Hari selasa, tanggal 30 Juni 2015 yang lalu, tim infofotografi (saya dan Enche Tjin) menghadiri acara peluncuran kamera Leica Q sambil berbuka puasa bersama awak media yang bertempat di Prohibition Resto, Plaza Senayan Arcadia, Jakarta. Undangan kali ini termasuk spesial karena selain produk yang diluncurkan adalah kamera premium dengan bandrol harga $4250 (Rp 69 juta – harga Indonesia), juga karena kamera Leica Q ini banyak membuat kami penasaran dengan kombinasi desain klasik dan teknologi modernnya.
Masih mengusung desain yang sama dengan kamera Leica lainnya, Leica Q sebagai advanced compact camera bergaya rangefinder punya bodi berbalut logam (magnesium alloy) yang terasa mantap saat dipakai. Produsen lensa ternama dari Jerman ini merancang dengan seksama lensa untuk Leica Q yaitu Summilux 28mm f/1.7 yang memiliki 11 elemen (termasuk 3 lensa asperikal) dan tersusun atas 9 grup. Teknologi modern di Leica Q tidak tanggung-tanggung, sederet fitur seperti sensor CMOS full frame 24 MP, jendela bidik elektronik 3,68 juta titik, layar sentuh 3 inci dan auto fokus (umumnya kamera Leica lainnya hanya ada manual fokus), dan ada WiFi juga.
Spesifikasi utama dari Leica Q (type 116) :
- sensor :CMOS full frame 24 x 36mm, 24 MP (6000×4000 piksel)
- lensa : Summilux 28mm f/1.7, 11 lensa dalam 9 grup, 3 asperikal, makro
- shoot kontinu : 10 frame per detik
- file format : 14 bit DNG (RAW), JPG, MP4 (full HD 1080p)
- ISO : ISO 100-50.000
- sistem fokus : auto fokus (contrast detect), manual focus (dengan peaking)
- metering : Multi-field, center weight, spot
- shutter : mekanik (sampai 1/2000 detik), elektronik (1/2500-1/16000 detik), flash sync 1/500 detik
- jendela bidik elektronik : LCOS display, 1280×960 piksel (3.68 juta titik)
- baterai : Lithium ion 1200 mAh 7.2 V
Dalam acara kemarin, kami berkesempatan mencoba untuk memakai Leica Q beberapa saat untuk membuktikan sendiri betapa mantapnya kamera ini. Bodinya yang berbahan logam terasa dingin dan kokoh saat dipegang, dan ternyata bobotnya yang sekitar 640 gram masih terasa pas untuk dipegang (kira-kira setara dengan kebanyakan kamera DSLR pemula-menengah). Tampilan jendela bidik elektronik terlihat jernih dan detail. Karena jendela bidik ini mendapat gambar dari sensor, maka apa yang ditampilkan persis sama dengan apa yang didapat (berbeda dengan jendela bidik optik ala rangefinder lain yang ada sedikit pergeseran paralax). Saya yang terbiasa melihat jendela bidik di kamera mirrorless justru lebih terbiasa dengan jendela bidik di Leica Q, tapi mungkin pemakai Leica yang biasa pakai Leica sebelumnya akan merasa agak aneh dengan jendela bidik elektronik seperti ini.
Suasana tempat peluncuran kamera di Prohibition Resto ini termasuk sangat low light, dan ini menantang untuk siapapun yang memotret karena perlu ISO tinggi. Untungnya dengan sensor full frame, Leica Q masih bisa menjaga noise tetap rendah di ISO 3200, dan hasilnya masih cukup bersih. Di tempat yang kurang cahaya inipun auto fokus kamera Leica Q masih bisa bekerja dengan baik. Tapi bagi yang ingin memakai manual fokus, kamera ini tetap menyediakan indikator jarak fokus di lensanya, termasuk indikator terpisah untuk yang mau fokus sangat dekat (makro).
Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Mr. Sunil Kaul, Managing Director Leica Asia Pacific, yang kemudian dilanjut dengan penjelasan produk oleh Bpk Wilson Gunawan (Leica store Indonesia). Di acara puncak, pihak penyelenggara menghadirkan beberapa pembicara yaitu Romi Perbawa (Ambasador Leica Indonesia) dan Yongki Lie. Para pembicara menampilkan foto-foto yang diambil dengan Leica Q beserta kesan-kesannya dengan kamera tersebut.
Pada intinya kedua pembicara menyukai banyak hal dari Leica Q seperti fokal lensanya yang 28mm, kecepatan/responsifnya shutter kamera untuk menangkap momen dan kemudahan dalam memotret memakai fitur WiFi dari ponsel. Romi yang khususnya sudah membawa Leica Q ke lokasi yang sulit dan gelap seperti memotret aktivitas Ramadhan di Pesantren Lirboyo, merasa sangat terbantu dengan kemampuan kamera ini. Saat memotret malam hari pada waktu tarawih dan sahur yang gelap dan hanya mengandalkan lampu jalan, Romi masih menyukai akurasi fotonya meski ISO disetel sampai 6.400.
Tampaknya kamera Leica Q akan bisa meladeni hasrat fotografer yang menyukai street fotografi, arsitektur dan pemandangan berkat kombinasi sensor, fokal lensa, kualitas optik khas Leica dan kemudahan pemakaian kamera yang didukung fitur-fitur modern. Anda tertarik?
Contoh-contoh karya foto Romi Perbawa :
Disamping kualitas, kalau tidak salah, jadi mahal sekali karena hand-made dan terbatas, ditambah lagi karena ada logo dengan “lingkaran merah” itu.
Wah Rp. 65 juta. Tapi memang merk Leica adalah jaminan kualitas (dan juga gengsi) untuk pemakainya hehe.
om mau nanya nih… apa sih yg bikin kamera leica harganya tinggi dari brand kamera lainnya
Karena buatan Jerman yg presisi optiknya terkenal tinggi, juga built-quality kamera Leica kan dari material terbaik sejak dari dulu.
Harganya itu…lho….