Yang saya alami pada era fotografi analog dahulu, dunia fotografi itu tidak sehingar bingar di era foto grafi digital sekrang ini. Perkembangan perangkat fotografi berjalan dengan normal tidak saling susul-menyusul seperti sekarang (istilah saya) ini mungkin karena perangkat elektronik pada kamera analog belum terlalu canggih dan hanya berkisar pada teknologi otomatisasi sistem pencahayaan yang di integritas kan dengan lensa manual secara mekanik. (M, AT, AE).
Sebagian besar juru foto profesional maupun amatir hanya mempunyai pilihan jenis kamera berdasarkan jenis/format film dan umunya mereka menggunakan kamera SLR dan RF dengan jenis casseette film tipe 135 (35mm neg film) dan kamera Format Menengah SLR dan TLR dengan jenis roll film tipe 120 (60mm neg film) untuk keperluan yang lebih khusus.
Singkat cerita era fotografi digital mulai muncul pada sekitar tahun 90-an. Fotografi digital adalah bentuk fotografi yang menggunakan kamera berisi sensor photodetectors elektronik untuk menangkap gambar (CCD dan CMOS), sebagai pengganti dari eksposur pada film fotografi. Foto digital diproses langsung oleh kamera yang berbasis teknik komputer fotolistrik dan mekanik, tanpa pengolahan kimia. Jenis kameranyapun bertambah dengan hadirnya kamera Mirrorless (elektroniknya kamera RF).
Dengan munculnya sensor pengganti film ini timbulah istilah full frame sensor (sensor bingkai penuh) dan krop frame sensor (APS-C, four third, 1 inci), dimana masing2 jenis sensor ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Seiring dengan kecanggihan teknologi komputerisasi yang juga semakin maju, setiap perusahaan pembuat sensor ini semakin gencar mengembangkan/menyempurnakan dan meningkatkan kemampuan sensornya seoptimal mungkin sehingga batasan kemampuan tiap jenis sensor masing-masing, walaupun beda-beda ukuran sensornya ini semakin kecil bahkan nyaris sama, untuk ukuran foto bila diperbesar sebesar A3 bahkan A2.
Pada awal-awalnya saya sangat bingung sekali menentukan kamera digital yang akan saya gunakan untuk sehari-hari karena begitu banyak opsi pilihannya, merk-merk baru bermunculan dan yang paling tidak tahan setiap tahun pasti muncul pembaharuannya dengan fitur-fitur yang semakin canggih. Otomatisasinya juga semakin terintegritas (M, AE, AT, iAE, ProgAE, SCN, Filter, C1~C4, dan Movie) dan masih banyak fasilitas-fasilitas canggih lainnya yang bisa kita customize, (se-olah olah dalam kamera sudah ada Photoshop-nya). Padahal saya hampir selalu menggunakan setelan M dengan built-in/external light meter atau AE/AT saja selama ini.
Saya adalah pemotret Amatir yang lebih tertarik dengan foto-foto Human interest, Street photography, dan travel. Setelah menggunakan beberapa jenis format dari kamera digital selama beberapa tahun ahirnya saya memutuskan untuk menggunakan kamera Mirrorless dan khususnya Micro Four Third Digital Camera dengan pertimbangan-pertimbangan sbb:
Ke-Satu. Kamera Sesuai dengan gaya foto saya tersebut diatas, saya membutuhkan kamera yang ringkas, ringan, mempunyai jendela intip (electronic viewfinder EVF) dengan hasil setingkat kamera profesional. EVF mempunyai kelebihan dibanding OVF pada DSLR (kenapa? tapi ini tidak perlu dibahas disini). Pengalaman sebelumnnya, saya sangat tersiksa apa bila menggunakan kamera DSLR (full, maupun croped sensor) karena bebannya yang sangat menyiksa (kamera, lensa, dan accessories nya relatif berukuran besar), selain itu kamera SLR terlalu menarik perhatian orang (untuk street, candid , travel) sehingga membuat saya menjadi kurang rileks/santai dalam membidik foto.
Ke-Dua. Kualitas Gambar Untuk kualitas gambar (IQ, Dynamic Range, DPI) dari sensor empat pertiga saat ini sudah lebih dari cukup untuk foto-foto berukuran sampai dengan kertas berukuran A3. Sebagian besar foto-foto saya adalah foto hitam dan putih, walaupun begitu kualitas warna sangat menentukan untuk hasil foto hitam dan putih yang baik. Saya temukan dengan kualitas sensor empat pertiga yang hanya sebesar 16 MP, saat ini sudah ada yang 20MP. Kualitas gambar, warna dan dynamic range yang bekerja pada pencahayaan yang sangat rendah cukup memuaskan. Dan yang paling saya suka adalah aspek rasio pada kamera mikro empat pertiga ini banyak pilihannya (1:1, 3:2, 4:3, dan 16:9) dimana saya lebih sering menggunakan ratio 1:1 untuk foto-foto saya
Ke-Tiga. Pilihan Lensa untuk kamera mikro empat pertiga sangat banyak dan sangat bervariasi dan mendapatkan dukungan dari hampir semua perusahaan pembuat lensa. Yang saya rasakan dari lensa-lensa mikro empat pertiga ini tajam, kecil, kompak mempunyai kepekaannya sangat besar (kecepatan lensa) dan yang terpenting harganya relatif lebih murah. Kualitas dan kemampuan lensa-lensa mikro empat pertiga nilai tinggi (high end) sama bahkan kadang lebih baik dengan lensa-lensa SLR sekelasnya, malah dikarenakan jarak sensor dan elemen lensa bagian belakangnya sangat dekat mengakibatkan distorsi gelombang sinar yang diteruskannya pun semakin kecil sehingga menghasilkan kualitas gambar lebih bersih/sempurna.
Ke-Empat. Setelah saya jalani dan tekuni kamera pilihan saya ini dalam beberapa tahun saya makin mantap dengan kamera mikro empat pertiga ini dan yang saya rasakan/temukan adalah ukuran diagonal sensor empat pertiga lebih kecil ½ dari ukuran diagonal sensor bingkai penuh, sehingga standard panjang fokus lensanya pun berbeda ½ nya juga. Inilah yang membuat fisik kamera dan lensanya menjadi lebih kecil dan ringan.
Walaupun fisiknya lebih kecil tetapi secara organik kinerjanya kamera dan lensa-lensa mikro empat pertiga ini sama dengan kamera dan lensa pada kamera bingkai penuh pada bukaan rana berapa pun tidak ada bedanya sama sekali, bedanya hanya terletak dari hitungan matematika pangkat kuadrat akibat oleh perbandingan ukuran sensor dengan panjang fokusnya, (ISO, DOF, dan f/stop) – mungkin lain waktu Info Fotografi akan membuat pembahasannya.
Aksesoris penunjang untuk jenis kamera ini sangat banyak dan beragam, hampir semua merek pembuat perlengkapan fotografi mendukungnya, sehingga kamera ini terasa sangat supel terhadap segala kebutuhan umum maupun khusus.
Akhir kata, jangan ragu dan bimbang atau rendah diri untuk menggunakan jenis kamera apapun dalam melakukan hobi fotografi, memilih peralatan harus berdasarkan kebutuhan diri sendiri, bukan saya atau orang lain, tentukan sendiri sesuai kebutuhan, kemampuan, dan karakter diri sendiri, pelajari baik-baik kelebihan atau kekurangan peralatan yang akan kita gunakan sehingga kita bisa lebih fokus, lebih menikmati, dan lebih kreatif dalam berkarya.
“No man has the right to dictate what other men should perceive, create or produce, but all should be encouraged to reveal themselves, their perceptions and emotions, and to build confidence in the creative spirit.”
– Ansel Adams
—–
Ingin fotonya lebih maksimal? Belajar fotografi dasar yuk di kursus kilat dasar fotografi dan lighting. Lihat jadwal dan materinya di halaman ini.
Om mau tanya, kalo gf7 oke ngga ya buat foto landscape, street (suka lowlight juga kadang) dan makanan? kalo memang sekiranya lumayan mungkin bs diboost dengan lensanya kah? ada rekomendasi mungkin koh yg bs dipasangkan dengan gf7 yg bs cukup mengakomodir kebutuhan2 saya? terima kasih banyak om.
Salam.
FT dan MFT dgn rasio 4:3 adalah raja jalanan (Street) dan raja sosmed jaman now!! , setelah beberapa saat saya menggunakan apsc sony a6000, saya baru menyadari setiap 2/3 frame foto landscape saya selalu terbuang sia sia, saya coba dgn ambil foto potrait oun tetap 2/3 frame harus terbuang untuk demi rasio 4:3, karena rasio terbaik untuk upload di IG adalah 4:3!!!,
MFT memang kamera jaman now!
Pemisi mas, terimakasiih mas ulasannya
Saya berencana mengambil lumix g85 atau gx8, saya masih bingung antara kedua kedua kamera itu mas, mengingat beda megapixel antara kamera tersebut.. Tujuan beli kamera tersebut untuk ,street, traveling dan dipakai untuk kebutuhan komersil, seperti prewed dan foto foto produk.. Terimakasiih mas
Dua duanya OK untuk Still photo Ambil yang 20MP, GX85 4k dan fitur2 videonya lebih bagus kalau banyak bikin video
saya seorang penghoby foto amatir dan menggunakan sensor M43. saya cukup puas dengan hasil dari sensor m43 16mp untuk dilihat di layar komputer, tapi saya belum pernah mencoba untuk di cetak, saya mau bertanya; apakah dengan sensor tersebut saya bisa mendapatkan hasil cetak yg baik pula pada kertas ukuran a2 ?
karena hoby ini saya malah berniat untuk jadi fotografer profesional, apakah saya harus upgrade kamera dengan sistem FF atau saya tetap dengan sensor m43. ?
Dengan 16 mp print sampai ukuran a2 cukup ok
ulasan” artikel yang ada di info fotografi sangat membantu sekali buat kami yang mau mengenal jenis” kamera, agar dapat memilih jenis kamera yang sesuai dengan kebutuhan masing” personal. TERIMA KASIH untuk informasinya. semoga lebih banyak lagi info yang di ulas di info fotografi.
Mas Poernomo & Ko Enche yang baik, saya sedang galau menimbang GX8 dengan alpha 6300. Saya jatuh cinta dengan semua feature yang ada di GX8 kecuali sensor MFT-nya. Meanwhile, di a6300, saya tertarik dgn sensor aps-c dan piksel 24 mp. Saya mohon pencerahannya, untuk kebutuhan saya foto street, traveling, landscape, food foto, human interest, atau yang multipurpose … apakah bisa terakomodasi dgn gx8? Terima kasih banyak. Salam.
Foto yang baik tidak melulu tergantung format sensor atau besar pixel nya… semua kebutuhan yang diinginkan ratna bisa ter akomodasi dengan gx8
Tinggal tergantung prioritasnya, user experience/feature atau ultimate image quality. Tapi secara umum keduanya merupakan kamera yang oke untuk berbagai kebutuhan 🙂
Saya pengguna baru mft, bedanya lensa four third dan micro four third apa ya?
Sama ukuran sensornya, cuma four third adalah sistem kamera DSLR dijaman dulu.
ya betul seperti yang dikatakan bung Enche, Jadi sistim Micro Four Thirds atau Micro 3/4 mendapat nama nya ini dari ukuran sensornya, adalah pengembangan dan penyempurnaan dari sistim Four Thirds yang sebelumnyan dengan tujuan supaya lebih meningkatkan kinerja nya dan meringkas ukuran.
Lensa2 Four Thirds lama masih bisa dipakai tapi perlu menggunakan adaptor.
Saya mw minta pendapat.. saya masi menimbang” untuk 2 kamera.. yg pertama sony a6000 dan panasonic Lumix G7K.. kebutuhan saya untuk fotografi dan cinematografi, jd saya butuh untuk foto dan pembuatan video jg.. karena kedua kamera ini pny sensor yg berbeda, lebih baik pilih yg mn MFT atau APS-C? Saat saya mw mengambil lumix, bnk yg blg ukuran sensor yg kecil dan menghasilkan gambar yg kurang max, serta sensor yg ketinggalan jaman.. saya sangat mohon pencerahan untuk hal itu . Terima kasih 🙂
Untuk video, G7 lebih unggul karena bisa merekam 4K (sekarang lagi promo dan merupakan kamera termurah yang bisa rekam 4K). Untuk foto, memang resolusi A6000 lebih tinggi dan kecepatan autofokus untuk subjek bergerak lebih ok, tapi kalau mau dua-duanya oke, terutama penekanannya ke videografi, G7 merupakan pilihan yang lebih baik menurut hemat saya.
Untuk mengejar kualitas gambar saat mengunakan sistem MFT ini, saya usulkan untuk mengunakan lensa yang bagus. Kalau sistem Sony, biasanya yang oke videonya adalah Sony A7s yang sensornya full frame, keunggulannya di kondisi gelap, ISO tingginya masih oke sampai ISO 20.000, tapi harganya memang lebih tinggi. Alternatif lain ada Sony A6300 (juga harga lebih tinggi).
jadi dengan harga yg skrg lebih baik ambil G7 yaa.. terima kasih atas info ny.. sangat membantu sekali dalam saya mengambil keputusan
Sama-sama
halo mas! thanks ya buat sharingnya. saya cuma mau Tanya. misal saya mau pakai lensa Samyang 35mm T 1.5 di kamera M43 saya menggunakan adapter lens biasa. nah apakah hasil dari lensanya tetap di 35mm atau malah jadi 70mm? maaf saya agak awam masalah kamera jadi mau bertanya boleh ya hehe.
Pada prinsipnya semua lensa analog maupun digital brand apapun termasuk lensa Oly atau Pana akan menjadi ganda panjang fokusnya di kamera M43, karena dipasaran panjang fokus yang tertulis adalah standard panjang fokus untuk sensor bingkai penuh.
Terimakasih banyak om, artikel ini membuka mata saya. Pandangan saya “dulu” full frame is the best, tapi setelah baca artikel ini saya paham dan mengerti. Ini menjadi acuan saya dalam memilih kamera yang best value dengan gaya memfoto saya. Sekali lagi terimakasih banyak om. High 5 om
Terima kasih kembali, and high5 juga ….
Saya mau tanya nih koh. Kl misal saya pakai sony A6000 trus pakai lensa manual samyang atau sigma kan bisa tp harus pakai adapter LAEA. Nah kl sdh di masukin ke adapter LAEA nya apakah AF nya bisa jalan?
Prinsipnya kalau lensa manual fokus (MF) tidak mempunyai servo AF dipasangkan ke kamera berfasilitas AF Maka lensa tetap bekerja sebagai lensa MF.
Salam kenal pak…foto nomor 2 menakjubkan…gak nyangka dihasilkan dr mirrorless…bisa lihat hasil jepretan lain dr mirrorless MFT,pak?…makasih banyak
Salam kenal juga Priyo,
Camera digital tanpa cermin (mirrorless) secara teori akan menghasilkan gambar relatif lebih bagus dibandingkan dengan camera digital yang menggunakan cermin (DSLR) untuk ukuran sensor yang sama atau lebih kecil (FF, APS-C, MFT)
Untuk jepretan yang lain dengan MFT Priyo bisa klik link FB saya di diatas seperti ini (Poernomo)
Salam
Makasih mas ulasannya. Saya lihat mas lebih membandingkan micro four third dengan full frame. Jadi mau nanya, khususnya jika micro four third ini dibandingkan dengan aps-c gimana ya mas? Sekali lagi makasih ulasannya.
Hallo Hari, salam kenal
Sebetulnya disini saya tidak membandingkan perbedaan kemampuan sensornya, antara sensor Bingkai Penuh dan sensor Mikro Empat Tiga, tetapi alasannya mengapa saya memilih MFT dibanding DSLR (Full/APS-C) di era foto digital sekarang ini, dan alasan2 nya seperti pada artikel yang saya tulis itu.
Tapi pada prinsipnya sensor ukuran berapa pun (Fuul, APS-C, M43) kemampuannya sama, memang sensor yang lebih luas penampangnya akan lebih banyak menerima sinar dibanding dengan penampang sensor yang lebih kecil, jadi kalo kita berbicara perbandingan maka akan keluar yang namanya krop faktor.
Ketidak tauan dengan krop faktor inilah yang membuat orang secara umum menilai bahwa sensor besar lebih bagus dynamic rangenya pada cahaya rendah pada ISO tinggi. Jadi untuk mendapatkan hasil yang sama bersih tiap2 jenis sensor membutuhkan kombibasi yang beda2 (ISO, F/Stop, dan Panjang Fokus)
Demikian semoga jawaban saya ini cukup membantu
Salam.