Panasonic mencuri perhatian hadirin di Pameran fotografi akbar Photokina di Jerman 2018 yang lalu di Cologne, Jerman. Di acara akbar tersebut, Panasonic mengenalkan sistem kamera baru Lumix S1 dan S1R dan L-Alliance. Saat itu, pengunjung belum bisa mencoba kamera tersebut, tapi Panasonic menunjukkan proses desain kamera yang melalui pemikiran dan proses yang panjang.
Keputusan Panasonic meluncurkan sistem kamera mirrorless bersensor full frame ini cukup mengejutkan karena dalam sepuluh tahun terakhir Panasonic selalu fokus ke sistem kamera DSLM (Digital Single Lens Mirrorless) dengan format four thirds. Dalam pengembangan sistem mirrorless yang bernama Lumix G ini selalu menonjolkan keringkasan (compactness) kamera dan lensa-lensanya yang menjadi keunggulan dibandingkan dengan sistem kamera DSLR dan mirrorless lainnya.
Meskipun sistem micro four thirds merupakan pionir di kamera mirrorless, pengembangan sistem Lumix G dan Olympus ini terbatas. Stigma bahwa ukuran sensor dan kamera yang besar lebih bagus tetap terpatri di kalangan fotografer profesional dan amatir serius.
Beberapa tahun terakhir ini, Lumix G mulai mendapatkan momentum di kalangan content creator a.k.a youtuber, karena fitur videonya cukup kompetitif dan terjangkau. Contohnya Panasonic GH5 memiliki fitur video yang lengkap untuk profesional dan G7 memiliki kemampuan merekam video 4K dengan harga yang relatif terjangkau.
Seiring waktu berjalan, content creator yang sering harus merekam video di kondisi kurang cahaya dan fotografer yang membutuhkan kamera yang mampu merekam gambar dengan resolusi tinggi merasa membutuhkan kamera dengan format yang lebih besar. Tren industri akhir-akhir ini juga menunjukkan format full frame semakin naik popularitasnya untuk fotografer amatir serius dan profesional.
Panasonic menyikapi hal tersebut dengan mengembangkan sistem baru: Lumix S, dengan format full frame. Membuat sistem baru dari nol tentunya tidak mudah dan membutuhkan banyak waktu. Untuk mempersingkat waktu sekaligus meningkatkan persepsi kualitas, Panasonic mengajak Leica dan Sigma bergabung membentuk persekutuan L-Alliance. Persekutuan ini berarti kamera Panasonic akan mengunakan L-mount, yang sudah mulai sejak tahun 2014. Dengan strategi ini, ketersediaan lensa dapat segera terpenuhi dengan cepat karena didukung oleh Leica dan Sigma.
Dari segi teknologi, sebagai pendatang baru di format full frame, Panasonic bukan dalam posisi mengejar pesaingnya, tapi malah membuat terobosan-terobosan baru seperti High Resolution Mode, yang menggabungkan 8 foto menjadi satu untuk mendapatkan resolusi tinggi 187 MP (S1R) dan 90 MP (S1) dengan memanfaatkan teknologi In-body stabilization. Kelebihan mode ini dibanding pesaingnya adalah proses penggabungan menjadi file RAW berlangsung di kamera dan memiliki mode untuk mengatasi masalah subjek yang bergerak seperti air atau daun yang bergoyang.
Terobosan lainnya yaitu memanfaatkan Artificial Intelligence dalam sistem autofokus untuk mendeteksi tidak hanya wajah, tapi mata dan juga badan manusia dan hewan. Teknologi yang sudah dimiliki Panasonic seperti 6K (18MP) burst, post focus, dan focus stacking yang sudah ada di kamera pendahulu juga semuanya ada di Panasonic S1/S1R.
Dengan Lumix S, Panasonic telah memulai babak baru dan menetapkan standar yang tinggi dalam pengembangan produk kamera dan lensa yang akan membantu penggemar fotografi dan profesional membuat karya terbaik mereka. Lumix S1 & S1R memang hanya generasi pertama tapi terasa seperti kamera yang lengkap dan mutakhir. Untuk itu saya sangat mengapresiasi Panasonic yang telah mencurahkan segenap upaya dan know-how mereka ke dalam kedua model kamera baru ini.
Artikel ini adalah artikel pengenalan/overview terhadap Sistem kamera S yang akan diluncurkan tgl 23 April 2019 nanti.
Review desain dan kinerja Panasonic S1R
Nantikan review selanjutnya.