Salah satu hal yang remeh tapi penting adalah memiliki kamera yang dicintai oleh fotografernya. Punya kamera yang dicintai memastikan pengalaman fotografi yang menyenangkan. Pertanyaannya adalah apakah Anda mencintai kamera Anda?
Ada yang bilang cinta pada pandangan pertama itu ada, tapi hal tersebut jarang terjadi. Cinta yang sesungguhnya terjadi ketika kita sudah kenal benar dengan kamera kita. “Tak kenal maka tak sayang..” kata pepatah. Mengenal kamera berarti kita sudah tau betul letak tombol, fitur-fitur, menu dan kelebihan dan kekurangan kamera. Ada kamera yang murah dan mahal, ada yang high maintenance, ada yang low maintenance, tapi tidak ada kamera yang sempurna. Fotografer yang bijak akan memanfaatkan kelebihan dan menyembunyikan kelemahan kamera tersebut. Kata kerennya “Bring the best out of it”
Masalahnya, kamera digital jaman sekarang rumit, perlu waktu yang cukup banyak untuk mempelajari semua fungsi tombol dan menu. Kunci untuk memahami kamera adalah menggunakan dan mempraktikkannya setiap hari. Waktunya tidak harus lama, tapi harus konsisten. Seperti layaknya belajar bahasa asing, lebih baik menghabiskan 30 menit setiap hari daripada 3.5 jam seminggu sekali.
Buat saya, kamera yang saya cintai adalah kamera yang fleksibel, tidak memberatkan dan mampu membuat foto sesuai dengan keinginan. Saya menghindari kamera yang bikin saya frustasi, yang banyak keterbatasannya, dan perlu menekan banyak tombol untuk mengganti setting, dan terlalu berat.
Sayangnya, saat ini banyak orang mengganti kameranya sebelum benar-benar mengenalnya. Butuh waktu beberapa bulan sampai setahun untuk terbiasa dengan mengunakan kamera baru. Ada juga yang memiliki dua tiga kamera sekaligus. Bagi yang merasa demikian, mungkin saatnya untuk setia dan mengambil keputusan untuk memilih salah satu kamera saja.
Kesimpulan
- Putuskan apakah kamera kamu cocok kagak.
- Jika tidak cocok, cepatan ganti dengan kamera yang lebih cocok
- Pelajari kameranya dengan sering menghabiskan waktu dengannya secara konsisten
- Jangan cepat tergoda untuk mengganti kamera sebelum mengenal kamera dengan baik.
*ganti kata “kamera” menjadi pacar,suami/istri 🙂
wow, artikel yang ‘kena’ banged. persis kayak perasaan saya ke ‘pasangan saya’ hehehe…. artikel ini boleh di-copas ke blog saya nggak om enche? thanks 🙂
di kamera DSLR kn ada picture style, di sana terdapat menu auto, standard, portrait, LS dll
naahh di semua nya thu ada sharpness, contrast, saturation dan color tone
minta penjelasan tentang sharpness, contrast, saturation dan color tone?kalo semakin besar gimana?kalo semakin kecil gimana?
trus bagaimana hubungan itu semua?thx
di jawab donk om enche
salam sejahtera. Mau sdikit nanya pak, menurut bapak kamera dslr mana yg bagus buat foto wedding antara canon eos 550d dengan nikon d3100 makasi ya infonya pak.
@irwan untuk foto wedding gak masalah mau dengan kamera apa saja. Biasanya Canon lebih soft, warnanya lebih natural untuk kulit. Nikon lebih tajam.
Mas, saya baru beli canon 600D+kit 18-55. Kalau saya mau tambah lensa 55-250, apakah sudah bagus? kemudian saya mau pesan buku ke 1 dan 3, saya di surabaya. Kira2 brp biayanya dan ongkirnya ya. Terima kasih
ohhh iya om,, boleh request artikel tentang foto prewed gak?cara belajar, apa yg di perlukan, dll dh om…ehhehe
Boleh, kapan2 ya Ga 🙂
tanya lg donk om
di kamera DSLR kn ada picture style, di sana terdapat menu auto, standard, portrait, LS dll
naahh di semua nya thu ada sharpness, contrast, saturation dan color tone
minta penjelasan tentang sharpness, contrast, saturation dan color tone?kalo semakin besar gimana?kalo semakin kecil gimana?
trus bagaimana hubungan itu semua?thx