Bagi yang sering memantau perkembangan kamera digital akhir-akhir ini, banyak juga lensa-lensa yang berbukaan besar seperti f/2.8, baik di kamera digital SLR, mirrorless ataupun compact. Tapi apakah lensa berbukaan f/2.8 itu benar-benar compact?
Contoh, Sony RX10, kamera prosumer/superzoom yang memiliki lensa zoom yang ekuivalen dengan kamera full frame yaitu 24-200mm f/2.8. Apakah lantas sama kualitasnya dengan gabungan 24-70mm f/2.8 dan 70-200mm f/2.8 ? Dan apakah kualitas gambar yang dihasilkan setara dengan kedua lensa elit tersebut? jawabannya tidak sama. Sebenarnya lensa Sony tersebut adalah 8.8–73.3mm, tapi karena sensor gambarnya lebih kecil dari kamera full frame, maka ada crop factor 2.7X. Saat dikalikan, kira-kira ekuivalennya 24-200mm.
Meskipun bukaannya sama, yaitu f/2.8, hasil foto akan berbeda dalam hal depth of field / ruang tajam atau blur dibagian belakang. Jika dibandingkan antara Sony RX10 dengan kamera DSLR Full frame, maka latar belakang foto dengan kamera DSLR akan jauh lebih blur. Jika ingin mencari ekuivalennya, kalikan saja f/2.8 dengan crop factor 2.7. Sehingga kita akan mendapatkan angka f/7.56. Jadi hasil foto Sony RX10, blur latar belakangnya lebih menyerupai hasil dari lensa 24-200mm f/8 di kamera DSLR.
Lalu soal kualitas gambar di kondisi gelap, apakah akan sama? Lagi-lagi karena sensor gambarnya lebih kecil, maka meskipun bukaan lensa besar, f/2.8. Tapi hasil foto ISO 100 di kamera Sony RX10, akan sama kualitasnya seperti ISO 730 di kamera bersensor full frame, dan ISO 400 di sensor kamera RX10 akan sama dengan ISO 2920 saat memakai kamera DSLR full frame yang segenerasi.
Cara mendapatkan perhitungannya adalah ISO crop factor kuadrat. Karena crop factor Sony RX10 yang bersensor 1″ adalah 2.7, maka jika dikuardratkan menjadi 7.3 kali.
Panasonic 12-35mm f/2.8 atau Olympus 12-40mm f/2.8, apakah kualitasnya akan sama dengan lensa full frame 24-70mm f/2.8? Jawabannya lagi-lagi adalah tidak sama. Alasannya karena sensor four thirds lebih kecil dari kamera full frame sehingga ada crop factor 2X.
Blur di latar belakang akan sama dengan hasil foto dengan lensa kamera full frame di f/5.6 (f/2.8 x 2) dan ISO 100 di kamera four thirds Olympus dan Panasonic akan sama seperti ISO 400 di kamera full frame.
Alhasil, lensa 12-35mm dan 12-40mm itu lebih bersifat seperti lensa 24-70mm f/5.6 relatif terhadap lensa full frame. Maka dari itu, ukurannya lebih kecil dan harganya juga lebih murah daripada lensa kamera full frame.
Pelajaran yang bisa dipetik:
- Untuk mendapatkan hasil yang foto yang terbaik, ukuran sensor masih tetap merupakan hal yang penting untuk dipertimbangkan. Ukuran sensor semakin besar, maka otomatis semakin besar juga ukuran diameter lensa yang dibutuhkan untuk mencakupi area sensor, sehingga ukuran lensa menjadi lebih besar.
- Meskipun sama-sama memiliki spesifikasi f/2.8, tapi karena ukuran sensor kamera kecil, maka ukuran lensa juga menjadi lebih kecil. Tapi jika mengunakan setting yang sama, kualitas foto dari kamera bersensor kecil tidak sama dengan kamera bersensor besar.
- Untuk memperoleh hasil gambar terbaik, kamera bersensor relatif besar, seperti kamera full frame masih belum bisa tergantikan oleh kamera bersensor kecil seperti kamera compact, APS-C atau four thirds, karena lensa yang tersedia untuk kamera compact berbukaan lebih besar dari f/2.8 masih langka.
- Jika ingin hasil yang menyerupai lensa zoom f/2.8-nya lensa full frame, maka dibutuhkan lensa bukaan besar seperti f/1.4 di kamera micro four thirds atau lensa f/1 di kamera bersensor 1″ seperti Sony RX10, Nikon 1. Jika ada lensa semacam itu, bisa dipastikan ukurannya besar atau tidak bisa zoom.
- Jangan terkecoh dengan sales atau material marketing yang biasanya hanya menonjolkan megapixel, lensa berbukaan besar tanpa disertai dengan penjelasan bahwa sensor gambar kamera tersebut lebih kecil relatif terhadap kamera full frame dan implikasinya terhadap kualitas gambar.
Tulisan ini bukan bermaksud menjelekkan kamera compact, tapi sebagai pencerahan bagi pemula atau masyarakat awam yang bisa terkecoh karena hal ini, dan bukan berarti kamera bersensor kecil jelek kualitasnya, asalkan cahaya yang masuk ke kameranya cukup, kualitas gambarnya akan sangat baik dan juga ukurannya yang ringkas memudahkan untuk traveling.
Sebagai tambahan temen blm lama beli kamera mirrorles..untuk yg jenis ini saya spendapat dgn para ahli mungkin jg Ko Enche…Saya di rumah me review dan adu”gengsi” dgn ber jepret ria plus seting sama dgn kamera pnya temen,dan bagi saya tak ada pemenang dalam hal ini,di karenakn kamera temen sudah ber sensor APS-C walaupn sedikit ”curang”sebab teknology dan resolusi mp lebih tinggi.
Saya setuju dgn Ko Enche,berdasarkan pengalaman pribadi waktu foto wedding dan di karenakn keterbatasan kamera,Saya coba”maaf bukan ngejelekin Sony red”pake kamera compact Sony Cybershot 14MP.Itu pun dapet pinjem red…setelah itu saya edit dgn sotosop,baru di crop ukuran 10R ketajaman dah turun plus noise seperti semut ngrumpi,saya bandingkan dgn dslr nikon saya d90 @12mp dan d40 @6mp.hasilnya timpang sekali,maka dr itu saya skrg berpikir dua kali untuk menggunakan kamera compact untuk suatu alasan profesi.
Aku check di Imaging resource website umum kok noise’an Nikon D610 yaa,,
Tp klo detail sedikit bagus Nikon,tp klo warna kyknya Oly deh gan
Ngelanjutin topik ttg website review, Ko. Ky Tokina wide yg dpt review bagus tu yg 11-16, tp kan g praktis N mmg scr operasional lbh akan nyaman yg 12-24. Trus misal Canon 10-22 di photozone dibilang g recomend krn jelek. Tp jelek di sini smp seberapa parah sich sebenarnya? Apakah smp g dianjurin buat dipake? Mohon opininya. Thanks
Kalau review sebaiknya cek beberapa situs karena bisa saja salah satu reviewer kebetulan dapat copy lensa yang variasinya agak jelek. Setau saya secara umum 10-22mm Canon bagus.
koh enche, mau tanya misal lensa fx dg f.2 dipasang di kamera apsc apa jadi bertambah menjadi f.3? lalu bagaimana dg kualitas gambar yg dihasilkan?
Bukaan maksimum tetap f/2, hanya background blurnya seperti f/3 ekuivalen terhadap kamera full frame.
Saya mo nanya tapi agak menyimpang dr ulasan di atas nih mas :D, sy punya kamera nikon d7000 klo untuk landscape rekomendasi lensanya apa ya? trus saya tertarik sama lensa Tokina AT-X 11-16mm f/2.8 Pro DX, kira2 cocok ga sama nikon d7000, terakhir bedanya Tokina AT-X 11-16mm f/2.8 Pro DX sama Tokina AT-X 11-16mm f/2.8 Pro DX II apa sih? Mohon pencerahannya, thank’s
11-16mm oke Pro oke juga buat landscape, tapi saya sendiri lebih menyukai tokina 12-28mm f/4 karena zoom-rangenya dan saya gak butuh f/2.8 untuk foto pemandangan. Alternatif dari Nikon adalah 10-24mm dan 12-24mm, tapi keduanya harganya lebih tinggi dari Tokina tapi kualitasnya tidak. Versi II sudah ada motor fokus di lensa sehingga compatible dengan kamera Nikon pemula (D3xxx – D5xxx)
Benar2 penjelasan yg logis koh. Pendek kata, klo sama aj hasil photonya, pasti org lbh pilih kamera saku. Klo blh tau, menurut koh enche…sebarapa akurat review yg dibuat oleh photographyblogs.com utk hampir semua kamera didunia?
Secara teknis, harusnya akurat dan juga cepat. Tapi reviewnya sepertinya hanya membahas spesifikasi dan fitur kamera dan bukan pengalaman mengunakan kameranya dalam jangka waktu yang lama.
hmmm… Voightlander banyak keluarkan lensa buat 4/3 dengan f/0.95… artinya itu setara dengan f/1.4 di APSC ya koh?
Iya benar
Om,
kalau kamera bersensor APSC bila dipasangkan dengan lensa crop dan lensa full frame pada focal length yang sama ( misal: 35mm ) apakah angel view yang dihasilkan akan sama ?
makasih
salam, Hp
Gak sama, supaya sama, yang lensa APS-C/four thirds/1″ harus dikali dengan crop factor sensor kamera masing2 supaya setara di full frame.
Pak Enche….
Thank Yu untuk ulasan ini… Sangat berguna…
Boleh saya sharing masuk dalam FB saya ?
Thanks
Paul
Yep tentu pak 🙂
Harga bawa rupa ya
ukuran juga 🙂