5D mk III misalnya. Atau anda yang saat ini pakai DSLR Canon lama seperti 60D atau 6D, cocok bila upgrade ke 6D mk II. Tapi bila preferensi anda lebih ke hal lain seperti dual slot kartu memori, atau jarang pakai live view, atau memang suka lensa Nikkor (termasuk lensa lawas AF/AF-D) maka Nikon D750 bisa jadi lebih menarik. Toh D750 juga sudah bisa lipat layar, juga kinerja dan hasil fotonya relatif sama, juga sudah ada WiFi juga.

Perlu diingat kalau antara DSLR dan mirrorless pada dasarnya tetap ada perbedaan desain yaitu dalam hal auto fokus dan jendela bidik, dan itu kembali ke kita suka yang mana.

Mungkin yang paling berat untuk memutuskan adalah pilih mana antara Canon 6D mk II atau Sony A7 mk II. Pada dasarnya ini sudah membandingkan dua kubu yang berbeda, dan anda harus merasakan dulu bagaimana misalnya melihat jendela bidik optik vs elektronik, auto fokus dengan DSLR dan dengan mirrorless, menggenggam kamera DSLR dan kamera mirrorless, pilihan lensa yang ada dsb dsb. Faktor lain yang sifatnya teknis tinggal dilihat saja apakah sesuai kebutuhan dan basicly meski beda kubu, kualitas teknis hasil foto kamera full frame dalam wujud DSLR dan mirrorless pada dasarnya sama saja. Sony A7 mk II menurut saya sangat menggoda untuk dipasangkan dengan lensa-lensa manual jadul (dengan adapter tentunya) karena adanya in-body stabilization, tapi dibanding A7 mk II, memotret dengan 6D mk II akan lebih percaya diri saat dipakai di keadaan cuaca tak menentu, atau saat sulit mencari listrik untuk mengisi daya baterai.


Ikuti kelas Kupas Tuntas Kamera Digital untuk mengenal fitur dan kemampuan sebenarnya dari kamera Anda. Diadakan setiap awal bulan, biaya Rp. 325.000,- durasi kelas 4 jam.

About the author: Erwin Mulyadi, penulis dan pengajar yang hobi fotografi, videografi dan travelling. Sempat berkarir cukup lama sebagai Broadcast Network TV engineer, kini Erwin bergabung menjadi instruktur tetap untuk kursus dan tour yang dikelola oleh infofotografi. Temui dan ikuti Erwin di LinkedIn dan instagram.

{ 3 comments… add one }
  • Fahmi August 1, 2017, 10:33 am

    Sekali-sekali infofotografi mereview lensa manual jadul kyknya asik tuh. Hehe

  • Trimonok July 8, 2017, 4:34 pm

    Kalo lawan a7ii aja udah berat. Gmn nanti di akhir taun lawan a7iii yg isunya pake batre dan modul af a9 dengan begitu makin berat si canon ini. Apa lagi no 4k di 2017

    • Fahmi August 1, 2017, 10:26 am

      Sekali-sekali infofotografi mereview lensa manual jadul kyknya asik tuh. Hehe

Cancel reply

Leave a Comment