Laowa 105mm STF adalah lensa yang dirancang untuk kamera bersensor full frame. Laowa membuat berbagai versi mount untuk mengakomodir pengguna jenis kamera yang berbeda-beda, diantaranya Canon EOS EF, Nikon F, dan Sony E-mount.
Seminggu yang lalu, saya dipinjamin lensa Laowa 105mm f/2.8 STF oleh PT Sukses Digital Indonesia, distributor resmi Laowa di Indonesia. Yang dipinjamkan adalah lensa 105mm dengan mount Sony E-mount. Bentuk lensa jadi lebih panjang dari lensa untuk DSLR karena flange back Sony mirrorless tidak sama dengan DSLR. Kelihatannya seperti ada adaptor built-in ke lensanya.
Sebenarnya lensa ini orisinilnya dirancang untuk kamera DSLR. Jika kita memiliki kamera mirrorless, bisa juga mengunakan lensa Laowa ini dengan adaptor. Tidak ada hubungan elektronik, sehingga tidak ada data bukaan/aperture yang digunakan saat memotret.
Desain STF ini cukup unik, tapi bukan yang pertama, karena dulu ada lensa Minolta/Sony 105 STF. Fuji juga punya 56mm f/1.2 APD (tapi bedanya, yang Fuji tidak memiliki dua aperture tapi bisa autofokus).
Kualitas lensa ini tajam meski di bukaan terbesarnya (f/2). Bagian yang tidak fokus / bokeh terlihat sangat mulus karena elemen Apodization (APD) yang diletakkan di bagian dalam lensa. Elemen APD ini seperti filter radial ND filter, tebal di ujung, tipis di tengahnya. Jika dibandingkan dengan lensa biasa, lensa ini sedikit lebih gelap. Misalnya saat mengunakan lensa ini di f/2.8, terangnya akan sama dengan lensa lain di sekitar f/3.2. Efek gelap ini juga akan terasa di viewfinder jika mengunakan kamera DSLR.
Lensa ini merupakan lensa yang dirancang khusus untuk portrait, terutama portrait close-up. Ideal digunakan untuk kamera DSLR/mirrorless Full frame.
Keunikan lensa ini daripada lensa biasa adalah memiliki dua bukaan, kita bisa memilih mengunakan bukaan seperti biasa (f/2-f/22), atau mengunakan aperture seperti lensa Cinema (T/3.2-8). Yang perlu diingat adalah jangan mengunakan keduanya sekaligus. Jika memilih mengunakan bukaan untuk fotografi, maka putarlah bukaan lainnya ke yang terbesar, demikian juga sebaliknya.
Design dan packaging lensa ini mirip dengan lensa Zeiss kontemporer. Fisiknya juga mirip yaitu terbuat dari logam mengesankan lensa kokoh, beda sekali dengan kebanyakan lensa yang beredar saat ini yang kebanyakan casingnya plastik. Karena bahannya logam, beratnya juga lumayan, yaitu sekitar 750-850 gram. Secara estetik warna tulisan “Smooth Transfocus” yang berwarna hijau terang menurut saya agak kurang enak dilihat, tidak terkesan produk premium.
Saya mencoba lensa ini di workshop portrait outdoor di Pelabuhan Sunda Kelapa. Awalnya cukup sulit karena harus membiasakan diri dengan lensa manual fokus. Untungnya ada fokus peaking dan MF assist/magnification, saya akhirnya agak terbantu. Memotret dengan manual fokus untuk subjek yang bergerak agak sulit karena ruang tajam lensa ini sangat tipis, terutama saat memotret di f/2. Sedikit bergerak sudah tidak fokus lagi.
Namun saat saya berhasil, hasilnya sangat tajam di bagian yang difokuskan. Dari hasil uji saya, lensa 105mm ini cukup tajam untuk sensor full frame resolusi besar (36-50 MP). Jadi kalau dipasang di kamera full frame seperti Sony A7, Nikon D750, Canon 5/6D hasilnya akan lebih baik lagi. Pengguna kamera Sony yang memiliki built-in stabilization di body seperti Sony A7 II akan lebih senang lagi, karena dengan stabilization, kita bisa memotret dengan shutter speed yang lebih lambat saat cahaya mulai meredup tanpa mengorbankan ketajaman. Saat dipasang di Sony A6000, minimal saya harus mengunakan 1/160 detik.
Berikut ini adalah kelebihan kekurangan lensa ini:
+ Kualitas fisik lensa bagus, dari logam
+ Kualitas foto baik di bukaan terbesar sekalipun
+ Punya dua jenis bukaan (keren buat foto dan video)
+ Desain dan packaging bagus, tapi sepertinya meniru Zeiss
+ Harga tidak terlalu tinggi (dibawah 10 juta)
– Hanya manual fokus
– Tidak ada data Exif yang ditransfer ke foto. Sehingga kita gak tau berapa nilai F digunakan)
– Cukup besar dan berat untuk digunakan di kamera mirrorless
– Lens hood dari plastik, tidak presisi sehingga sulit dikunci.
Berikut ini adalah hasil foto saya dengan lensa Laowa 105mm ini. Hampir keseluruhannya mengunakan f/2 dan shutter speed sekitar 1/160-1/800 detik.
Foto-foto diatas tidak saya edit berlebihan di Lightroom, saya hanya mengatur kontras saja. Saya tidak menambah sharpening/ketajaman.
Bagi yang tertarik memiliki lensa ini, boleh mengunjungi toko kamera kesayangan Anda atau boleh juga pesan dari saya. Harga resmi Rp 9.5 juta. Dapatkan harga spesial untuk pembaca dan alumni Infofotografi dengan menghubungi 0858 1318 3069 . Terima kasih atas perhatiannya.
Trims buat talent kita Ririn
Ko, saya mau beli lensa tele untuk eos m10 kira2 beli yang ef m 55-200 atau efs 55-250 pakai adapter. Denger2 kata org hasilnya bagus pakai efs 55-250 jadi bingung hee!! Kira2 pendapat nya gimana??
Ribet menurut saya kalau adapter2an, lensa DSLR panjang dan lebih besar sehingga gak nyaman handlingnya.
Ko, mau minta pendapat tentang lensa Sony A-Mount, diantara pilihan lensa ini mana yang lebih bagus hasil fotonya (Sony DT 11-18mm f/4.5-5.6; Sigma 10-20mm F/3.5 EX DC HSM; atau Tokina AF Pro DX 11-16mm f/2.8 IF), thank’s sebelumnya atas masukannya, karena lagi bingung masa pencarian…….
Saya gak pengalaman dengan lensa Sony DT, tapi saya dengar kabar Tokina 11-16mm bagus.
Laowa 105mm f/2 emang manteb om.
Tp gosipnya bentar lg muncul Tamron 115mm f/1.4 dg flourine coating, auto fokus & VC.
Bakal rame ni persaingannya.
Keren banget kalau jadi kenyataan 🙂
Foto-fotonya keren 🙂
Kalau Venus laowa 60mm gimana ko? Udah diriview oke mana dengan yang 105mm
Kabarnya oke juga, kegunaannya beda. Kalau 60mm kan lensa makro, untuk foto subjek kecil.
Susah oom Kalo manual..