≡ Menu

Pengalaman mencoba kamera kelas pro Canon EOS R3

Lini kamera mirrorless full frame Canon belum lama ini punya ‘pemimpin’ (flagship) baru yaitu EOS R3, sebuah kamera profesional dengan desain seperti kamera DSLR 1Dx yang memiliki vertical grip terpadu. Kami di infofotografi berkesempatan mencoba kamera idaman para fotografer profesional untuk merasakan seperti apa mantapnya kamera ini (ergonomi, fitur, kualitas layar/EVF), lalu seperti apa kinerjanya (speed, AF dsb) dan juga hasil fotonya.

Saya saat mencoba R3 dan RF 70-200mm di Sawarna

Awalnya saya mencoba kamera EOS R3 dengan dua lensa RF terbaru yaitu RF 16mm f/2.8 dan RF 100-400mm f/5.6-8 IS namun hanya sebentar, mengingat jadwal peminjaman lensa-lensa ini yang padat. Saya coba kedua lensa di kawasan GBK Senayan untuk melihat kemampuan lebarnya lensa 16mm dan juga telenya lensa 100-400mm. Kedua lensa ini masuk ke kelas consumer, non L series dan memiliki kualitas optik yang sesuai dengan harganya. Di kesempatan berbeda, saya menjajal lensa EOS R3 dengan lensa RF 70-200mm f/2.8 IS di kawasan pantai Sawarna Banten untuk mencoba foto subyek bergerak dan juga pemandangan.

Hasil dari lensa fix 16mm dengan kamera R3
Hasil mencoba R3 dengan lensa 100-400mm di Senayan, ketajaman termasuk baik dan auto fokus USM di lensa ini juga cukup gesit

Dalam kesempatan yang relatif singkat, saya temui secara build quality memang EOS R3 ini sesuai ekspektasi di awal baik dari level pro-grade material maupun dari weathersealing-nya. Hanya saja saya tidak menyangka kalau R3 akan terasa cukup ringan, dengan baterai saja bobotnya ‘hanya’ 1 kg, padahal R3 termasuk kamera besar dengan vertical-grip terpadu. Bodi R3 terasa solid, ergonomi yang mantap, rasanya masih seperti menggenggam sebuah kamera DSLR yang tanpa kompromi akan handling dan kendali tuas/tombol. Memang yang perlu dibiasakan saat memakai kamera ini (atau juga di EOS R dan R5) adalah mode kamera yang kini memakai tombol MODE, bukan pakai putaran mode dial (seperti di EOS R6 atau kebanyakan kamera lain pada umumnya).

Kamera EOS R3 diuji memotret dalam keadaan hujan

Hal baru yang ditawarkan R3 yang ingin segera kami coba tentunya adalah fitur Eye Controlled AF. Fitur ini saat diaktifkan, akan mendeteksi kemana kita melihat di jendela bidik, dan akan ada lingkaran yang mengikuti dalam visual yang kita lihat di jendela bidik itu. Awalnya memang kami sempat bingung karena sepertinya fitur ini tidak konsisten dengan lirikan mata kami, tapi ternyata fitur ini sangat perlu untuk di kalibrasi sebelum dipakai, dan fitur ini juga tidak efektif bila kita memakai kacamata. Dalam prakteknya, akhirnya fitur Eye Control AF memang berfungsi seperti yang dimaksudkan, misal saya melirik ke kanan, ada lingkaran yang juga ikut ke kanan, sehingga tidak perlu memindahkan titik AF dengan joystick lagi. Fitur AF dengan lirikan mata ini juga bisa dimatikan bila tidak diperlukan, misal bila kita lebih suka memakai joystick atau layar sentuh.

Hasil memotret kontinu 30 fps dan dipilih satu foto

Sensor R3 memang tergolong standar dalam resolusi yaitu 24 MP, namun memakai teknologi Back-Illuminated stacked yang memberi kecepatan tinggi dalam read-out datanya. Impilkasinya adalah kecepatan memotret bisa sangat cepat hingga 30 fps, file RAW+JPG 24 MP, dengan auto fokus kontinu (bila memakai shutter mekanik bisa dicapai kecepatan hingga 12 fps) dan juga kemampuan videonya oke sekali (6K 60 fps atau 4K 120 fps). Beberapa hal lain di EOS R3 ini memang sepadan dengan kelas high-end yang diusungnya, adalah adanya 8 stop Image Stabilizer, resolusi layar dan jendela bidik yang sangat tinggi, lalu adanya dukungan slot SD card UHS-II yang mendampingi slot CFexpress type B membuat pengguna yang hanya punya SD card bisa langsung memakai kamera ini, meski untuk kecepatan maksimal disarankan memakai memori jenis CFexpress. Sebagai gambaran, kecepatan tulis data SD card UHS-II bisa mencapai hampir 300 MB/s tapi CFexpress bisa mencapai 1600 MB/s.

Fokus kontinu tetap bisa didapatkan meski memotret dengan kecepatan 30 fps

Prosesor Digic X yang dirancang untuk menangani tugas-tugas berat ternyata mampu menunjukkan performa tingginya dengan sangat baik. Dari sisi responsifnya kamera, kecepatan auto fokus, menulis ke memori hingga melihat hasil foto terasa gesit. Dari sini kami paham kenapa Canon tetap memilih resolusi sensor 24 MP, karena dengan menambah resolusi misal jadi 36MP atau 45MP akan ada kompromi dalam kinerja secara umum yang mungkin akan mengecewakan penggunanya yang mayoritas akan memakai R3 untuk sport atau wildlife. Bicara auto fokus, R3 makin pintar dalam mengenali subyek baik manusia, binatang atau kendaraan, sehingga kemampuan tracking fokus yang bergerak menjadi lebih mudah (juga berkat peningkatan kemampuan Dual Pixel AF II di sensornya).

Dynamic range sensor R3 termasuk baik dengan latitude di bagian highlight yang masih bisa diturunkan

Kamera R3 tentunya tidak selalu untuk memotret subyek bergerak. Dipakai untuk foto pemandangan atau semacamnya, kamera ini juga pasti bisa memenuhi kebutuhan itu. Saya merasakan kalau sensor di R3 memiliki dynamic range yang lebih baik, dan juga noise di ISO tinggi yang masih termasuk bagus. Bicara DR, saya bisa merecover bagian langit yang mengalami sedikit over, dan juga mengangkat shadow tentu bukan hal yang sulit. Urusan ISO tinggi (yang kerap diperlukan oleh fotografer sport) juga kabar baiknya hasil foto di ISO tinggi tidak terlalu noise, setidaknya sampai ISO 12.800 masih bagus.

Detail dan noise masih terjaga di ISO 12.800, diatas itu detail mulai menurun meski warna masih terjaga dengan baik
Memotret 1 detik tanpa tripod bisa tetap tajam berkat sensor-shift IS (lensa RF 16mm) atau sekitar 4 stop. Demikian juga bila memakai lensa tele 70-200mm di fokal 200mm saya bisa stabil hingga 1/4 detik (atau setara 6 stop).

Sebagai kesimpulan, meski hanya sebentar mencoba kamera kelas pro ini, saya melihat potensi yang besar dari sebuah mirrorless full frame yang semakin berkembang teknologinya, sehingga membantu fotografer profesional yang membutuhkan kinerja tinggi mendapat hasil foto yang sesuai bahkan melebihi ekspektasi mereka. Meski bisa mencapai 30 fps dengan shutter elektronik, EOS R3 masih menyediakan shutter mekanik yang tetap punya keunggulan tersendiri. Ditambah dengan kemampuan video yang sangat baik, maka R3 semestinya bisa meladeni bermacam kebutuhan foto dan video khususnya untuk yang tidak mau kompromi terhadap kecepatan dan kualitas.

EOS R3 tetap menyenangkan untuk fotografi pemandangan berkat kualitas sensornya dan warna khas Canon yang enak dilihat

Sisi plus lainnya yang saya sukai :

  • Menu dan UI khas Canon tetap dipertahankan, memudahkan pemakaian
  • tombol AF-ON terdapat sensor optik untuk mendeteksi gerakan jempol
  • baterai termasuk awet dan bisa diisi daya via USB-C Power Delivery
  • layar LCD articulated bisa untuk angle sulit atau vlogging

Beberapa catatan sebagai info tambahan :

  • tidak ada roda mode dial, mesti membiasakan dengan tombol MODE dan M-Fn yang kecil
  • berbeda dengan EOS R5, karena R3 pakai sensor 24 MP tentunya tidak memungkinkan merekam video 8K
  • layar LCD yang bisa dilipat dianggap jadi bagian paling rentan dalam hal kekokohan bodinya, misalnya bila kamera dipakai dalam keadaan ekstrim

Berikut video review pengalaman dengan EOS R3 :

Rilis media peluncuran Canon EOS R3

Jakarta, 2 Desember 2021 – Canon melalui pt. Datascrip sebagai distributor tunggal produk pencitraan digital Canon di Indonesia meluncurkan kamera flagship terbarunya, yaitu EOS R3. Kamera mirrorless full-frame seri EOS R terbaru yang menjadi idaman para fotografer aksi cepat ini hadir dengan fitur unggulan terbaru seperti Eye Control, Vehicle Priority AF, continuous shooting 30 fps, hingga perekaman 6K RAW.

“EOS R3 menjadi kamera andalan untuk para profesional fotografer yang membutuhkan kecepatan dan kualitas gambar tinggi, serta tangguh untuk pengambilan gambar di segala medan. Teknologi dan fitur-fitur yang disematkan pada kamera ini mampu menjawab kebutuhan tersebut, termasuk untuk kebutuhan videografi. Fitur baru yang menarik adalah fitur eye control yang super canggih. Memberikan kenyamanan fotografer untuk mencari fokus melalui gerakan mata saat membidik. Dan, tidak kalah penting untuk fotografer profesional bahwa kamera mirrorless Canon bergaransi 2 tahun dari Datascrip.”    

Monica Aryasetiawan – Canon Business Unit Director pt. Datascrip.

Untuk memenuhi kebutuhan video profesional, EOS R3 juga mampu merekam video dengan format 6K 60p RAW atau 4K 120p 10-bit tanpa crop. Pengguna juga bisa mendapatkan video 4K 60p yang memiliki kualitas lebih tinggi dengan oversampling dari format 6K. Canon Log 3 dan HDR PQ 10bit 4:2:2 juga tersedia untuk memberikan fleksibilitas dan kemudahan pengguna dalam menyesuaikan berbagai alur kerja pascaproduksi.

Seperti EOS R5 dan R6, EOS R3 juga dilengkapi dengan 5 AXIS In-Body Image Stabilization hingga 5,5 stop dan saat dipasangkan dengan lensa RF yang kompatibel, efektivitasnya bisa mencapai 8 stop, membuat pengambilan video sambil berjalan lebih halus, dan juga pada saat pemotretan long exposure tanpa tripod pun menjadi lebih stabil.

Teknologi IS ini sangat dirasakan manfaatnya oleh Mike Sidharta sebagai fotografer profesional yang telah mencoba EOS R3 untuk Birding Photography.

“Kombinasi teknologi Image Stabilization hingga 8 stop dengan lensa RF membuat kamera ini dapat diandalkan dalam pengambilan foto yang membutuhkan stabilisasi tinggi. Canon EOS R3 juga memiliki resolusi 24 megapiksel yang makin membuat saya nyaman pada ukuran file yang dihasilkan, termasuk kualitas gambar yang dihasilkan pada ISO tinggi,” ujar Mike.

Canon melalui pt. Datascrip sebagai distributor tunggal produk pencitraan digitalnya di Indonesia memasarkan kamera Canon EOS R3 (Body Only) dengan harga Rp117.370.000. Dalam periode pre-order harga spesial yang ditawarkan adalah Rp. 96.999.000,-

About the author: Erwin Mulyadi, penulis dan pengajar yang hobi fotografi, videografi dan travelling. Sempat berkarir cukup lama sebagai Broadcast Network TV engineer, kini Erwin bergabung menjadi instruktur tetap untuk kursus dan tour yang dikelola oleh infofotografi. Temui dan ikuti Erwin di LinkedIn dan instagram.

{ 1 comment… add one }

Leave a Comment