Saat traveling, mungkin kita akan menemukan orang-orang yang unik dan berbeda dengan tempat tinggal kita. Mungkin orang tersebut berbeda suku, berbeda pakaian atau memiliki karakter yang menarik. Orang-orang seperti itu biasanya menarik untuk dipotret.
Mungkin Anda mengira foto portrait travel yang bagus hanya bisa dibuat dengan kamera dan lensa yang mahal dan teknik editing yang tinggi, tapi sebenarnya ada yang jauh lebih penting dari itu.
Tantangan untuk membuat foto portrait yang bagus adalah membuat foto portrait yang terkesan alami/natural. Orang yang dipotret seharusnya tidak kaku, merasa tidak nyaman atau merasa terpaksa, dan terganggu atas kehadiran fotografer.
Saat memotret portrait, komunikasi adalah hal yang penting, terutama jika kita memotret di jarak yang dekat. Komunikasi bisa secara lisan jika orang yang akan dipotret memahami bahasa kita, tapi bisa juga dengan bahasa tubuh. Saya banyak mengunakan bahasa tubuh saat traveling ke luar negeri, atau saat memotret di daerah terpencil di tanah air. Meskipun masih di dalam negeri, masih banyak yang tidak begitu paham dengan bahasa Indonesia, terutama orang tua di daerah pedesaan.
Bahasa tubuh yang saya gunakan biasanya sederhana saja. Misalnya mengangkat kamera saya dan menunjuk ke kamera sambil tersenyum. Biasanya orang yang ingin saya potret langsung mengerti dan saya akan mendapatkan reaksi antara senang dipotret atau langsung menolak dengan menutup wajah dengan tangan. Jika orang tersebut menolak, saya tidak tersinggung dan juga tidak memaksakan keinginan saya.
Seringkali orang yang saya temui menolak difoto karena belum kenal dengan kita dan takut kita menyalahgunakan foto tersebut, misalnya menerbitkan foto mereka di media cetak atau menjual foto mereka untuk iklan komersial. Selain itu, ada orang yang memang sangat pemalu.
Untuk memperbesar kemungkinan diperbolehkan untuk memotret, saya sering mengobrol dulu dengan subjek foto sebelum memotret, misalnya menanyakan bagaimana kabarnya hari itu, atau cerita sejarah lokasi tempat tinggal dia. Basa-basi ini seringkali penting supaya suasananya lebih cair.
Setelah mendapat izin memotret, periksalah latar belakang, apakah sesuai dengan dengan orang yang dipotret. Jika cocok, ambilah. Tapi jika latar belakang “berantakan” misalnya banyak turis lainnya, banyak kabel listrik dan sampah yang merusak keindahan, saya akan mengunakan lensa telefoto zoom dan men-zoom ketat ke wajah / ekspresi saja.
Sebagian besar orang yang saya foto saat traveling bukan model dan kemungkinan besar jarang difoto, sehingga wajar saja kalau saat berpose agak kaku sehingga menimbulkan kesan yang tidak alami. Kadang-kadang saya meminta mereka untuk jangan berpose, anggap saja saya tidak ada, atau jangan melihat kamera. Terkadang saya akan meminta mereka melakukan sesuatu yang biasa mereka lakukan, misalnya merokok, minum teh, melanjutkan pekerjaan mereka atau bersantai.
Jangan hanya memotret sekali saja, dan jangan buru-buru memeriksa hasil foto di layar LCD, karena biasanya setelah mendengar bunyi ceklek, maka orang yang dipotret biasanya ekspresinya akan lebih lepas dan alami, foto beberapa kali lagi untuk mendapatkan foto dengan ekspresi yang lebih alami.
Teman atau pemandu/guide, juga bisa kita minta tolong untuk berinteraksi dengan orang yang ingin kita potret. Guide bisa kita jadikan penerjemah juga. Saat orang tersebut berbincang-bincang dengan teman/guide, kita dapat memotret secara candid. Atau minimal suasana bisa lebih cair.
Membuat portrait yang bagus memang bukan hanya menguasai teknik fotografi atau mengunakan kamera dan lensa yang mahal, tapi kemampuan berkomunikasi, memperhatikan dan banyak berlatih. Semakin banyak traveling, semakin banyak orang yang Anda temui dan memotret, tentunya ilmu Anda akan semakin meningkat.
Jadwal tour and workshop Infofotografi dapat dibaca di laman ini.
setelah sesi memotret selesai, selain menunjukkan hasil foto, apakah perlu memberi sesuatu kepada model sebagai imbalan? saya memotret model bukan untuk komersial…
tks
Artikel bagus pak, trima kasih ilmunya, hal hal seperti ini yang jarang saya perhatikan terlalu fokus ke alat dan setting kamera