Sejak koneksi internet di dunia semakin terjangkau dan cepat, makin banyak orang membagikan karya fotonya di sosial media dari pbase, flickr, fotografer.net, facebook, dan yang saat ini populer yaitu instagram. Dunia maya tidak kekurangan foto yang bagus saat ini.
Mengapa orang-orang membagikan foto-foto ke media sosial? Banyak alasan pastinya, tapi sebagian besar tentunya ingin mendapatkan apresiasi atas karya fotonya, yang kini bisa diukur dari jumlah like, share, komen positif, dan syukur-syukur jika banyak yang follow atau subscribe.
Tapi pernahkah kita berpikir mengapa orang-orang harus peduli dengan karya foto kita? Mengapa harus berhenti sejenak untuk untuk menekan ikon hati? Apakah hasil foto kita memang fenomenal sehingga layak untuk disukai? Kenyataannya, sebagian besar kan tidak demikian. Subjek yang kita foto mungkin sudah pernah dipotret beribu bahkan berjuta kali oleh orang lain, kemungkinan banyak yang lebih bagus dan menarik.
Dulu, saat pengikut instagram saya masih sedikit, yang like biasanya keluarga dan saudara, atau teman-teman dekat. Setelah memperluas pergaulan, lambat laun yang mengikuti semakin banyak. Kebetulan saya sudah aktif menulis selama 10 tahun belakangan ini, jadi semakin banyak yang merasa familiar dan dekat dengan saya. Orang-orang tersebutlah yang biasanya mampir ke instagram saya. Sisanya yang gak kenal dan tidak berkepentingan mungkin akan sekedar lewat saja.
Orang yang terkenal lebih mudah mendapatkan like, maka itu mungkin Anda akan sulit menerima, bagaimana mungkin karya foto gue jauh lebih bagus kok malah dia yang mendapat like lebih banyak? Tapi kita juga harus menyadari kalau ada orang yang lebih populer, misalnya sering muncul di TV atau media massa lainnya, bisa jadi fotonya biasa-biasa saja tapi tetap akan di-apresiasi karena kebanyakan orang-orang selalu ingin tau apa yang diperbuat orang populer (kepo) terlepas bagus tidaknya karya tersebut. Curang bukan? tapi ya memang begitu kenyataannya.
Lalu bagaimana kita bisa lebih mendapatkan banyak like dan membuat orang makin dekat dengan kita? Ya, caranya adalah menjadi lebih populer, dan itu tidak mudah. Kalau jadi terkenal mudah, seharusnya setiap orang di instagram punya setidaknya satu juta pengikut dong? Hehe. Memang ada sebagian orang yang terlahir populer, contohnya anak selebriti, anak atlit terkenal, atau anak pejabat tapi kenyataannya, sebagian besar dari kita tidak punya keberuntungan seperti itu.
Di sisi lain, saya rasa tidak perlu meratapi karya fotomu yang menurutmu bagus banget (tentu saja) dan sulit sekali membuatnya (sudah habisin banyak uang, waktu, tenaga, dll) tapi jumlah like-nya masih memprihatinkan. Bisa jadi bukan karya fotomu yang kurang bagus. Barangkali malah fotonya kebagusan Haha, sehingga yang bisa memahami dan mengapresiasi karya foto tersebut hanya fotografer atau pengamat yang punya mata yang awas dan wawasan yang kaya.
Dulu, di toko teh di Yunnan, saya pernah disuguhi dua jenis teh, satu yang murah (umurnya muda) dan yang mahal (umur tua), setelah meminum kedua teh tersebut, saya merasa teh yang murah lebih enak, sedangkan yang mahal rasanya pahit sekali.
Kembali lagi ke topik, bagaimana supaya lebih populer? Ada beberapa cara, misalnya menjadi yang pertama. Contoh, beberapa tahun yang lalu, yang memotret dengan mengunakan drone dari udara masih sedikit, dengan komposisi foto yang tidak biasa dan lebih bebas, tentunya jadi lebih menarik karena masih sangat sedikit orang melakukannya. Saat ini, drone sudah makin murah dan bentuknya kecil, dengan semakin banyak orang bisa mengunakannya, foto-foto dengan drone jadi berkurang istimewanya.
Kalau rasanya sulit menjadi yang pertama, bisa dipikirkan bagaimana cara membuat foto yang berbeda dan sulit ditiru, bisa jadi dengan menemukan teknik foto dan editing yang unik, bisa jadi subjek atau lokasi yang sukar atau tidak bisa diakses oleh orang awam.
Popularitas memang menyenangkan, tapi kadang juga bisa menjadi bumerang, Saat kita sudah menjadi sangat populer, orang-orang mulai mengharapkan kita memotret jenis fotografi dengan gaya tertentu terus menerus. Contohnya jika ada fotografer yang awalnya terkenal sebagai fotografer pemandangan, tiba-tiba ia berhenti memotret pemandangan, lalu memotret model, bisa jadi pengikutnya akan ramai-ramai unfollow dan akan muncul komen-komen yang gak enak. Demikian juga jika ada fotografer yang tadinya mengunakan kamera merk tertentu, beralih mengunakan kamera merk lainnya.
Bagi saya pribadi, memiliki kebebasan menyalurkan kreativitas dan berkembang sebagai fotografer lebih penting daripada jumlah like dan follower. Jika memang tujuan utama untuk sharing foto adalah untuk mendapatkan uang dari sosial media dan membangun jaringan atau pemasaran, popularitas memang penting, tapi hati-hati, lambat laun fotografi bukan sesuatu proses yang bisa kita nikmati lagi, tapi lebih seperti pekerjaan untuk memuaskan harapan pemirsa.
Foto-foto diatas dibuat di tour fotografi Vietnam dengan Leica Q & Leica SL. Jika berminat mengikuti kelas atau trip fotografi, silahkan periksa jadwal acara kami di halaman kursus & tour Infofotografi. Telp. 0858 1318 3069.
Mas izin bertanya, Bagaimana cara upload ke instagram agar foto tidak pecah?
Saya mulai tertarik dengan fotografi, terutama food fotografi. Untuk awal saya mulai dengan like dan subs chanel youtube infofotografi.
Sy dulu membeli kamera gara2 lihat photo2 hasil karya para fotografer Rusia, terutama Elena Shumilova di instagram, yg dulunya seorang ibu rumah tangga biasa tp dpt menghasilkan karya2 yg luar biasa, malah skr mendunia. Setlh belajar ttg tehnik fotografi, PS, LR di Universitas YouTube, sy upload di instagram sy sbg portofolio kecil2an. Khusus karya fotografi sy yg sy upload, sedang foto2 yg kurang estetika tdk sy upload. Sy tdk peduli dg jumlah like maupun follower, yg penting sy bebas berkarya dan berexpresi. Dan skr malah ada bbrp fotografer Rusia yg follow sy, jd tambah semangat jeprettnya.
karena saya tukang dagang yg hobby motret, jadi saya tak perduli like/follower atas hasil foto2 saya, yg peting dagangan saya laku… suer ,,, itu lbh bermanfaat bagi saya..
Bagus saja seperti itu, setiap individu mempunyai tujuan kan?.
Saya dulu membeli kamera karena alasan agar bisa foto2 dan di uplog di Ig. Tapi seiring waktu justru saya tidak menikmati fotografi itu sendiri saya cenderung foto asal bagus. Lambat laun saya mulai memahami bahwa butuh kesenangan dalam fotografi dan mulai mempelajari sedikit demi sedikit tentang tekhnik2 fotografi dan mulai mencoba jenis2 fotografi. Walaupun saya belum bisa menghasilkan foto2 yang bagus tapi perlahan lahan saya mulai menemukan kesenangan kembali dalam fotografi dan sedikit demi sedikit mendapatkan ilmu fotografi. Saya belajar fotografi banyak baca2 artikel di web dan YouTube dan mempraktekkannya sendiri walaupun kadang tidak langsung mengerti tapi seiring terus di praktekan nanti juga akan sedikit demi sedikit mengerti. Salah satu web yang menjadi narasumber saya adalah infofotografi terimakasih ilmu nya semoga tetap membuat artikel2 yang bagus.
“Bagi saya pribadi, memiliki kebebasan menyalurkan kreativitas dan berkembang sebagai fotografer lebih penting daripada jumlah like dan follower”.
Yup, setuju banget. Saya pun begitu.
kalo saya menggunakan Instagram untuk meyalurkan hobi, mengasah kemampuan fotografi saya, bisa berkumpul sesama penggiat fotografi. tujuan saya bukan jadi hobi yang menguras dompet saja, tapi hobi yang menghasilkan juga.