Fuji X-T200 sudah di tangan kami. Sebelum diumumkan secara resmi nanti oleh pihak Fuji Indonesia, bolehlah saya ulas sedikit kesan awal kami saat mencoba kamera ini. Perlu diketahui apa yang dibahas di artikel kali ini belum tentu akan persis sama dengan produk X-T200 yang nanti akan ada di pasaran, karena unit yang kami terima masih merupakan unit sampel untuk review. Kita mulai saja..
Dari fisiknya, X-T200 masih sangat mirip dengan X-T100. Bedanya di bagian grip kini sudah permanen (tidak bisa dilepas), lebih pas digenggam. Ada sedikit perubahan bentuk roda dial di bagian atas dan juga desain On-Off nya. Paling beda tentunya ada di bagian belakang dengan dominasi layar sentuh 3,5 inci aspek rasio 16:9 yang persis sama dengan di Fuji X-A7, menjadikan tidak ada tempat lagi untuk tombol fisik selain tombol Menu dan Disp/Back.
Saya termasuk yang suka dengan konsep X-T100, sebuah kamera seri X-T yang terjangkau, tetap lengkap ada jendela bidik, layar bisa dilipat, ada flash hot-shoe. Saat X-T200 dirilis, saya paham kalau Fuji ingin menyeragamkan spesifikasi auto fokus di jajaran kameranya, yaitu dengan 117/425 titik PDAF yang menyebar di (hampir) seluruh bidang sensor, yang mana ini adalah fakta yang sangat baik. Ditambah lagi adanya fitur Eye-AF dan fitur video 4K yang full uncrop 30 fps menegaskan posisi X-T200 sebagai kamera modern.
Sebagai kamera seri terendah di keluarga Fuji X-T, sensor 24 MP CMOS di X-T200 ini tidak bisa mencicipi desain X-Trans khas Fuji, tapi bagi saya tidak masalah karena desain Bayer lebih umum dan mudah di edit juga. Fakta bahwa X-T200 tidak diberi beberapa Film Simulation favorit (Acros dan Eterna) memang agak sayang tapi bisa dimaklumi sebagai bagian dari strategi diferensiasi produk, atau hasil analisis target market calon pengguna kamera ini. Bagi yang belum tahu, Acros itu hasilnya jadi hitam putih, dan Eterna itu warna flat untuk rekam video.
Kesimpulan, sebuah kamera mirrorless dengan fitur yang termasuk lengkap, hasil foto video yang bagus, mudah digunakan dan harga terjangkau akan selalu jadi incaran banyak orang. Tinggal apakah Fuji bisa memposisikan harga jual X-T200 ini dengan tepat, karena posisi dia terjepit antara X-A7 (tanpa jendela bidik), dengan X-T20 (kamera agak lama yang sudah turun harga) dan X-T30 yang lebih solid, fitur video lengkap namun sedikit lebih mahal. Belum lagi kompetisi dengan merk lain yang membuat pilihan jadi semakin membingungkan buat calon pembeli 🙂
Saksikan juga pembahasan kami di Youtube Infofotografi:
Om, sy newbie di perfujian. Mau tanya, Lensa fix yg cocok untuk XT200 apa ya? Kalo pake lensa canon 50mm +adaptor bisa kah?
Bisa saja, tapi lebih baik kalau lensanya untuk yang Fuji karena ukurannya bisa lebih ringkas. Salah satu yang saya usulkan adalah Fuji XC 35mm f/2 selain lensa zoom paketan dari kamera (15-45mm).
Om utk xt200 sendiri menggunakan x-trans brpa yaa? Dan untuk seri Xe sendiri apa bedanya dengan seri xt? Terimakasih semoga sukses terus untuk team infofotografi
X-T200 pakai sensor bayer bukan x-trans. XE desain modelnya beda, mirip dengan kamera film jadul, kalau X-T lebih seperti mini SLR. Thanks.
Halo Om Edwin, saya mau tanya, saya baru beberapa bulan ini pakai X-A7 lalu saya kepikiran mau upgrade ke XT200, apakah upgradenya worth it? Takutnya setelah upgrade, peningkatannya hanya sedikit. Mohon pencerahannya
Kedua kamera bisa dibilang setara, kecuali dalam hal jendela bidik. Saran saya kalau mau upgrade, ambil langsung XS-10 yg akan dijual beberapa saat lagi.
Maaf pa mw bertanya FUJIFILM XT 200 jika dibandingkan dengan Canon EOS M50 lebih bagus mana pa?
Lebih canggih XT200 daripada M50
Maaf Pak mau bertanya…
kalau nikon d3300 harus ganti shutter unit apakah worth it untuk diganti? apakah biasanya ada unit lain lagi di dalam kamera yang harus diganti kalo sudah dalam tahap penggantian shutter unit?
atau mending beli beli kamera second? trims untuk jawabannya…
Kadang saat kamera sudah agak tua, kita bakal perlu ganti bbrp spare part seperti shutter unit (ini yg paling umum), lalu bisa juga ada masalah dgn kabel fleksibel layar, atau roda dial yg kadang error, tombol yg rusak, sampai paling sedih itu kalau masalah di sensor atau chip/modul.
Maaf Pak mau bertanya…
kalau nikon d3300 harus ganti shutter unit apakah worth it untuk diganti? atau mending beli beli kamera second? trims untuk jawabannya…
Om erwin mau nanya…
Saya punya budget 10jt kebutuhan saya untuk foto weding sma video kira kira kamera apa om erwin yg rekomend buat saya…