Sebagai fotografer profesional maupun penggemar fotografi, tentu kita pernah memotret sebuah acara. Entah itu acara wedding, ulang tahun anak, gala dinner perusahaan, atau mungkin penandatanganan MOU perusahaan. Dalam tulisan saya kali ini, saya akan berbagi kepada pembaca infofotografi mengenai salah satu unsur yang tidak boleh dilupakan ketika memotret sebuah acara. Unsur tersebut bernama ‘Detail’.
‘Detail’ yang saya maksud di tulisan ini adalah sebuah teknik foto yang diambil secara close up hingga mampu menggambarkan salah satu bagian penting sebuah acara.
Lalu bagian mana saja yang harus kita potret secara ‘Detail’ dalam sebuah acara? Kuncinya adalah satu, anda harus tahu acara apa yang akan anda potret. Itu saja! Simple kan? (He…he….)
Setiap acara pasti mempunyai simbol-simbol berupa benda atau seremonial khusus yang menyertai acara tersebut.
Sebagai contoh:
- Wedding: benda khusus yang menyertainya adalah Cincin (semua suku dan agama pasti memakainya), sedang prosesi yang selalu ada adalah pemberkatan pernikahan. Entah itu pemberkatan di Gereja, Masjid atau tempat ibadah yang lain sesuai dengan agama yang dianut kedua mempelai.
- Ulang Tahun anak: benda khusus yang menyertainya adalah cupcake, roti tart, maupun goody bag.
- Seminar: Notes kecil/ ballpoint yang biasanya mengidentifikasikan tempat acara tersebut.
- Gala Dinner: Undangan. Undangan biasanya disesuaikan dengan tema dan disertai sebuah simbol khusus.
- Penandatanganan kerja sama: Ballpoint yang bersanding/ ditempatkan dekat dengan plakat berlogo perusahaan.
Benda-benda diatas pasti selalu ada ketika anda mendatangi/ bertugas memotret salah satu acara tersebut.
Lalu seberapa penting kita harus menyertakan ‘Detail’ dalam rangkaian foto-foto kita dalam suatu liputan acara?
Menurut saya, PENTING SEKALI! Penting sekali, supaya foto yang kita hasilkan bisa ‘berbicara’ atau mempunyai latar cerita yang kuat ketika disusun/ dirangkai menjadi sebuah album foto.
Berikut manfaat-manfaat unsur ‘Detail’ dalam sebuah foto liputan:
1. Sebagai bentuk penegasan dan kedalaman cerita
Ketika kita sedang melihat sebuah album foto pernikahan tentu kita akan melihat foto-foto yang disusun berdasarkan prosesi-prosesinya dalam 1 halaman. Misal saat pemasangan cincin, maka 1 halaman dalam album foto tersebut akan memuat prosesi pemasangan cincin. Dalam 1 halaman yang memuat pemasangan cincin mungkin akan menampilkan foto-foto yang diambil secara medium close up atau mungkin menampilkan wajah kedua mempelai secara utuh. Foto seperti contoh no 1, akan memberi sudut pandang yang berbeda hingga mampu memberi penegasan tentang prosesi tersebut.
Keterangan: Contoh foto no. 1 ketika di kolase dalam 1 halaman album. Pada contoh kolase (foto no. 2) detail pemasangan cincin sengaja saya tempatkan 1 halaman penuh pada desain album.
2. Sebagai simbolisasi acara.
Sebagai fotografer dalam sebuah acara liputan, tentunya kita harus mengerti dan paham betul mengenai acara apa yang kita foto. Unsur ‘Detail’ dalam contoh foto no. 3 ini adalah contoh foto yang saya ambil ketika ada penandatanganan MOU. Plakat dan ballpoint adalah simbol dari acara penandatanganan kerja sama tersebut.
3. Sebagai identitas tempat.
Foto no. 3 dan no. 4 adalah foto ‘Detail’ yang sama-sama menampilkan ballpoint. Tetapi ada perbedaan dari kedua foto tersebut. Di foto no. 3, saya focus ke ballpoint dan plakat perusahaan. Sementara di foto no. 4, saya hanya focus ke tulisan yang di blok merah sebagai simbol identitas tempat berlangsungnya acara. Sementara ballpoint (foreground blur) hanya sebagai unsur pendukung acara tersebut yang merupakan acara seminar.
4. Sebagai deskripsi suasana.
Sebuah benda terkadang bisa mewakili gambaran dari suasana acara. Dalam foto no. 5 ini terlihat sekali sebuah suasana yang ceria karena sedang berlangsung acara ulang tahun. Cup cakes yang berwarna-warni mempertegas suasana tersebut.
Nah, hanya dengan memasukkan beberapa unsur ‘Detail’ dalam foto liputan kita, secara tidak sengaja kita sudah membuat rangkaian foto liputan kita mampu bertutur dengan sendirinya.
Sebagai fotografer yang bertugas di acara liputan, kita tidak hanya dituntut untuk bisa memotret semua peristiwa dari awal hingga akhir. Tetapi ibarat seorang sutradara, kita harus membuat foto-foto kita mampu bertutur seperti sebuah film. Di bagian mana yang harus diberi penegasan dan variasi gambar yang berbeda. Hingga acara tersebut mempunyai makna dan tidak bosan untuk dilihat-lihat kembali album fotonya di waktu yang akan datang.
Foto liputan yang baik bukan hanya foto yang matang secara teknis. Tetapi sebuah foto yang mampu bertutur secara emosi dengan semiotika gambar yang bervariasi.
Salam Fotografi!
Adi Setyo, adalah seorang fotografer profesional yang juga mengajar kelas creative lighting dengan flash/speedlite.