Saya berkesempatan mencoba kamera Panasonic Lumix GM1 di saat tur daytrip ke Subang dan tur Pangalengan bulan ini dan ingin berbagi pengalaman dengan pembaca. Kamera mirrorless cenderung disukai untuk travel karena ringan, kecil dan simpel. Bila bicara kecil mungkin Lumix GM1 ini tidak ada tandingannya karena ukurannya benar-benar kecil, seperti kamera saku biasa. Di jajaran Lumix mirrorless, ada beberapa tipe kamera seri GH seri G (keduanya bentuknya mirip DSLR), ada juga seri GX (desain ala rangefinder) dan seri GF serta GM (untuk segmen pemula dan travel). Khusus seri GM saat ini ada GM1 dan GM5 dimana perbedaannya GM5 sedikit lebih besar dan ada jendela bidik, sedangkan GM1 benar-benar mungil walau sama-sama mengusung sensor 4/3 dengan jumlah piksel sebanyak 16 MP.
Kamera Lumix GM1 bahkan pernah kami nobatkan sebagai kamera terbaik 2013 karena perpaduan kualitas dan ukuran yang sulit disamai oleh kamera lain. Beberapa fitur yang dimiliki Lumix GM1 diantaranya:
- bodi kecil tapi berbahan magnesium alloy
- mode lengkap (PASM), RAW, scene mode dan ada C1-C2
- auto fokus DFD yang cepat
- layar sentuh 3 inci, 1 juta dot yang tajam
- shutter elektronik hingga 1/16000 detik (paling lambat bisa 60 detik)
- kecepatan shoot kontinu hingga 40 fps (shutter elektronik), atau 5 fps dengan shutter mekanik
Sebagai lensa kit untuk kamera ini Panasonic membuat satu lensa kecil Lumix 12-32mm f/3.5-5.6 OIS yang tampak proporsional, berjenis collapsible lens (diputar dulu untuk unlock) dan bukan zoom dengan motor tapi diputar pakai tangan secara manual (biasanya lensa kit kecil merk lain berjenis power zoom). Tidak ada ring manual fokus di lensa ini, jadi untuk manual fokus perlu menyentuh layar. Pada review kali ini saya tidak banyak mencoba lensa kit ini, tapi memakai lensa lainnya.
Karena saya terbiasa pakai kamera saku Lumix LF1, maka adaptasi saya ke kamera Lumix GM1 tidak terlalu sulit, banyak kesamaan antara tata letak tombol maupun interaksi menu. Karena ukuran kamera ini kecil maka tidak banyak ruang tersisa untuk tangan saya menggenggam kamera ini, bahkan saat membawa kamera saya lebih sering menggenggam bagian lensanya.
Yang saya suka dari kamera Lumix GM1 ini adalah sudah punya roda dial di belakang untuk ganti banyak setting. Juga terdapat selektor mode fokus (AF-S/AF-C/MF) di bagian atas, melingkari tombol Fn1 yang bisa diprogram untuk banyak fungsi lain. Untuk Fn2 sampai Fn6 juga tersedia untuk dikustomisasi tapi bukan berupa tombol, melainkan berupa tab di layar. Wajar kalau tidak banyak tombol yang bisa dijumpai di kamera ini karena keterbatasan ruang, tapi tombol 4 arah yang bisa jadi jalan pintas sangat membantu. Misal tombol kanan jadi WB, tombol kiri jadi mode AF area dsb.
Sensor gambar Live MOS 4/3 16 MP ini native-nya memang punya aspek rasio 4:3 dan saya yang terbiasa pakai aspek rasio 3:2 pun bisa memilih di menu. Bila dipilih 3:2 maka resolusi maksimumnya akan berkurang menjadi 14 MP karena sisi atas bawahnya akan kena crop. Pilihan Image Quality ada Standard dan Fine, saya temui di opsi yang Standard menghasilkan file size yang cukup kecil, dan ini berdampak lumayan pada penurunan kualitas JPG. Untuk itu sebaiknya selalu pilih yang Fine setiap memotret pakai file JPG.
Panasonic tidak memberikan flash hot shoe di kamera ini, jadi untuk kebutuhan flash cukup mengandalkan built-in flash saja yang ukurannya (dan kekuatannya) kecil. Desain flashnya juga unik karena lampu flash akan terangkat keatas (pop-up) saat tuas digeser ke kanan. Setealah muncul ke atas, flash juga bisa dibelokkan ke atas untuk kebutuhan bounce walaupun jangan berharap terlalu banyak mengingat kekuatan flash ini kecil. Kemampuan flash sync-nya juga terbatas sekali hanya 1/50 detik, dengan lensa yang ukurannya besar juga sinar flash dari kamera akan terhalang sebagian.
Kinerja Lumix GM1 termasuk mengesankan. Kamera siap dipakai memotret sesaat setelah tuas daya digeser ke ON. Di menu ada pilihan apakah kita mau setiap saat memakai shutter elektronik saja (silent, bisa burst sampai 40 fps) atau pakai shutter mekanik (bisa burst sampai 5 fps di mode AF-S atau 4 fps di mode AF-C). Auto fokus berteknologi DFD terasa sangat cepat. Di kondisi cahaya cukup, saat tombol rana ditekan setengah, saat itu juga kamera langsung bunyi beep tanda fokusnya sudah dapat. Kita juga bisa menekan layar untuk memilih area fokus yang kita inginkan. Tapi sistem AF di kamera ini tetaplah deteksi kontras sehingga tetap bisa terkecoh oleh subyek lain yang lebih kontras, khususnya bila mode areanya memakai Auto area (23-area AF). Sistem deteksi kontras juga agak lemah di fokus kontinu (AF-C) walau untungnya teknologi DFD bisa sedikit membantu.
Bagi yang ingin hasil maksimal sesuai keinginan untuk berbagai keadaan, atau ingin mencoba efek kreatif bakal menyukai kamera Lumix GM1 ini. Betapa tidak, ada banyak pilihan Scene Mode dan Creative Art Filter disini. Saya tidak sempat mencobanya satu-persatu, tapi beberapa favorit saya seperti filter Dynamic Monochrome, Impressive Art dan Old Days memberi hasil yang sesuai keinginan saya tanpa editing sama sekali.
Beberapa contoh foto hasil jepretan Lumix GM1 file JPG :
dan untuk file RAW diproses di Lightroom contoh fotonya seperti ini :
Foto 1 : mengatasi rendahnya kontras dengan menaikkan kontras, clarity dan vibrance.
Foto 2 : mengatasi kontras tinggi dengan mengatur shadow dan highlight.
Kesimpulan
Kamera Lumix GM1 ini pun memberi impresi positif bagi saya selama pemakaian, karena praktis, tidak repot dan kinerjanya baik. Berbagai filter efek yang ada juga membuat kamera ini makin menyenangkan untuk sehari-hari, juga adanya WiFi membantu bagi yang ingin segera berbagi foto ke medsos. Maka itu kamera ini cocok untuk teman traveling sehari-hari, detil pikselnya juga cukup untuk kebutuhan landscape dan interior serta adanya DFD fokus membuat kamera ini juga cocok untuk candid dan foto street. Penghobi fotografi juga akan menyukai keleluasaan fitur manualnya dan file RAW yang fleksibel untuk diedit. Karena terbatasnya fitur flash maka kamera ini tidak cocok untuk kebutuhan potret dengan flash (indoor/outdoor) tapi untuk sekedar fill flash masih ada built-in flash yang cukup membantu. Soal baterai lagi-lagi jadi kendala di kamera mirrorless, tak terkecuali di GM1 ini yang bisa bertahan hanya 200 kali foto.
Yang saya suka :
- fitur lengkap (termasuk HDR, timelapse, stop motion, peaking dll)
- layar sentuh untuk ganti setting dan memilih area fokus
- fokus DFD cepat
- ada full elektronik shutter, shutter mekanik bisa jadi awet
- scene mode dan filter efek berlimpah
Yang saya kurang suka :
- ISO mulai dari 200
- tidak ada sweep panorama
- hasil foto JPG Standard terlalau dikompres (solusi : pilih JPG fine)
- tidak ada NFC
ijin tanya pak, hasil foto yang tajam tergantung sensor aps-c, fullframe atau seberapa besar megapixelnya, terima kasih
Lensa memainkan faktor terpenting sebenarnya.
Ko gm1 vs nx3000 lbh baik mn ?
Om aku pengen kamera kecil sejenis miroles, tp yg pengaturanya manulnya mendekati dslr.jg supot dengan flash external gitu.apa ya om makasih
Rata-rata mirrorless bisa diatur manual seperti DSLR dan sebagian besar ada hot shoe (kecuali yang pemula banget).
pak kalo disuruh milih fujifilm xa2, sony alpha6000 apa nikon 5200 , thanks before
Saya pribadi pilih Sony A6000
Om, ijin tanya mirrorless kisaran 6-7jt yg terbaik utk landscape, hi dan street trus baik jg buat foto wedding kira2 pilihannya apa aja om? Teimakasih
Boleh baca-baca halaman rekomendasi kamera digital.
gm1 cocok buat selfi ga ko.
Gm1 layarnya gak bisa diputar ke atas, jadi sulit buat selfie.
Pak, apa benar kamera samsung sdh tidak beredar lagi?
Tinggal jual sisa2 stok saja. Mereka dah gak kembangin lagi
GM1 vs sony alpha 5000 bagusan mana om ? Untuk kebutuhan travelling dan street photography . Terimakasih
Dari kualitas gambar Sony a5000 unggul dikit, tapi autofokus gm1 lebih cepat Dan ukurannya lebih kecil. Saya pikir lebih bagus untuk street photography.
Pak, dari kualitas foto lebih baik spny a6000 / nx500 / lumix gf7 / Fujifilm XT-10 ?
Terima kasih.
Samsung NX500 bagus di kondisi gelap, Fuji Xt10 enak dilihat warnanya.