Selama ini banyak sekali pertanyaan yang ditujukan kepada kami seputar saran untuk membeli kamera, khususnya jenis mirrorless menengah yang akan dipakai multi fungsi seperti landscape, orang, travel sampai foto produk. Nah umumnya jenis kamera yang populer kan kamera dengan sensor APS-C karena kualitas hasil foto yang termasuk oke, tinggal masalahnya mau pilih mana antara Sony (misal A6300), Fuji (misal XT-20) atau Canon (misal EOS M5). Agak makin sulit memilihnya karena ketiganya punya bandrol harga mirip-mirip, juga dengan fitur dan kualitasnya relatif setara. Kali ini saya akan paparkan sesuatu yang berbeda, yaitu cobalah memilih sistem dimulai dari mengenal lensa-lensanya dulu. Kenapa? Ya supaya kita tidak terkaget-kaget saat mengetahui harga lensa, juga supaya bisa mengatur anggaran dengan pas.
Supaya ada sedikit gambaran, saya ulas singkat sistem mirrorless APS-C saat ini. Sony saat ini punya dua sistem yaitu full frame (A7 series) dan APS-C (A6000/A5000/NEX series). Lensa untuk full frame diberi nama FE, dan untuk APS-C diberi nama E, keduanya memakai E mount. Supaya fair, disini saya hanya bahas sistem lensa APS-C (lensa Sony E saja). Fuji di lain pihak hanya ada sistem APS-C, dan semua lensanya (XF dan XC) adalah didesain untuk APS-C saja. Kamera Canon mirrorless sampai tulisan ini dibuat, hanya ada yang sensor APS-C saja. Meski bila pakai adaptor bisa memakai lensa Canon DSLR (EF atau EF-S) tapi supaya fair disini saya ulas lensa Canon yang dibuat khusus untuk mirrorless yaitu EF-M.
Nah, di artikel ini saya batasi tiga lensa dasar yang paling banyak dipakai sehari-hari yaitu :
- lensa all-round (pengganti lensa kit, punya zoom yang lebih panjang) cocok untuk travel dan sehari-hari
- lensa lebar (ultra wide) untuk pemandangan atau interior
- lensa fix agak lebar, untuk low light, street dan foto makanan
Apa saja yang perlu anda ketahui dari lensa-lensa all round ini :
Sony : lensa E 18-105mm f/4 OSS PZ, 7,2 jt-an
Lensa jenis powerzoom (zoom dengan motor) seberat 427 gram ini bukaannya konstan f/4, ukuran cukup besar dan kualitas optiknya bagus. Sayangnya tele maksimumnya hanya 105mm (setara 157mm). Selain untuk fotografi, lensa ini juga ideal untuk videografi karena powerzoom akan membuat proses zoom tampak halus dalam rekaman video.
Fuji : lensa XF 18-135mm f/3.5-5.6 OIS WR, 11 jt-an
Lensa tahan cuaca jenis XF ini bobotnya 486 gram, mencakup rentang fokal ideal dan kualitas optiknya sangat baik. Seperti lensa Fuji premium lain, ada ring untuk mengatur aperture di lensa.
Canon : lensa EF-M 18-150mm f/3.5-6.3 IS STM, 6,2 jt-an
Lensa ini termasuk super zoom dengan kemampuan tele hingga 150mm (setara 225mm) tapi dengan ukuran yang cukup kecil dan bobotnya hanya 300 gram. Bukaan maksimum di posisi tele hanya f/6.3 demi menjaga ukurannya yang kecil.
Bila anda memerlukan lensa wide untuk pemandangan, inilah kandidat yang ada :
Sony : lensa E 10-18mm f/4 OSS, 9 jt-an
Lensa ultra lebar untuk APS-C, zoomnya termasuk pendek karena fokal paling tele hanya sampai 18mm (setara 27mm) tapi punya bukaan konstan f/4 dan OSS, dan bobot yang ringan (225 gram). Kualitas optiknya termasuk bagus.
Fuji : lensa XF 10-24mm f/4 OIS, 12 jt-an
Lensa ultra lebar kualitas tinggi dari Fuji dengan rentang fokal dari 10mm (setara 15mm) hingga 24mm (setara 36mm) dan punya bukaan konstan f/4, tapi ukurannya cukup besar dan beratnya lumayan (404 gram) karena kualitas materialnya yang kokoh.
Canon : lensa EF-M 11-22mm f/4-5.6 IS STM, 5,3 jt-an
Lensa lebar ini memang tidak selebar yang lain (11mm, yang lain 10mm atau setara 17mm, yang lain bisa 15mm) dan bukaannya juga variabel f/4-5.6 tapi dia menang di ukuran dan bobotnya yang ringan (215 gram). Kualitas optiknya termasuk cukup bagus.
Nah untuk yang membutuhkan lensa fix inilah salah satu contohnya :
Sony : lensa 24mm f/1.8, 11 jt-an
Lensa yang dibuat oleh Zeiss ini didesain untuk E mount Sony dan termasuk lensa agak lebar (setara 36mm) yang bisa dipakai untuk banyak hal. Ukurannya kecil, tapi bobotnya tidak ringan (221 gram) karena bahannya yang terbuat dari logam. Kualitas optik tak diragukan berkat T* coating khas Zeiss namun harganya memang fantastis.
Fuji : lensa 23mm f/2, 6,5 jt-an
Lensa fix terbaru dari Fuji dengan fokal setara 35mm ini kecil dan ringan (180 gram) tapi punya kemampuan tahan cuaca, juga di putaran aperture-nya terdapat indikator f number seperti lensa klasik. Kualitas optiknya tidak diragukan, distorsi juga rendah dan auto fokusnya termasuk cepat. Ada 9 bilah aperture untuk bokeh yang bulat dan natural.
Canon : lensa 22mm f/2 STM, 3,3 jt-an
Sistem Canon EOS M memang cuma punya sedikit lensa fix (ada 2 saja), salah satu yang tersedia adalah lensa 22mm ini yang bobotnya hanya 101 gram. Lensa ini menariknya punya bentuk yang kecil nyaris mirip lensa pancake, tapi bisa membuka sampai f/2 (pancake lens biasanya f/2.8).
Lalu apa kesimpulan dari uraian di atas? Kita bisa simpulkan beberapa hal. Pertama, setiap sistem pada dasarnya sudah lengkap, mau lensa wide ada, mau fix juga ada, jadi sistem manapun yang dipilih sebetulnya tidak masalah. Kedua, ternyata strategi tiap sistem cukup berbeda. Sony cenderung membuat lensa dengan kualitas baik, tapi untuk lensa yang lebih baik lagi tersedia lensa Zeiss for Sony E-mount. Fuji membuat lensa dengan kualitas optik tinggi meski harus ditebus dengan harga yang lebih tinggi juga. Canon membuat lensa yang lebih mengejar kepraktisan dan harga lebih ekonomis, dengan kualitas optik yang masih tetap baik.
Jadi pilih yang mana?
Memilih sistem Sony cocok untuk anda yang mencari lensa yang pilihannya beragam, utamanya adalah lensa E-mount termasuk lensa power zoom, lalu lensa FE bila mau, atau lensa Sony DSLR A-mount dengan adapter. Ini belum termasuk lensa dari pihak lain seperti Zeiss, Sigma atau lensa lain yang dipasang dengan adapter. Menurut saya sistem Sony paling ideal untuk fotografer yang memerlukan kecepatan fokus, atau yang ingin mencoba bermacam lensa atau pekerja videografi.
Fuji dikenal mendesain lensa yang berkualitas tinggi, material logam yang kokoh, beberapa diantaranya tahan cuaca dan ada ring untuk atur diafragma, namun akibatnya lensa-lensa Fuji cenderung jadi besar, berat dan harganya tinggi. Sistem Fuji cocok dipilih untuk yang mau fokus ke satu sistem (APS-C saja), ingin optik dan built quality terbaik tanpa mengeluhkan ukuran dan harga. Saya pikir sistem Fuji akan ideal untuk fotografer yang lebih serius dan mengutamakan kualitas hasil foto dari sensor APS-C dan optik terbaik.
Canon di sisi lain mendesain lensa yang mengutamakan ukuran yang ringkas, bobot yang ringan dan kualitas optik yang mencukupi, sehingga membuat harga lensanya jadi lebih terjangkau. Lensa native EF-M memang belum banyak tapi semua lensanya punya ciri menyasar segmen general purpose seperti untuk family, daily life dan travel. Keuntungan Canon juga bisa pasang lensa EF atau EF-S milik DSLR dengan adapter, tanpa ada issue auto fokus. Sistem Canon ideal untuk casual shooter, hobi, travel dan keluarga, atau yang mencari sistem dengan value terbaik.
Nah sebagai bonus saya hitungkan total harga dan bobot bila kamera dan semua lensanya digabungkan :
- Sony A6300 (13jt bodi) + 10-18mm + 18-105mm + 24mm = total bobotnya 1,3 kg harga Rp 40 jt-an
- Fuji XT20 (estimasi 12-13jt bodi) + 10-24mm + 18-135mm + 23mm = total bobotnya 1,5 kg harga Rp 41-42 jt-an
- Canon M5 (12,8jt bodi) + 11-22mm + 18-150mm + 22mm = total bobotnya 1 kg harga Rp 27,6 jt-an
Ikuti kelas Kupas Tuntas Kamera DSLR/mirrorless untuk mengenal dan memaksimalkan fitur kameranya, cocok untuk pemula sebagai langkah awal belajar fotografi. Anda pemilik Fuji X-T20 ataupun Canon EOS M5 bisa mendapatkan ebook PDF Panduan Setting yang kami susun.
Klo untuk kecepatan autofokus paling cepat yg mana ya? Kecepatan dan akurasi Ketiga kamera ini jika dibanding dg Sony A6000 kira2 gimana ya? Sy sedang tertarik dg A6000.
Om Enche dan Om Erwin,
Kalo untuk traveling, mending samsung NX30 atau canon M3 ya?
Dari kualitas gambar juga
Kalau masih ada sih enak samsung NX30, sayang sudah tidak dijual lagi.
Saran dong… kalau buat poto keluarga bgusan kamera mirroles cannon m10 atau mirroles YI M1
M10 aja.
Artikelnya sangat membantu saya sekali. Berarti ada harga ada barang ya om…tapi apakah perbedaan kualitas output antara ketiga merek tersebut jauh? Apa relatif ya?
Karena masih mahasiswa dan beli kamera pake duit sendiri jd pilihan saya di Canon..
Makasih om
artikel yang selalu sangat bermanfaat om 🙂
om enche
mau meminta saran ‘ kalo om di kondisikan memilih antara sony a6300 dan a7 , om memilih mana om ‘ kebutuhan hobi dan ingin bljar serius foto untuk banyak tema dgn kualitas oke , namun jga hobi dalam videography untuk amatir thanks om sebelumnya
Masing-masing ada plus minusnya, tapi kalau dari segi teknologi A6300 sudah lebih bagus dari A7.
Om..saya punya handycam Sony Nex Vg 30, lensa bawaan nya rusak, klo di pasang lensa sony 18-105 bisa nggak ya? sama2 e-mount tp beda kamera..
Bisa
Om erwin mau tanya,Sony a6000 itu file raw.nya lossy apa lossless raw.? Dan 14 apa 11 + 7 bit raw,soalnya denger isu seperti itu,terima kasih om..
Istilah yg lebih umum adalah compressed atau un-compressed file. Biasa dalam lingkup digital dilakukan compression untuk menekan ukuran file, termasuk RAW, tapi jadinya dia lossy dan ada sedikit penurunan kualitas. Tapi buat fotografer akan lebih baik tidak usah merisaukan hal tsb, apalagi soal berapa bit RAW-nya. Setahu saya umumnya kamera adalah 14 bit tapi beberapa kamera memang ada yg 12 bit, perbedaan dynamic range-nya nyaris sulit dibedakan.
Sayang samsung ga niat di pengembangan kameranya. Padahal lensanya cukup enak dan harga cukup terjangkau.
Mereka lebih konsen ke kamera ponsel, Samsung Galaxy S7 kameranya bagus.
Mantap artikelnys Oom Erwin. Dari ketiganya, yg paling singkat start dari mati hingga siap jepret yg mana ya Oom?
Canon EOS M5 : 1.25 detik
Sony A6300 : 1.4 detik
Fuji X-T20 : belum ada data, tapi akan lebih cepat dari X-T10 (1.4 detik).