Untuk menghasilkan hasil foto yang bagus, seringkali tidak dibutuhkan alat yang terlampau canggih. Tapi anggapan sebagian besar orang adalah untuk mendapatkan hasil foto yang bagus dibutuhkan kamera dan lensa yang mahal dan canggih.
Sebenarnya, untuk menghasilkan foto yang bagus membutuhkan ketrampilan dan kreatifitas. Masalahnya adalah, tidak ada hubungan antara kreatifitas dan pemakaian alat yang mahal. Sebagian besar fotografer (terutama fotografer amatir) menjadi kreatif justru karena keterbatasan alat yang dimiliki. Misalnya dengan membuat aksesoris lighting sendiri.
Semakin berpengalaman dan semakin sukses, alat yang digunakan biasanya semakin sedikit dan spesifik. Contohnya, Henri Cartier Bresson, salah satu bapak photojournalism seringkali hanya mengunakan kamera film dan lensa 50mm.
Alex Majoli, anggota fotografi Magnum, menyatakan dalam sebuah wawancara:
Kamu tidak selalu membutuhkan kamera dengan fitur yang banyak. Pada akhirnya kamu tidak membutuhkannya (macam-macam fitur kamera) untuk membuat foto yang bagus.
Sedangkan semakin naif seorang fotografer, semakin banyak dan mewah alat-alat yang dibawa dan digunakan. Semakin banyak alat yang kita miliki seringkali membebani kita dalam perjalanan dan membuat pusing kita dalam urusan menentukan alat yang dipakai.
Lebih parahnya, kamera dan lensa yang mahal bisa memberikan ilusi bahwa kita adalah fotografer yang jago dan bernilai jual tinggi. Makanya itu banyak sekali fotografer yang mampu membeli alat-alat yang mahal dan studio yang mewah, tapi kualitas fotonya biasa-biasa saja dan jasanya kurang laku atau tidak sebanding dengan apa yang diinvestasikan.
Peralatan yang mewah seringkali tidak membantu, tapi malah bisa menghalangi kemajuan. Semakin mewah, semakin lama kita makin tergantung secara psikologi kepadanya. Dan ketika foto kita masih kurang bagus, kita akan membeli alat baru yang lebih mahal lagi dengan harapan alat tersebut bisa membantu kita.
Fotografer memang membutuhkan alat yang cocok, tapi sebagian besar dari kita tidak membutuhkan alat yang mewah. Kemampuan dalam mengetahui apa yang kita butuhkan dan apa yang kita inginkan (hasrat) akan membedakan antara fotografer yang sukses atau tidak.
Saran saya adalah sebelum mengganti lensa, kamera, flash atau peralatan lainnya, tanyakan kepada diri kita apakah kita sudah memanfaatkan secara optimal peralatan yang kita pakai? Jika jawabannya adalah belum, lebih baik kita kembali belajar & berlatih mengunakan alat yang kita punya terlebih dahulu sebelum mencari peralatan yang lebih mahal.
Ujung-ujungnya, kesuksesan tergantung kualitas karya kita, bukan apa yang kita miliki.
Mas Enche lg bingung nih kepingin beli lensa untuk kebutuhan photo potrait, mending Nikon AF 85mm f/1.8D atau TOKINA AF 100mm f2.8 Macro Pro D kelebihannya yg tokina bisa sekalian macro jg. Dalam hal harga keduanya ga beda jauh hanya beda 150ribu. Ada saran & pemikiran mas?
@Zenz kalau memang spesialis di portrait, sebaiknya 85mm, tapi kalau ingin foto makro juga yang Tokina.
tulisannya bagus nih ko enche,memang sekarang demi mengejar foto yang bagus banyak orang menganggap mereka harus punya alat yang bagus juga padahal kita mesti lihat juga dari segi kemampuan foto yang kita punya..percuma alat bagus dan mahal tapi kemampuan foto kita biasa2 saja..
Ane demen banget ame artikel ente nih, membangun semangat dan percaya diri deh pas banget buat kite semue yg pade suke jeprat jepret, salam bro moga sukses selalu ye !
tulisan yang bagus…sepemikiran dengan saya koh..kadang minder lihat org nenteng lensa mahal/ sapujagat dibandingkan diri sendiri yg pakai lensa kit / lensa murah ..tp saya kembalikan lagi pd diri sendiri yang saya cari adalah ilmunya/ tehniknya bukan pameran alat2
thank you ko atas infonya
untuk dalam ruangan perlu ISO berapa yah ko? tanpa flash n lampu studio
tergantung penerangan dalam ruangannya seberapa terang. Misalnya kalau ruang kantor yang cukup terang ISO 1600, tapi kalau restoran yang diterangi hanya lilin-lilin saja itu ISO 6400.
ko enche, setelah membaca ulasan di atas saya jadi lebih terpacu untuk tetap menggunakan camera nikon d3000 – 18-55mm. sebelomnya kepikiran trus mau ganti lens atau beli flash. karena hasilnya kok ga bagus n kaya camera saku biasa. tapi saya sudah utak atik sana sini hasilnya ga beda jauh nih. bagaimana yah bagusnya? saya sering pakai untuk foto fashion baju tapi hasilnya slalu gelap atau tidak benin n bagus seperti foto2 yg pernah saya lihat. bisa tidak ya saya foto menggunakan lampu yg dari ruangan saja dgn hasil bening n tajam?
trima kasih
@will bisa saja kalau cahaya lingkungannya cukup terang dan memakai tripod.
Mas Enche yg baik.. trims ya, setelah membaca tulisan diatas jadi lebih mengerti. Sekalian mau curhat nih. Aku sering menghadapi situasi dimana didepan mataku ada pemandangan yang keren abis, atau moment yang bagus. Tapi setelah dijepret, seringkali hasilnya tak sesuai dengan apa yang dilihat mata. Ini bukan masalah tidak fokus, salah tonal warna atau komposisinya, tapi sepertinya apa yang dilihat mata tidak sama dengan yang direkam kamera. Hasil foto tidak semegah atau sedramatisir apa yang dilihat mata. Kira2 itu masalah dimana ya Mas Enche? skill apa yang harus diasah? Trims yaa Mas…
thank u mas enche buat pencerahannya..kebetulan kedua buku mas enche saya sudah baca..mantabz
terima kasih atas infonya mas enche..:D
Salam Jepret..^^
owh,,bgitu…saya setuju dengan mas enche..
untuk bodi kamera apakah ada setting khusus untuk bisa mendapatkan hasil seperti itu?
misal dari set picture control nya..atau ada setting lainnya??
usul donk mas enche..bahas jga donk tentang set picture control karena saya yakin banyak fotographer pemula yg tidak mengerti akan hal ini.
Wah, saya biasanya foto dengan format RAW, jadi picture control gak mempengaruhi foto saya. Saya mengandalkan dasar dan teknik fotografi dan lighting yang bisa dibaca di kategori dasar fotografi atau kedua buku saya, kamera dslr itu mudah dan lighting itu mudah.
Soal picture control, teman dan sekaligus partner ngajar saya mas Erwin mengulasnya cukup detail di webnya, silahkan di simak.
Setuju banget, bagi saya kretifitas dan sentuhan seni dapat menghasilkan karya yang berkualitas.Yang penting manusianya alat hanya sebagai alat bantu.
mantappp infonya……memang kenyataannya sampai saat ini disekitar kita apalagi pas hunting bersama-sama yg namanya “jor-joran”peralatan masih lumayan banyak kita jumpai….itulah realita yg terjadi…..
kita harus selalu memanfaatkan apa yg kita punya dan memaksimalkannya.
Dear Mas enche,
saya ada unek-unek nih..
saya sering liat hasil beberapa photographer di internet termasuk karya mas enche sendiri, semuanya bagus dan membuat saya terkagum dengan teknik-teknik mereka.
nah, yg saya mo tanyakan adalah mengenai hasil foto dari mas entje sendiri (sewaktu mas entje masih aktif kuliah di bucknell seperti wedding, sport, International student dll),
apakah cukup dengan bermain disetting kamera dan Lensa, atau harus di edit lagi dengan software komputer..?
karena saya sangat terinspirasi dengan hasil foto mas enche sewaktu masih aktif di bucknell (dari sisi pencahayan dan warna betul2 menimbulkan kesan yg dramatis.)
terima kasih..#maaf klo agk panjang:D
Trims atas pujiannya Ardy, saya tidak menyukai foto yang terlalu banyak olahan karena fotonya jadi kesannya tidak nyata dan tidak sesuai kenyataan (terutama untuk foto liputan). Jadi biasanya saya cuma mengatur gelap terang sedikit kalau meleset. Setting kamera, lensa dan flash sudah bagus 95%. Saya orang yang ga suka lama2 di depan komputer untuk mengedit hehe.
kereeeeen….
benar sekali pak….
budaya saat ini bukan berbangga-bangga dengan hasil dan kualitas, tetapi lebih kepada gadget.
banyak yang minder ketika gathering, padahal itu adalah tindakan menipu diri sendiri.
hasilkan karya terindah dengan apa yang kita miliki.
thanks for sharing pak