Kamis lalu (11/12/14), saya diundang untuk menghadiri launching kamera Sony A7 mk II regional Asia Tenggara di Gardens by the bay, Singapura.
Dari acara ini saya berkesempatan mendengarkan dengan detail tentang kelebihan kamera baru ini dan sempat mencobanya. Di acara ini juga dipajang berbagai lensa baik yang sudah beredar maupun yang dalam tahap perencanaan.
Kesan pertama saya terhadap Sony A7 mk II cukup positif, dari perubahan grip yang lebih besar sehingga lebih nyaman saat memotret. Selain itu, adanya in-body stabilization membuat saya lebih pede saat perlu foto dengan shutter speed lambat di kondisi low-light.
Beberapa informasi yang saya kumpulkan untuk dalam launching acara ini:
- In body stabilization 5 Axis adalah headline untuk A7 mk II. Mekanisme ini efektif bekerja untuk semua lensa Sony FE, tapi hanya 3 axis untuk lensa-lensa lainnya.
- Image stabilization tidak sama dengan mekanisme Steadyshot di Sony SLT, dan tidak ada kolaborasi dengan insinyur merk kamera lain. Mekanisme ini dikembangkan sendiri oleh insinyur Sony dari divisi kamera dan Sony handycam dari nol.
- Mekanisme stabilization sangat mulus dan tidak bersuara
- Image stabilization tidak berefek banyak ke konsumsi tenaga/baterai (low power consumption)
- Kinerja autofokus untuk mengikuti subjek bergerak lebih baik, dan juga saat motret di low light dibandingkan A7 dan A7R, (tapi Sony A7s masih lebih baik kinerja AFnya di low light)
- A7 mk II mendapatkan fitur setting video seperti A7s (picture profile, S-log Gamma2, format XAVC-S, dll).
- Kualitas gambar tidak terlalu disinggung tapi termasuk salah satu poin peningkatan.
- Beberapa lensa yang akan diluncurkan tahun depan juga dipajang dummy-nya, yaitu Sony 24-240mm f/3.5-6.3 OSS. Sony Zeiss 35mm f/1.4, dan Sony 28mm f/2 dengan converter wide angle dan converter fisheye.
- Lensa 35mm f/1.4 akan punya aperture ring seperti lensa jaman dulu
- Harapan saya, lensa 28mm f/2 performanya bagus meskipun tidak berlabel Zeiss. Ukurannya relatif compact (hanya sedikit lebih besar dari FE 35mm f/2.8) tapi bukaannya cukup besar.
- Lensa Zeiss Loxia juga dipajang, ukurannya cukup compact tapi cukup padat dan berat (bahan logam).
Menurut saya, Sony A7 mk II ini hampir sempurna sebagai kamera serba guna, yang mampu membuat kualitas gambar dan video berkualitas, dengan fisik yang relatif compact. Yang paling senang dengan kehadiran kamera ini mungkin adalah fotografer travel yang sering motret di kondisi low light seperti malam hari, atau di dalam ruangan, tanpa tripod dan flash.
Meskipun diberi kesempatan untuk mencoba A7 mk II terutama image stabilizationnya, tapi karena waktunya terbatas, saya belum mencoba secara tuntas. Saya akan mengulas lebih banyak dan hasil pengujian saya jika A7 mk II sudah available nanti.
Harga Sony A7 mk II diperkirakan Rp 21 juta dan baru akan tersedia di Indonesia bulan Januari 2015.
Terima kasih kepada Sony Indonesia yang telah mengundang saya dan beberapa teman fotografer dan sinematografer Indonesia.
Jadi menyarankan a7mk ii nih koh…?
Semua review mengatakan kalau A7R unggul jauh dibanding A7 mark ii, dari segi harga pun berimbang.. Saya sampai bingung mau ganti kemana…?
Saya suka foto potrait/HI, sudah 1 bulan ini galau mau ganti kemana..
Thanks…
A7R unggul dalam kualitas gambar, tapi soal mekanik, kinerja, fitur, body, bagusan A7mk2. Perbedaan utama A7II dengan A7R adalah di 5 axis stabilizer, kinerja kamera (kecepatan) dan shutter tidak berisik.
Jadi saran nya beli a7mk ii koh…?
pak saya mau tanya untuk SONY mirrorless lebih baik A7s atau A7II?
Tahun depan bakalan menguras isi dompet nich…
kira2 beda jauh dgn a7s ngga pak utk teknologi videonya?
Kalau dari setelan2nya mirip. Tapi menurut info, kalau di low light masih bagusan hasil dari A7s. Noisenya lebih sedikit dan autofokus di low light lebih cepat. Hasil video A7s juga sedikit lebih tajam/detail.
Mantap nih kamera, nunggu masuk ke indonesia dan nunggu harga diskon nya saja 😀
terima kasih infonya pak…
review singkat yang memberi banyak informasi penting sebelum launching masuk ke Indonesia.. 🙂