Di halaman ini, saya ingin berbagi pengalaman dan wawasan tentang kamera yang saya gunakan sejak bulan Agustus 2016, yaitu Leica SL (Typ 601). Di halaman ini, saya akan berusaha untuk terus memperbaharui pengalaman saya dengan sistem Leica SL ini.
Disclaimer : Saya adalah Leica SL Ambassador untuk Indonesia sejak Agustus 2016.
Leica Firmware update 3.4 dan lensa 24-90mm
- Membetulkan bug dari lensa 24-90mm yang kadang-kadang front focus
- Menyiapkan Leica SL untuk compatible dengan fungsi-fungsi lensa Panasonic S
- Peningkatan dalam software App Leica FOTOS
Leica Firmware update 3.1
Tgl 30 April 2018: Leica mengumumkan firmware update yang menambahkan dua menu baru: Joystick lock (untuk mengunci joystick), Power saving mode (kamera akan mematikan jendela bidik elektronik untuk menyimpan daya). Mendukung compatibility dengan flash yang akan datang (type SF 60 dan SF C1).
Leica Firmware update 3.1
Tgl 16 Februari 2018 ini, Leica mengumumkan firmware update yang meningkatkan kinerja autofokus dengan lensa SL 50mm f/1.4 dan memperbaiki kualitas warna file JPG di kondisi pencahayaan tertentu.
Leica mengumumkan lensa baru SL 50mm f/2
Leica SL 50mm f/2 APO ASPH., yang akan tersedia akhir 2018, dan mengumumkan ketersediaan lensa Leica SL 75mm f/2 dan SL 90mm f/2 di bulan Februari, sedangkan lensa zoom lebar 16-35mm f/3.5-4.5 akan tersedia pertengahan 2018.
Leica SF 40 flash review
21 Juni 2017 : Saya menambah Leica SF 40, flash compact yang sangat ideal untuk kamera Leica M, TL, SL, X. Flash ini mendukung fitur Automatic, TTL, Slave, dan HSS. Review flash ini bisa dibaca di artikel ini.
Firmware update 3.0
2 Juni 2017 yang lalu, Leica mengumumkan firmware update 3.0. Firmware untuk kamera dan lensa Leica SL ini berisi 31 peningkatan/perubahan. Beberapa peningkatan yang saya suka yaitu electronic shutter kini bisa digunakan di shutter speed 1 detik sampai 1/16000d detik. Exposure live preview untuk mode manual dan peningkatan autofokus saat foto dan video. Peningkatan kecepatan sampai dengan 35% dalam menulis file foto ke kartu memory dan kini kita bisa memilih menyimpan foto RAW ke kartu pertama dan JPG ke kartu kedua. Info lebih lanjut tentang firmware ini bisa dibaca di halaman ini.
Review Antarmuka : Kustomisasi tombol
Halo pembaca, saya baru saja membahas kustomisasi fungsi tombol sesuai kesukaan saya di halaman ini.
Photo Story
1-2 April 2017 yang lalu saya membawa Leica SL dan 24-90mm saat workshop Photo Story di Yogyakarta dan sekitarnya. Rombongan mengunjungi pembuatan Mie Lethek di daerah Bantul, selatan dari Kota Yogya. Tempatnya fotogenik karena kesan tradisionalnya dapat dan pencahayaannya dramatis.
Kesan saya kualitas gambar yang dihasilkan baik, meskipun ditempat gelap dan ISO tidak jarang harus ditingkatkan ke ISO 6400. Warna foto yang dihasilkan cukup kaya (rich) tapi tetap netral dalam arti tidak banyak bias warna (kehijauan, kekuningan atau kebiruan). Warna yang dihasilkan menurut saya enak dilihat terutama untuk warna kulit/coklat.
Foto-foto selengkapnya bisa dilihat di halaman Photo story : Mie Lethek
ISO terbaik untuk Leica SL
Pilihan ISO untuk Leica SL cukup unik, karena angka terkecilnya adalah ISO 50 dan terbesarnya adalah ISO 50000. Biasanya di kamera-kamera pada umumnya, ISO dimulai dari 100 atau 200. Lantas, yang mana yang terbaik?
Leica SL memiliki sensor dengan desain Dual Native ISO (ISO 50 & 200), yang terbaik untuk rentang dinamis (dynamic range) adalah ISO 50, ideal untuk digunakan untuk foto pemandangan (landscape), sedangkan ISO 200 cocok untuk digunakan handheld, misalnya saat traveling, foto portrait, dan lain lain yang membutuhkan shutter speed cepat. Kinerja ISO 200 lebih baik daripada ISO 100. Setelah itu, dari ISO 400 dan seterusnya kualitas foto akan turun secara linear karena munculnya noise dan turunnya dynamic range.
Adaptor untuk Leica SL
Salah satu yang menarik dari kamera Leica SL (L-mount) adalah memiliki desain mirrorless, sehingga bisa memasang lensa-lensa DSLR dan juga lensa Leica M dan R dengan mengunakan adaptor.
Leica sendiri mengeluarkan beberapa adaptor, antara lain untuk memasang lensa Leica M ke Leica L dan Leica S ke L. Untuk memasang lensa Leica R ke L, sampai saat ini harus mengunakan dua jenis adapter yang ditumpuk, yaitu Leica R ke M, dan kemudian M ke L.
Pembuat adaptor third party yaitu Novoflex aktif membuat adaptor yang berkualitas tinggi dan juga sebagian memungkinkan autofokus seperti adaptor Novoflex Canon EF ke SL, dan Novoflex Nikon E ke SL.
Alternatif lain yaitu dari pembuat adapter dari Shanghai yang namanya Kipon. Kualitas adapternya bagus dan presisi dan harganya lebih terjangkau, tapi biasanya data Exif tidak terekam karena tidak ada kontak elektroniknya.
Saya sendiri punya adaptor Kipon Nikon Ai ke L, sehingga saya dapat memasang lensa Nikon AF yang punya aperture ring seperti Nikon AF 85mm f/1.4D dan juga lensa Zeiss ZF.2 25mm f/2 dan 135mm f/2 APO untuk digunakan di Leica SL. Saat dipasang, autofokus tidak jalan, tapi kalau lensa Zeiss 25 dan 135mm memang merupakan lensa manual fokus.
Indramayu, 18 Maret 2017
Indramayu terkenal akan pelelangan ikan yang tempatnya yang sempit tapi dinamis. Di setiap pagi sampai siang, kita dapat melihat aktivitas nelayan dan pedagang yang sibuk memindahkan ikan dan bertransaksi.
Hari Sabtu tanggal 18 Maret 2017 saya bersama beberapa murid dan instruktur Infofotografi, mas Erwin ke Indramayu untuk mentoring memotret human interest di tempat pelelangan ikan, dan mangrove/hutan bakau di Karangsong untuk memotret pemandangan.
Beberapa tahun yang lalu, saya suka bingung mau bawa kamera dan lensa apa saat hunting/tour foto, terutama untuk travel. Setelah punya Leica SL, jadi lebih mudah, karena kamera dengan lensa Leica SL 24-90mm f/2.8-4 ini bagi saya sangat fleksibel, terutama untuk fotografi travel.
Foto-foto portrait diatas saya buat dengan setting mode A (Aperture Priority), ISO 400, f/5.6. Alasan mengunakan ISO 400 adalah supaya shutter speed bisa cukup cepat (sekitar 1/200-250 detik) untuk membekukan subjek, sedangkan f/5.6 saya nilai cukup untuk mendapatkan ruang tajam yang cukup tapi tetap bisa membuat bagian yang fokus sedikit berkurang ketajamannya untuk mendapatkan latar belakang yang lebih berdimensi.
Seperti biasa, saya memotret dengan file RAW, dan saya cukup senang dengan warna hasil Leica SL dan lensa ini. Saya jarang sekali harus mengubah warna/hue karena memang saya rasa sudah pas dengan keinginan.
Soal kinerja seperti autofocus, Leica SL sangat cepat, dan jitu, kecepatan foto berturut-turut juga tinggi, mencapai 9 foto per detik. Sebenarnya saya juga jarang memakai full speednya, saya biasa hanya mengunakan continuous medium (Sekitar 5 foto perdetik). Kalau foto satwa liar atau olahraga dan dance, mungkin baru perlu full speed (continuous high). Supaya tidak macet, saya mengunakan memory card yang tergolong cepat, berjenis UHS-2 64GB, dengan kecepatan baca 260 MB/s, tulis 100 MB/s ber-merk Sony. Sampai saat ini, saya belum menemukan masalah berarti dengan memory card ini.
Spesifikasi Leica SL
- 24 MP full frame CMOS sensor tanpa filter low pass
- ISO 50-50.000
- 2GB internal RAM (mampu menampung 33 file RAW)
- 14 bit RAW dengan format DNG
- Video 4K @ 24,25,30 fps
- 8 bit video recording, 10 bit (HDMI)
- V-Log L gamma
- Durasi video 29 menit, ukuran maksimum 4GB
- Jendela bidik elektronik 4.4 juta titik, magnifikasi 0.8 X
- Jenis autofokus: Contrast detect AF 9-49 area
- Focal plain shutter dari 1/8000 ke 60 detik.
- Ketahanan mekanik shutter: 200.000
- Wifi, GPS built-in
- Layar LCD touchscreen 2.95”, resolusi 1 juta titik
- Layar monokrom dibagian atas kamera
- Dimensi: 147 x 104 x 39 mm
- Berat: 847gram dengan baterai
- Daya tahan baterai: 400 foto
- Weathersealed, bahan aluminium