Sebagian besar fotografer belajar dari fotografer lainnya. Saya juga tidak terkecuali. Ada beberapa fotografer yang mempengaruhi saya, dan yang paling berpengaruh bagi saya sampai saat ini adalah Henri Cartier-Bresson.
Henri Cartier-Bresson (HCB) adalah seorang fotojurnalis di era 1930-1970. HCB memiliki gaya yang khas dalam merekam momen-momen bersejarah. HCB meliput jatuhnya rezim komunis di RCC, terbunuhnya Gandhi dan peristiwa besar lainnya di Asia. HCB juga dikenal sebagai bapak dari street photography, yaitu fotografer yang merekam kehidupan masyarakat apa adanya.
Ada beberapa prinsip HCB yang terkenal yaitu:
1. Geometri
HCB sangat peduli dengan geometri. Komposisi Foto HCB biasanya sangat balance (seimbang) dan enak dilihat.
In order to give meaning to the world, one has to feel oneself involved in what he frames. This attitude requires concentration, a discipline of mind, sensitivity, and a sense of geometry.
2. Decisive moment
Yang membuat HCB terkenal adalah “decisive moment”. HCB mengganggap decisive moment adalah puncak dari suatu kejadian/acara atau interaksi. Menurut HCB, decisive moment bukan hanya menjepret dengan timing yang tepat saja, tapi komposisi bentuk, garis dan sebagainya harus juga akurat. Cara mendapatkan decisive moment adalah mengamati dengan seksama dan menunggu saat yang tepat untuk menjepret. Kapan menjepret sangat tergantung dari intuisi dan antisipasi fotografer.
To take photograph means to recognize-simultaneously and within a fraction of a second-both the fact itself and the rigorus organization of visually perceived forms that give it meaning. It is putting one’s head, one’s eye, and one’s heart on the same axis.
3. Unobtrusive / Tidak menyolok atau mengganggu
Menurut HCB, untuk mendapatkan foto yang memunculkan karakter/jiwa seseorang, fotografer sebaiknya tidak beprilaku secara menyolok misalnya menginstruksikan berbagai hal untuk dilakukan subjek foto. Pemakaian lampu kilat menurut HCB merupakan hal yang tidak sopan dan mengganggu dan mempengaruhi subjek foto secara negatif.
Complicated equipment and light reflectors and various other items of hardware are enough, to my mind, to prevent the birdie from coming out.
4. Memakai satu kamera dan satu lensa
Berbeda dengan fotografer2 saat ini yang bangga karena mengunakan peralatan yang besar dan menyolok, HCB hanya mengunakan satu kamera berukuran relatif kecil dan lensa 50mm atau sesekali lensa lebar untuk pemandangan. HCB sangat mengenali kamera dan lensanya sehingga menjadi seperti perpanjangan dari tangannya.
The camera is for us a tool, not a pretty mechanical toy. In the precise functioning of the mechanical object perhaps there is an unconscious compensation for the anxietes and uncertainties of daily endevor. In any case, people think far too much about technique and not enough about seeing.
Demikianlah empat poin penting yang saya dipelajari dari HCB. Untuk melihat karya-karya dan biografinya bisa dilihat di situs MagnumPhoto, agency photographers yang dia temukan bersama beberapa fotojurnalis terkenal lainnnya.
Ada satu tambahan lagi yang penting dari HCB… bahwa dia tidak pernah melakukan cropping…
Salam
@deddy Trims untuk tambahannya 🙂
satu lagi oom… dia blom sempat ketemu oom Enche…
Selain Ansel Adam, Henri Cartier-Bresson ini salah satu idola saya dengan ‘decisive moment’ nya..punya buku2 nya ga?
@kennoy Pernah baca 3 buku, sekarang tinggal 2
Pak Enche, antara snapshot dgn street photography apakah ada bedanya? Atau bagaimana? Mohon pencerahannya.
Trims…
@Hananta Snapshot kan maksudnya asal jepret, kalau street photography gak asal jepret, tapi melalui proses persiapan, pemikiran, intuisi 🙂
sangat menginspirasi..mtrnwn mas enche
street photography memang menantang untuk fotografer pemula seperti saya,
terima kasih informasi nya mas enche ^^
hihihi, saya suka ini <3~
tengs nche buat sharing ilmunya. 🙂
semoga makin sukses. 🙂
Terima kasih sudah berbagi dan ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan di bidang fotografi.