Saya berkesempatan mengikuti trip yang diadakan Infofotografi dengan tujuan India pada 26 Nov – 2 Des 2017. Jauh-jauh hari sebelumnya pada saat Infofotografi mengumumkan trip ke India saya sangat antusias sekali dengan rencana ini dan tanpa pikir panjang langsung saya daftarkan diri berdua dengan istri.
Tour hari tiga kita terbang ke Varanasi untuk motret Ganges/Gangas (baca Gangga) berserta aktivitasnya sampai di Gangga sudah sore dan waktunya bertepatan dengan upacara pemujaan dewa Siwa (Aarti Ceremony). Foto diatas ini adalah ritual pemujaan untuk dewa Siwa yang dilakukan oleh pendeta-pendeta muda tepat di pinggiran sungai Gangga, saya ambil posisi dari bawah dan sedikit mendongak keatas supaya para pendeta nya terlihat lebih menjulang dan berwibawa.
Lumix Gx7 – Lumix G 42.5mm f/1.7 ASPH | f/1.7 | 1/100s | ISO 640 |
Memang dari dulu obsesi saya adalah ke India untuk membuat foto-foto tentang India, baik itu arsitekturnya, penduduknya, kebudayaan nya dan terutama untuk Street Photography yang menurut saya kondisi pedesaan India sangat fotogenik.
Foto-foto Arsitektur dengan lensa 20mm – Lumix GX7 & Lumix G 20mm f/1.7 ASPH
Hari ke dua pagi hari kita kembali ke Taj Mahal di Agra, rencananya untuk mengejar sunrise, tetapi kabutnya tebal jadi sunrise gagal tetapi karena masih pagi sekali dan pengunjung masih sedikit jadi motret Taj Mahal lebih bebas dari banjirnya pengunjung di latar depan, saya menggunakan lensa 20mm, supaya perspektif-nya terlihat lebih normal tidak terlalu tajam dan lebih dekat, karena bangunan dan bayangannya menjurus ke vertikal maka saya pilih format 4/3 vertical, untuk foto ini sebetulnya saya harus mundur lagi supaya sedikit longgar, tetapi tidak mungkin karena sudah mentok di bibir kolam.
Lumix Gx7 – Lumix G 20mm f/1.7 ASPH | f/3.5 | 1/400s | ISO 200 |
Gerbang pintu utama Taj Mahal saya ambil berbalik 180 derajat pada posisi yang sama sewaktu motret musoleum diatas, sebetulnya dipintu gerbang itu sedikit berkabut tetapi saya dehaze sedikit di Lightroom supaya detail ukirannya terlihat agak jelas dan kontrasnya sedikit saja di tambah. disini saya pilih format 1/1 (format kesukaan saya) karena bangunan dan bayangannya menjurus ke bujur sangkar
Lumix GX7 – Lumix G 20mm f/1.7 ASPH | 2.8 | 1/250s | ISO 200 |
Di era kamera mirrorless sekarang ini saya senang membuat foto dengan lensa fix 20mm dengan kamera MFT (setara 40mm pada kamera full frame) 80-85% foto-foto saya menggunakan lensa 20mm terutama karena saya menyukai street photography. Kali ini untuk ke India saya berencana menggunakan lensa 42.5mm (short telephoto setara 85mm) dengan asumsi supaya saya tidak perlu terlalu dekat dengan subjek takut terlalu mengintimidasi subjek saya dan mendapatkan respon buruk dari mereka
Foto-foto Human Interest dengan lensa 20mm – Lumix GX7 & Lumix G 20mm f/1.7 ASPH
Hari ke tiga kami terbang ke Varanasi banyak kita temui Shadu baba atau holy person bukan pendeta banyak dijumpai Shadu (pertapa) disepanjang jalan menuju Ganga, umumnya mereka welcome untuk di foto, tapi ada juga yang palsu kasi blessing tapi minta imbalan termasuk saya korbannya. Dalam post-processing develop. saya dodge oval pada subjek ditengah supaya terlihat lebih menonjol dari latar belakangnya.
Lumix GX7 – Lumix G20mm f/1.7 ASPH | f/1.8 | 1/320s | ISO 200 |
Dihari ke-empat sepulang dari Taj Mahal, kami menjumpai pawang ular Kobra di gang sempit pemukiman penduduk di Gangga, gangnya sempit dan berkelok2 tetapi walaupun kumuh, gelap sentuhan detail arsitekturnya bagus sekali untuk di foto, berukir dengan cat warna warni. Untuk di gang sempit idealnya menggunakan lensa lebar, tetapi kalau terlalu lebar kesan sempitnya tidak terasa maka saya gunakan lensa 20mm.
Lumix GX7 – Lumix G20mm f/1.7 ASPH | f/1.7 | 1/60s | ISO 200 |
pada hari ke empat masih di wilayah Varanasi, kami sempat mengunjungi pengerajin tenun kain sari tradisional, disini saya tertarik dengan salah satu penenun karena karakter wajahnya kuat dengan rambut dan janggut putih yang masif, karena ruangannya sempit dan redup saya menggunakan lensa 20mm dan bukaan paling lebar supaya mendapatkan bokeh yang cukup bagus, dan pada proses develop saya dodge sedikit pas di wajah-nya supaya karakter muka dan rambutnya lebih bersinar.
Lumix GX7 – Lumix G20mm f/1.7 ASPH | f/1.7 | 1/60s | ISO 200 |
Shadu Baba dan sapi duduk santai, banyak sapi berkeliaran di India dan mereka aman karena tidak ada yang berani menggangunya bahkan sangat dihormati, karena sapi adalah kendaraan dewa Siwa menurut kepercayaan mereka. kondisi pada saat ini adalah sore sekitar pukul tuju kurang sehingga sedikit redup, untuk menonjolkan sosok shadu nya saya dodge 45% sehingga detail dan raut mukanya lebih jelas
Lumix GX7 – Lumix G20mm f/1.7 ASPH | f/1.8 | 1/40s | ISO 200 |
Ternyata sampai di India penduduknya rata-rata sudah sadar kamera dan sangat senang untuk di foto dalam keadaan apapun dan dimanapun. Maka kami semua peserta tour merasa seperti mendapat durian runtuh, kalap jepret sana jepret sini pokoknya yang penting jepret tidak perduli berebutan jalan dengan gerobak, becak maupun bajaj yang saling teriak dan klakson-klakson minta jalan. Mengenai makanan pun yang tadinya sedikit was-was dengan cita rasa dan kebersihannya ternyata makanan India sangat enak bervariasi baik raw food nya maupun cooked-food nya mantab .. Dan juaranya adalah Mutton Biryani.
Foto arsitektur dengan lensa 42.5mm – Lumix GX7 & Lumix G 42.5mm f/1.7 ASPH
Di hari kedua saya kurang berhasil mengabadikan Taj Mahal yang megah, karena banjirnya pengunjung disetiap sudut sehingga susah mendapatkan sudut pengambilan yang pas, salah satu sudut yang agak sepi adalah di sekitar masjid Taj Mahal (Kau Ban Mosque), sengaja saya menggunakan lensa 42.5mm karena jarak subjek cukup jauh dan saya tidak ingin terlalu longgar di kiri/kanan mesjid. pada proses develop sengaja saya burn di bagian luar subjek supaya mesjidnya terkesan bersinar dan lebih dramatis.
Lumix GX7 – Lumix G20mm f/1.7 ASPH | f/1.7 | 1/60s | ISO 200 |
Pada hari keempat sore dalam rangka mengejar sunset untuk menyeberang ke daratan diseberangnya dengan perahu, kami menjumpai Rana Mahal Ghat, istana di ghat (ghat atau undak-undak menuju sungai) ini dibangun pada tahun 1670 oleh raja Rana Jagatsingh dari Udaipur (Rajasthan), sehingga disebut sebagai Rana Mahal ghat. Istana ini adalah contoh yang berbeda dari gaya arsitektur Rajasthani.
Lumix GX7 – Lumix G20mm f/1.7 ASPH | f/2.5 | 1/320s | ISO 200 |
Embun pagi hari di sungai Ganga, sebetulnya ragu juga apakah embun atau polusi karena memang di India polusi udaranya cukup parah, tetapi di Varanasi sedikit reda polusinya, perjalanan kembali ke daratan setelah selesai berburu sunrise. Karena cuaca berkabut walaupun tidak terlalu tebal dan daratan masih terlihat, untuk menonjolkan parahu ditengah saya dodge dan tambah sedikit kontrasnya sehingga detail tekstur kapal sedikit jelas.
Lumix GX7 – Lumix G20mm f/1.7 ASPH | f/2.8 | 1/400s | ISO 200 |
Singkat cerita, lensa yang paling sering terpakai adalah lensa 20mm dan 42.5mm nya lensa zoom super wide 7-14mm (karena saya tidak memiliki lensa fix 12mm) hampir jarang, hanya terpakai untuk foto arsitektur dan interior dan itu tidak banyak, bahkan untuk foto Taj Mahal dan beberapa gedung di sekitarnya saya menggunakan lensa 20mm.
Jadi tip dari saya bila ingin menjelajah di India untuk fotografi akan lebih nyaman dan bebas bila menggunakan cukup membawa lensa fix (lensa wide, lensa normal dan lensa telefoto untuk portrait)
Foto-foto Street dengan lensa 42.5mm – Lumix GX 7 & Lumix G 42.5mm f/1.7 ASPH
Kota tua Agra memang unik dan cukup photogenic untuk di abadikan, keluarga di dalam becak ini saya potret ketika dipotret oleh salah satu peserta tour, sebetulnya saya menunggu cukup lama untuk momen ini.
Lumix GX7 – Lumix G 42.5mm f/1.7 ASPH | f/2.8 | 1/400s | ISO 200 |
Sembari naik Tuktuk pun para peserta tetap sibuk jepret dan jepret sini terutam bila ketemu yang ganteng atau yang cantik bahkan sapi di jalan pun jadi sasaran, dan yang saya suka mereka pada umumnya akan bergaya bila melihat kamera ditujukan kepada nya. Momen ini saya ambil ketika subjek berpose untuk peserta lain yang sedang motret dari dalam Tuktuk didepan Tutktuk saya
Lumix GX7 – Lumix G42.5mm f/1.7 ASPH | f/2.5 | 1/320s | ISO 200 |
Pemandangan Tukang cukur kaki lima adalah yang pertama kali menjadi sasaran para peserta begitu turun dari bis setiba di kota tua Agra, dan cukup banyak sepanjang pagar Benteng Merah Agra
Lumix GX7 – Lumix G42.5mm f/1.7 ASPH | f/2.8 | 1/400s | ISO 200 |
Ini adalah subjek yang tidak kalah unik yaitu tukang korek kuping kaki lima, karena lokasi jalan menuju pasar cukup lebar dan luas saya cukup santai dan nyaman dengan lensa 42.5mm dari jarak jauh walaupun kondisi jalan cukup ramai kendaraan dan orang semrawut lalu lalang.
Lumix GX7 – Lumix G42.5mm f/1.7 ASPH | f/2.8 | 1/500s | ISO 200 |
Untuk yang senang dengan foto street, human interest, bahkan arsitektur kunonya, India adalah tempatnya, rasa rasanya satu minggu trip di India sangat kurang, kalau perlu satu bulan … hahahaha.
Foto closeup dengan lensa 42.5mm – Lumix GX7 & Lumix G 42.5mm f/1.7 ASPH
Kami sempat berburu street photo di kota tua Agra, Pak tua ini adalah seorang tukang sepatu kaki lima, karena karakternya kuat dan tatapannya tajam saya tertarik untuk mengabadikannya. Di sekitar pasar dekat benteng merah Agra, terdapat pasar tradisional yang sangat ramai, dan disini peserta tour kembali kalap untuk mengabadikan semua subjek human interest yang menarik.
Lumix GX7 – Lumix G 42.5mm f/1.7 ASPH | f/2.5 | 1/320s | ISO 200 |
Bagi yang ingin belajar foto dan editing B&W ala pak Hendro ‘Momi’ Poernomo, silahkan memeriksa jadwal dan lokasi terbaru di halaman ini.
Bagi yang ingin ikut workshop atau tour Infofotografi baik lokal maupun internasional, silahkan kunjungi halaman kursus dan tour Infofotografi.
halo pak Poernomo, thx atas artikel ini, saya mau nanya, saat ini kamera saya lumix G7 sudh ada lensa oly 17mm f1.8 yg biasa saya pakai utk dokumentasi traveling . Saya mau nanya, apakah lensa oly ini sudh ckup utk penggunaan foto portrait ? atau lebih baik saya memiliki lensa lumix 42.5 juga sprti yg anda gunakan dlm trip ke india ini ?
Om Momi, bisa share pengalaman untuk cetak BW yg baik (hanya hitam,putih & abu2 yg muncul), sy pakai epson L1800 dan hasil cetak dari Lightroom (color mgt oleh lightroom) cenderung kebiruan atau kehijauan, minta saran untuk hasil yg standar saja tidak perlu sempurna krn tanpa kalibrasi. Terima kasih om.
Memang untuk cetak B&W dengan printer yang bukan kusus untuk B&W dan tanpa kalibrasi sedikit bergeser warnanya, saya sendiri belum pernah cetak B&W sendiri karena memang hasilnya selalu tidak memuaskan.
Keren Pak Momi….
Terima kasih bung Komar.