Saya pikir, kalau masih muda, saat yang bagus mencari tau kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Salah jurusan atau jurusan tidak tepat dengan pekerjaan tidak masalah. Meskipun jurusan yang dipelajari sama dengan bidang profesional, belum tentu bisa sukses.
Steve Jobs, pendiri perusahaan Apple belajar auditing dan kaligrafi saat belajar di college, sama sekali bukan computer engineering, IT atau sejenisnya. Menariknya, justru karena belajar kaligrafi dia bisa membuat typography yang indah di produk Apple/Mac. Menurut saya, lebih banyak ambil kelas-kelas yang diminati meskipun terasa agak “gak nyambung.” Tujuannya supaya bisa memperkaya wawasan dam membangun pribadi yang lebih berpengetahuan.
Menurut saya, hindari universitas yang kaku, yang sulit memilih kelas yang diinginkan. Universitas seperti itu hanya bertujuan mencetak pekerja dengan ketrampilan yang sangat spesifik saja.
Mencintai / passion terhadap pekerjaan penting, tapi bukan sesuatu yang utama, yang penting adalah menurut saya adalah “Mastery”. Sesuatu yang menjadi momok sekarang. Mengapa? Karena Mastery membutuhkan waktu yang cukup panjang. Seorang murid belajar kungfu dari sifu-nya dari muda, dan mencapai tingkat Master setelah bertahun-tahun berlatih, atau bahkan berpuluh-puluh tahun.
Saat ini, semakin banyak generasi muda yang gampang menyerah, dan kebanyakan maunya instan, 1-2 tahun kerja, langsung mau pendapatan yang relatif besar dan gaya hidup yang mewah. Kalau merasa tidak nyaman sedikit, ingin keluar, cari pekerjaan baru, atau pindah ke negara lain. Menurut saya, mestinya anak muda tersebut bersabar sambil belajar supaya menguasai pekerjaannya dengan lebih baik.
Passion/gairah yang tinggi bisa memberikan semangat yang tinggi, tapi api gairah juga mudah redup, Banyak anak muda yang merasa mencintai bidang tertentu tapi setelah menerima tekanan dari berbagai pihak (kompetisi, bos, rekan kerja) akhirnya stres dan tidak perform sesuai harapan/target.
Tapi ada juga yang tadinya biasa saja terhadap bidang tersebut, tapi karena anak muda tersebut ulet, dan terus belajar dari senior/mentor atau secara otodidak, akhirnya ia dapat menguasai bidang pekerjaan tersebut, dan kemudian sukses di pekerjaannya.
Saya sendiri tidak menyukai fotografi pada awalnya, karena sebagai anak muda (dulu) saya pikir fotografi itu mahal dan sulit (hehe). Tapi setelah belajar terus dan akhirnya menguasai cara memotret dan editing yang baik, saya jadi makin suka, dan sekarang pekerjaan saya menulis dan mengajar fotografi.
It is good to have Passion, but Mastery is way better.
Enche Tjin
——-
Di era sekarang, setiap orang dapat meningkatkan ilmu fotografi dengan mengikuti berbagai kursus/ workshop fotografi, salah satunya Mastering the art and photography techniques yang rutin kami selenggarakan dua bulan sekali.
Maaf ko, Out of the topic. Kalo saya cek di http://ranafotovideo.com/ buku-buku nya ada yang no stok, kalo saya cari di gramedia adakah ? thanks.
Sepertinya sudah gak ada.
jadi dimana saya bisa dapet lengkap semua buku-bukunya koh?
Coba cari di Google Play – Android handphone untuk cari versi e-booknya.
untuk fotografer pemula pilih nikon d5300 atau canon 700d
Kalau saya pilih Nikon D5300 karena kualitas/ketajaman fotonya. Tapi secara fitur, Canon 700D unggul, seperti layarnya touchscreen, dan autofokusnya cukup cepat saat live view.
maaf melenceng ko,
pilih nikon d5300 atau canon eos 700d untuk pemula?
keren2 nih, kok bisa ya hasil fotonya bagus2, jadi pengen bisa.
Jadi, menurut anda lebih baik menjadi generalis atau spesialis? Makasih.
Kalau saya tidak ada yg jelek dari keduanya. Semuanya sangat baik. Contoh biasanya seorang leader itu adalah seorang generalis. Dan banyak ilmuwan adalah seorang spesialis. Saya Sgt setuju dgn Ko Entje selalu mempunyai passion untuk menguasai sesuatu, suatu saat mungkin kita mendapatkan Hal yg mkn merupakan panggilan jiwa atau talent kita. Kalau tidak ya bersyukur bahwa ternyata kita sudah belajar untuk tahu semuanya dari seluruh proses pembelajaran kita.
Iya, saya setuju. Terima masih sudah Bantu menjawab 🙂
Mantap Ko Enche. Cuma kadang panggilan panggilan hidup sulit dimengerti. Ada yg terpanggil untuk menjadi generalis ada juga yang spesialis. Untuk menjadi master digeneral atau di spesialisasi itu yang harus diasah supaya tidak menjadi “tanggung”.
Menurut saya Mastery gak perlu harus spesialisasi/menyempitkan jenis fotografi yg dipelajari. Saya pernah tulis artikel ttg general vs spesialisasi di https://www.infofotografi.com/blog/2013/06/perlukah-spesialisasi-dalam-menekuni-fotografi/
Yup. Setuju Koh. Saya menanggapi tentang dunia kerja. Ada tipe orang yg menguasai berbagai jenis keahlian walaupun tidak secara mendalam, namun dia bisa memanage orang2 yg punya keahlian mendalam untuk suatu tujuan yg lebih besar. Tapi ada orang yg hanya menguasai 1 keahlian saja, Dan ia sangat menguasai hal tersebut bahkan pada level orang lain tidak peduli. Keduanya baik tinggal bagaimana mengelola talenta2 Dan mengenal talenta yg kita miliki tersebut sebaik mungkin.