≡ Menu

Lensa pihak ketiga: Tamron, Sigma, Tokina,Viltrox, Yongnuo, Laowa dll

Lensa buatan pihak ketiga seperti dari Sigma, Tamron, Yongnuo dll biasanya menarik bagi fotografer karena memberikan alternatif lensa yang yang terjangkau atau unik, yang tidak dibuat oleh produsen kamera pihak pertama.

Secara umum, produsen kamera biasanya juga membuat lensa-lensa untuk kameranya, tapi ada banyak pabrikan yang hanya membuat lensa saja, dan lensa-lensa tersebut diperuntukkan untuk di pasang di berbagai kamera. Mengapa disebut pihak ketiga? karena lensa ini dirancang dan diproduksi oleh pabrikan tersebut secara mandiri, sedangkan pihak kedua berarti yang merancang adalah produsen kamera, lalu memesan pihak lain untuk membuatnya.

Saat ini pabrikan yang populer dalam membuat lensa pihak ketiga cukup banyak, tapi yang cukup dominan dan terkenal adalah Tamron dan Sigma. Kedua perusahaan ini telah membuat berbagai lensa untuk kamera DSLR maupun mirrorless.

Lensa sapujagat Tamron 28-200mm untuk Sony

Di era kamera DSLR (1995-2015) pabrikan lensa membuat lensa-lensa yang lebih terjangkau harganya, lebih praktis (misalnya lensa zoom panjang/sapujagat). Karena menawarkan harga yang relatif murah, banyak toko memaketkan kamera DSLR dengan lensa buatan pihak ketiga.

Modus ini diketahui oleh pabrikan kamera, dan setelah itu kamera-kamera pemula (yang biasanya harganya relatif murah) selalu dipaketkan dengan “lensa kit” yang biasanya lensa zoom ringkas seperti 18-55mm. Setelah itu, pembuat lensa pihak ketiga harus memutar otak kembali, dan akhirnya beberapa diantaranya membuat lensa yang lebih berkualitas tinggi untuk menarik fotografer profesional atau enthusiasts untuk mau melirik lensa mereka.

Di era transisi ke sistem kamera mirrorless sekitar tahun 2015 sampai sekarang, pabrikan lensa pihak ketiga kembali memiliki kesempatan untuk membuat banyak lensa baru untuk mengisi celah. Contohnya Zeiss bekerjasama dengan Sony untuk membuat lensa Zeiss Batis dan Loxia untuk kamera mirrorless Sony, demikian juga Tamron yang membuat lensa-lensa zoom dengan bukaan besar dan kinerja tinggi dengan ukuran yang ringkas dan harga yang relatif terjangkau.

Zeiss Batis 40mm f/2, lensa unik autofokus untuk Sony

Di era DSLR, sepengetahuan saya, pabrikan pihak ketiga tidak memiliki izin resmi dari pembuat kamera, sehingga untuk bisa autofokus, maka diperlukan cara yang namanya “Reverse engineering” maka dari itu, kinerja autofokusnya selalu tertinggal dari pabrikan pihak pertama. Tapi di era mirrorless sepertinya tren tersebut mulai ditinggalkan.

Di era mirrorless, Sigma menyadari pentingnya membuat lensa berkualitas tinggi untuk tetap bisa bertahan dan bersaing, maka itu diluncurkannya inisiatif Sigma Global Vision dan membagi lensa-lensa baru dalam tiga kategori: Contemporary, Art dan Sports. Hasilnya banyak menuai banyak pujian, terutama lensa-lensa kategory Art yang kualitasnya tinggi dan bukaannya besar.

Kerjasama antar pabrikan di era mirrorless

Saat Sony meluncurkan sistem kamera mirrorless Sony A7 yang bersensor full frame, manajemen Sony menyadari bahwa untuk bisa bersaing dan cepat diterima fotografer, maka perlunya ketersediaan lensa berkualitas dengan cepat. Oleh sebab itu, Sony memberikan license dan informasi kepada Zeiss dan Tamron untuk segera membuat dan mengisi line-up lensa Sony. Alhasil kinerja autofokus lensa Tamron dan Zeiss Batis sangat baik di kamera Sony, rasanya seperti lensa native daripada pihak ketiga.

Sebagai info tambahan, Zeiss telah lama bekerjasama dengan Sony dan mengizinkan Sony untuk mengunakan nama Zeiss di berbagai lensanya, dan Sony juga punya 12% saham di Tamron (2020).

Strategi tersebut ternyata berhasil dan dalam tiga tahun sistem kamera mirroless Sony cukup lengkap dari lensa zoom, fix, ultra wide, macro, dan dengan harga yang bervariasi. Strategi ini kemudian diikuti oleh Panasonic Leica dan Sigma dalam membentuk L-Alliance, dimana setiap pabrikan mendapatkan informasi yang lengkap untuk membuat lensa yang berkualitas tinggi terutama dari segi sistem autofokus dan sistem softwarenya yang memperbaiki kelemahan lensa seperti distorsi, vinyet dll langsung dari kamera.

Lensa Sigma 45mm f/2.8 dan kamera L-mount Sigma fp

Bagaimana dengan sistem mirrorless Canon, Nikon & Fuji?

Lalu bagaimana dengan Canon EOS R, Nikon Z dan Fuji X? Mengapa sampai sekarang masih sedikit pabrikan pihak ketiga yang membuat lensa buat mereka? Kemungkinan ada berbagai alasan, salah satunya mahalnya atau sulitnya atau mahalnya mendapatkan izin / license, kedua adalah volume kamera mirrorless dari merk kamera tersebut masih terasa kecil, sehingga jika diproduksi, bisa jadi harganya tidak bisa bersaing dengan lensa pihak pertama.

Untuk sistem kamera Fujifilm X, jarang sekali ada lensa pihak ketiga, sepertinya pabrikan besar seperti Sigma dan Tamron tidak membuatnya karena pilihan lensa Fujifilm sudah banyak dan cenderung terjangkau, sehingga jika dibuat tidak bersaing, apalagi jika harus membayar license. Ada pabrikan asal China, yaitu Viltrox, yang membuat lensa untuk Fuji. Lensa lensa Viltrox sepertinya mengunakan metode reverse engineering, maka itu lensa generasi pertamanya memiliki kinerja autofokus yang kurang baik.

Pabrikan lensa sebenarnya juga bisa membuat lensa manual fokus, untuk itu tidak diperlukan kerjasama dengan pembuat kamera. Beberapa pabrikan lensa memilih jalur ini seperti Voigtlander dan Laowa. Mereka banyak membuat lensa untuk Leica M-mount misalnya. Meskipun kualitas lensa buatan Voigtlander dan Laowa sangat baik, tapi tidak banyak menarik perhatian fotografer mainstream karena tidak bisa autofokus.

Apakah lensa pihak ketiga selalu lebih buruk?

Pernah saya ditanya tentang apakah sebaiknya kita mengunakan lensa buatan pabrik kamera daripada lensa buatan pihak ketiga? Di era DSLR, saya bisa menjawab dengan tegas bahwa jika memang kita punya dana yang cukup, lebih baik memilih lensa buatan pabrikan kamera, tapi di zaman mirrorless ini, saya rasa kita tidak perlu membatasi pilihan lensa kita ke pihak pertama, karena banyak produsen pihak ketiga yang telah berevolusi menjadi pabrikan yang membuat lensa yang unik dan berkualitas tinggi.

Mudah-mudahan artikel ini bisa memberikan informasi yang menarik buat teman-teman yang penasaran tentang lensa pihak ketiga.


Belajar fotografi, editing, dan videografi bisa cek jadwal kita di halaman ini. Saksikan konten video kami di Youtube Infofotografi

About the author: Enche Tjin adalah pendiri Infofotografi, seorang fotografer, instruktur fotografi, penulis buku dan tour photography organizer. Saat ini, ia bertempat tinggal di Jakarta. Temui Enche di Instagram: enchetjin

{ 2 comments… add one }
  • Agus Syafiudin July 13, 2020, 11:46 pm

    Adakah tool yang bisa mengukur resolving power lensa-lensa yang beredar Pak ?

Cancel reply

Leave a Comment