Ada fotografer yang berprinsip dengan tegas menolak memberi bayaran kepada subjek yang di foto dalam street photography atau human interest. Tapi banyak juga yang tidak masalah tentang membayar atau memberikan tips kepada subjek foto.
Alasan sebagian fotografer untuk tidak membayar subjek yang difoto supaya hasil dan momen yang di dapat otentik (asli). Arti otentik yaitu dibuat dengan cara tradisional yang asli, bukan buatan atau dipaksakan.
Tidak jarang saat saya berada disuatu lokasi, saya menemui orang lokal yang berpenampilan cukup unik yang langsung meminta uang saat saya mengangkat kamera saya. Ada yang menawarkan jasa menjadi model seperti nelayan, tukang perahu dan sebagainya. Ada juga yang seakan-akan bersemangat untuk dipotret dan setelah dipotret, kita setengah “dipaksa” untuk membayar sejumlah tips ke mereka. Wadaow!
Saya sendiri akan langsung menolak jika ada yang meminta uang secara langsung. Biasanya model yang seperti itu tidak otentik dan tidak menarik bagi saya. Tapi terkadang saya meninggalkan beberapa tips demi alasan kemanusiaan, terutama jika subjek yang saya foto sangat miskin dan sangat membutuhkan uang untuk kelangsungan hidup mereka.
Saya lihat kebanyakan fotografer (terutama yang profesional) lebih cenderung memilih menyewa jasa model beserta propertinya di lokasi pemotretan. Hal ini terutama karena keterbatasan waktu yang mereka punyai untuk menunggu sesuatu yang “otentik” itu muncul di depan hidung mereka. Hal-hal ini sah-sah saja, tapi tidak sepenuhnya menggambarkan kondisi yang ada, tapi foto yang dihasilkan lebih ke imajinasi sang fotografer itu sendiri. Kita sering melihat foto-foto semacam ini di iklan-iklan travel.
Meskipun lebih mudah dan hemat waktu jika kita memberikan uang atau menyewa jasa orang lokal untuk berpose sesuai keinginan kita, tapi hal ini lambat laun akan membuat harapan orang lokal tersebut untuk selalu dibayar setiap dipotret. Ujung-ujungnya fotografer-fotografer amatir akan sulit mendapatkan sesuatu yang otentik di lokasi yang eksotis.
Jadi, memberikan uang kepada subjek foto merupakan seperti pisau bermata dua. Kalau tidak memberi, kemungkinan mendapatkan foto yang bagus lebih kecil dan kita bisa dikritik pelit dan tak berperasaan mengingat peralatan fotografi kita harganya berjuta-juta. Kalau memberi uang, kita akan mendapatkan foto yang tidak otentik.
Bagaimana menurut pandangan Anda semua? Apakah lebih bijak memberi uang atau tidak?
NB: Bagi yang ingin ikutan tur fotografi atau mengikuti berbagai kelas dasar fotografi silahkan kunjungi laman jadwal acara. Trims.
Kalo hasil fotonya mau dikomersilkan (dibuat buku, brosur ato katalog, komersial online produk,dsb) maka etiknya adalah: minta ijin ato persetujuan ke subjeknya bahwa foto subjeknya dikomersialkan. tergantung subjeknya mau atau minta kompensasi atau sejenisnya ya tergantung nego.. poinnya adalah kalo mau foto dokomersialkan ya minta ijin dulu.
@Adhi Menurut saya gak apa-apa, karena esensinya di ekspresi nenek tersebut, bukan di lengannya.
Ingin membuktikan kepada teman teman yamg sudah membuly saya bahwa saya bisa menjadi model fotografer
Om pd contoh diatas komposisi lengan sang terpotong diluar bidang gambar, apakah hal itu akan mengurangi nilai estetika foto?
Saya dulu pernah mengalami hal yg mirip di Bromo. Waktu itu ketemu nenek-nenek yg dengan semangat meminta difoto, eh habis itu dianya malah minta uang. Saya pikir dia hanya narsis aja awalnya.
@wawan ISO 400, f/4, 1/500 detik. Lensa yang saya pakai Sigma 70-200mm f/2.8 HSM Macro
pak enche… kok data teknis fotonya ga disertakan ? lensa apa, diafragma brp, bukaan rana brp, ISO brp ? fotonya tajem banget, terutama diseputar wajah.. he he
Kalau menurut saya yang tepat dalam hal ini adalah “Bijaksana” , semua kita harus melihat dari situasi,kondisi dan kebutuhan.
Saya setuju dgn ko enche, kl objek foto sdh lgs meminta uang , objek tsb bg sy udh gak menarik. Mengenai memberi atau tdk , kl saya lbh melihat memberi kebaikan pasti akan menularkan kebaikan lg…jd pst saya beri selama org tsb tdk meminta lgs ….. Just a simple thought from me.