Untuk mengambil suatu foto yang bagus, tentunya cahaya/lightingnya harus pas. Terus terang saja, sampai saat ini, saya masih belum mahir untuk mengerti/membayangkan tentang cahaya (baik kualitas, arah, intensitas dan bagaimana memanfaatkan cahayanya). Yang ada, setiap kali hunting, waktu hunting selalu ditentukan oleh Enche. Saya hanya ikut saja. 🙂 Kalau dia foto, saya ikut foto. Kalau dia mengistirahatkan kameranya (yang tandanya cahaya lagi kurang bagus), saya juga ikut-ikutan santai.
Contohnya, beberapa hari yang lalu ketika kami mampir ke Senayan City, tiba-tiba saja dia mengeluarkan HP nya untuk mengambil sebuah foto bangunan. Dalam hati saya, padahal ini masih pukul 4 lewat dan matahari masih bersinar terik. Sepertinya bukan saat yang tepat untuk foto. Mengapa dia malah berhenti untuk foto? Namun, saya hanya diam dan ikut mengambil foto juga.
Sekitar pukul 6, kami melewati tempat yang sama. Herannya, si Enche malah tidak mengeluarkan HP untuk foto. Penasaran, saya pun bertanya, “Awannya bagus dan ini tempat yang sama. Kok ga foto lagi?”
Dia hanya membalas, “Kamu yang foto saja.”
Hmm… saya pun foto. Dalam hati, mana tahu nanti lebih bagus dari yang tadi, tentunya hanya saya yang ada fotonya dan bisa saya posting. Hohoho >=) devil’s laugh.
Eits… ternyata…
Berbeda sekali kedua foto tersebut bukan?
Menurut penjelasan Enche, foto pertama sengaja dia ambil karena lightingnya bagus. Matahari menyinari gedung sehingga gedung memantulkan cahaya kuning keemasan. Cahaya tersebut termasuk cahaya keras, sehingga warna, tekstur bangunan akan lebih kontras. Sedangkan di foto kedua, sifat cahaya sudah berubah lembut, gedung tidak bersinar keemasan lagi.
Sepertinya saya masih harus lebih banyak belajar tentang cahaya.
Salam jepret dan tetap semangat. ^^
—
Yuk ikut kursus kilat dasar fotografi, komposisi dan lighting. Ada kelas weekend, dan juga kelas malam.
Kadang2 moment2 spt itu yg terlewatkan, hrus punya indera keenam nih hehe