Cahaya merupakan elemen penting dalam fotografi, dan fotografer yang pengalaman tentu akan memperhatikan cahaya yang dipakai saat memotret. Salah satu sumber cahaya buatan yang bisa diandalkan dan menyerupai cahaya alami matahari adalah lampu kilat (flash), khususnya dengan flash eksternal yang lebih bertenaga. Kali ini saya akan mengulas mengenai penggunaan flash eksternal yang lebih lanjut, dengan berbagai skenario dan aksesori tambahan. Sebagai peralatan yang dipakai, saya memakai kamera DSLR Canon 1500D, dengan dua unit Speedlite 430EX III-RT dan sebuah wireless trigger ST-E3. Lensa yang dipakai adalah lensa EF 50mm f/1.8 STM.
Mengenal Speedlite 430EX III-RT
Pada dasarnya Speedlite 430EX III-RT adalah flash eksternal kelas menengah generasi ketiga yang ditambah fitur RT (Radio Transmission). Flash yang punya GN43 ini sudah dilengkapi fitur TTL dan Manual, bisa zoom dan tentunya mendukung HSS. Layar LCD-nya yang besar bisa menampilkan banyak informasi termasuk indikator jarak (dalam meter) yang membantu kita menentukan posisi relatif antara flash dan subyek.
Secara fisik, flash 430EX ini punya ukuran yang lebih kecil dari flash kelas berat (misalnya 600EX), namun banyak kemiripan misal bisa tilt-swivel (kepala flash bisa diputar), ada wide angle diffuser dan catch light panel di depan, pakai 4 baterai AA dan rentang zoom flash yang panjang. Fitur paling menarik di 430EX generasi ketiga ini tak dipungkiri adalah kemampuan wireless flash yang modern, menggunakan frekuensi radio yang lebih handal daripada transmisi infra merah (optical) seperti wireless lama. Unit 430EX III-RT bisa difungsikan sebagai Master (hanya RT) dan Slave (bisa dalam mode RT maupun optical).
Saat menjadi Master, kita bisa kendalikan banyak flash dalam mode TTL, Manual dan Grup individual (up to 5 grup). Tersedia 15 kanal untuk dipilih sehingga lebih aman dari interferensi sinyal flash lain. Bila kita ada flash Canon lain yang juga mendukung RT maka 430EX III-RT yang dipasang di mode Master ini bisa terhubung dan lampu LINK akan berwarna hijau. Kita bisa memilih apakah flash yang jadi master ini juga akan menyala, atau tidak (artinya flash hanya memberi perintah tanpa menembakkan cahaya).
Tapi bila 430EX III-RT ini hendak dijadikan slave maka ada beberapa pilihan seperti Slave RT, Slave optik dan Individual slave optik. Apabila anda memakai DSLR Canon yang mendukung wireless flash melalui optical (built-in) flash maka dari kamera bisa diatur mau pakai mode wireless TTL atau manual. Juga bisa ditentukan apakah grup AB itu mau seimbang atau pakai ratio (perbandingan kekuatan flash grup A dan B). Artikel soal grup dan ratio di flash Canon sudah pernah diulas disini.
Kali ini konfigurasi yang saya coba adalah menggunakan trigger ST-E3, sebuah trigger RT yang modern dan bisa kompatibel dengan flash RT seperti 430EX III-RT atau 600EX-RT. Maka itu flash 430EX III-RT saya posisikan di mode wireless RT, bukan optikal. Setelah saya atur channel dan ID antara trigger dan flash maka keduanya dengan mudah akan tersambung, dicirikan dengan lampu LINK akan berwarna hijau. Setelah itu pengaturan yang ingin dilakukan tinggal diatur dari triggernya saja.
Memotret dengan flash
Dalam hal ini saya melakukan beberapa variasi pemakaian flash, misalnya dengan flash on shoe (diatas kamera) secara bounce plus HSS, juga mencoba wireless (off shoe) pakai dua flash dengan pengaturan ratio dikendalikan dari trigger ST-E3. Sebagai info flash 430EX III-RT ini mendukung fitur High Speed Sync dan saya gunakan flash ini untuk memotret dengan shutter cepat tanpa ada masalah.
Pemakaian paling basic dari flash eksternal adalah dengan bounce ke langit-langit. Disini saya dapatkan kemudahan dengan memakai mode TTL tanpa perlu mengatur banyak hal, cukup setting eksposur saja di mode Manual dan kamera akan berikan pencahayaan optimal sehingga terangnya foto yang dihasilkan bisa tampak pas.
Kemudian saya mencoba menempatkan model di depan jendela yang terbuka, dan kita tahu di keadaan seperti ini akan menjadi tantangan sendiri karena terangnya matahari di luar akan memaksa kita pakai shutter cepat. Nah dengan mode HSS saya bisa gunakan shutter 1/500 detik sehingga cahaya matahari di luar tidak terlalu tampak over, dan HSS tentunya hanya bisa dipakai di flash yang kompatibel TTL, termasuk triggernya juga harus TTL.
Lalu yang ketiga saya menggunakan wireless dengan dua flash 430EX III-RT yang ditempatkan di light stand, dan diberi payung putih. Kedua flash saya kendalikan dari trigger ST-E3 dan memakai mode TTL dengan pengaturan ratio A:B sebanyak 2:1. Artinya kekuatan flash A akan 2x lebih kuat dari flash B sehingga pengaturan kekuatan flash jadi lebih simpel. Pilihan ratio ini ada banyak, bisa 2:1, 4:1 hingga 8:1 dan juga bisa ditambah dengan Grup C (untuk background atau backlight, bila perlu) yang bisa diatur kompensasinya.
Intinya dengan mengendalikan pencahayaan, kita bisa mengatur hasil foto sesuai tujuan awal. Flash Speedlite 430EX III-RT memiliki banyak pengaturan yang membuka bermacam peluang kreativitas seperti rear sync, HSS dan wireless dan khususnya di generasi ketiga ini sistem RT menjadi pembeda. Dengan RT maka cara wireless flash akan memakai frekuensi radio yang lebih handal, cakupan lebih jauh dan bisa dipakai outdoor. Tentu syaratnya adalah perlu adanya trigger RT yang dipasang diatas hotshoe kamera, misal ST-E3 atau bisa juga flash eksternal yang mendukung RT seperti 430EX III-RT atau 600EX RT.
Mas
Kalau flash Canon 430 exii ga bisa ditrigger pakai optical slave dengan flash yg lain ya?
Terimakasih
Om, saya baru mau belajar menggunakan flash, gear saya canon 70d. Kira” antara flash godox tt685 dengan canon 430ex ii lebih cocok yg mana untuk saya?
Terimakasih
Om flash yg cocok untuk canon 1500d apa aja ya ??? ( Yg bukan bukan dari brand canon)
Setau saya harus dari Canon, kalau gak, gak bisa nyala.