Yang menarik dari batu karang di foto ini adalah bentuknya yang seperti tembok penghalang yang tinggi, yang menghadang air yang menerpa pantai. Sekilas terlihat seperti perisai besar yang menahan gelombang serangan gelombang yang terus menerus. Karang yang berwarna gelap dan air yang mengalir adalah menimbulkan kontras. Dengan teknik slow speed, aliran air menjadi sangat lembut sehingga kontras semakin tinggi.
Tantangan dalam memotret lainnya adalah komposisi. Dalam hal ini saya mencari pola/pattern. Berada cukup dekat dengan ombak saya harus berhati-hati jangan sampai ombak terlalu tinggi menerpa kamera saya. Sebelumnya saya mengamati dan memantau ketinggian ombak. Dalam beberapa menit, saya tahu bahwa ombak tidak akan menjangkau area tertentu, dan disanalah biasanya saya menancapkan tripod.
Tantangan berikutnya adalah memilih timing yang tepat untuk menjepret. Saat yang tepat adalah sesaat setelah ombak menghempas karang, dan shutter speed yang ideal tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Dari pengalaman saya, antara 1-2 detik cukup bagus. Kalau terlalu cepat, aliran air terlihat patah-patah, kalau terlalu lambat, aliran air berubah menjadi seperti kabut. Untuk mendapatkan 1-2 detik, saya agak terpaksa mengunakan f/3.2 untuk mempertahankan supaya ISO-nya tetap 100 (untuk kualitas terbaik). Filter ND 10 stop yang saya gunakan sedikit terlalu pekat. Mungkin 6-8 stop cukup.
Untuk memastikan kamera tidak bergetar, image stabilization (IS, VR, Steadyshot dll) saya matikan, karena posisi kamera di tripod. Lalu idealnya mengunakan cable remote control. Atau paling sedikit mengunakan kombinasi self timer/exposure delay/mirror lock-up. Untuk foto ombak, self timer agak sulit karena ada jeda 2 detik, jadi harus bisa membayangkan dan sense of timing yang lebih bagus.
Kebetulan saat berada di lokasi cuaca sedang mendung. Awan cukup tebal menutupi sinar matahari pagi, sehingga langit tampak abu-abu. Tidak masalah bagi saya karena saya tidak perlu repot memperhitungkan arah cahaya. Langit yang mendung sama dengan softbox sehingga cahaya menjadi lembut dan tidak ada bayangan yang keras/gelap. Efek dari cuaca mendung membuat hasil gambar seperti monochrome (satu warna) tanpa perlu di edit.
Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya foto yang ini yang saya kira pas sesuai dengan imajinasi saya.
—–
Tgl 22-23 November Infofotografi akan menyelenggarakan tour ke kawasan pantai Sawarna dan sekitarnya, bagi yang berminat bisa baca dan daftar melalui info dibawah ini.
Bagi yang ingin belajar dasar fotografi dan lighting bisa memeriksa jadwal dan materi disini.
Artikel yang sangat menarik untuk di simak. Di tunggu kunjungan baliknya
Maaf menyimpang dr topik, Ko. Kl utk street photography kan sering pake hyperfocal technique. Berarti kl jarak makin dekat (tempat makin sempit) pake bukaannya makin kecil spy jaraknya nyampe. Jd malah g butuh lensa2 dengan bukaan besar, donk, malah lbh penting body yg pny kemampuan ISO tinggi? Jg apa ga lbh enak pake kamera pocket premium dr pd pake DSLR APS-C toh g ngejar bokeh. Jg krn background tetap tajam, gmn agar kita bs tetap mengisolasi objek yg dijadikan point of interestnya? Jd yg ngeliat foto tetap bs fokus ke point of interestnya
Pak Enche, bagaimana menyiasati agar lensa tidak terkena uap atau percikan air laut? Apakah hal tersebut dapat mempengaruhi ketajaman foto?
Terima kasih.