Tidak seperti kamera generasi pertama dari sebuah sistem mirrorless baru yang biasanya masih banyak kekurangannya, S1 dan S1R mengejutkan dengan memberikan spesifikasi dan fitur yang lengkap. Di dunia mirrorless, Panasonic Lumix bukan merk baru, tapi merupakan salah satu pionir bersama Olympus yang mengembangkan sistem kamera mirrorless pertama melalui seri Lumix G di tahun 2008.
Performance / Kinerja
Saya berkesempatan mencoba Panasonic Lumix S1R selama seminggu di Sumatera Utara. Lumix S1R memiliki sensor full frame 47.3 MP, sistem Dual IS – 5 Axis stabilization dengan sistem autofokus DFD (depth of defocus) yang mampu mengunci fokus di kondisi cahaya yang sangat gelap (-6 EV) dengan lensa-lensa Lumix S yang baru. Sistem AF juga mendukung deteksi badan, wajah dan mata manusia maupun hewan.
Saat diuji, kinerja autofokus untuk subjek diam seperti pemandangan sangat cepat, tapi untuk tracking subjek bergerak kecepatan foto berturut-turut menurun ke 6 foto per detik, dan cukup banyak memakan daya baterai.
Desain
Kamera S1R adalah kamera mirrorless, tapi desain kamera Panasonic S1R seperti kamera DSLR profesional, yang artinya berukuran besar, banyak tombol-tombol dan tuas untuk mengganti setting kamera sehingga memudahkan fotografer untuk mengganti setting. Di bagian atas kamera ada top LCD untuk melihat setting-setting utama seperti layaknya kamera DSLR pro.
Bahan body kamera S1R yaitu dari logam ringan magnesium alloy dan tahan debu, air dan cuaca yang ekstrim. S1R dilengkapi oleh layar LCD sentuh yang responsif, bisa untuk menetapkan area fokus dan juga menu. Jendela bidik S1R termasuk yang paling detail dan terang karena resolusinya 5.76 juta titik dengan perbesaran 0.78X (terbaik saat ini).
Layar LCD bisa ditekuk ke atas, ke bawah dan kesamping untuk (portrait), tapi bukan articulating 360 derajat seperti seri Panasonic GH dan G9. Hal ini membuat polemik. Videografer mungkin lebih suka articulating screen, tapi fotografer mungkin lebih suka yang seperti S1 ini dan ketahanan layar semacam ini sepertinya lebih baik daripada yang articulating.
Pegangan kamera S1R besar, tapi memiliki lekuk sehingga nyaman dan alami saat memegangnya. pegangan yang besar berisi baterai berukuran besar, berkapasitas 3030 mah. S1R juga punya dual card slot, hal yang semakin penting bagi profesional saat ini dengan kartu XQD dan SD card UHS-II. Untuk konektivitas, S1 dan S1R punya port yang lengkap untuk video yaitu adanya mic jack, usb-c, full size HDMI yang bisa untuk record 4.2.2 30 fps atau 4.2.0 60 fps melalui external recorder.
Tombol-tombol pada S1R tidak dirancang serupa, misalnya ada tiga tombol dibagian atas kamera yang tiap-tiap tombolnya sedikit berbeda. Tombol WB agak menonjol keluar, tombol ISO memiliki dua tonjolan kecil, dan tombol kompensasi eksposur agak dalam. Sebagian besar tombol-tombol di kamera bisa difungsikan sebagai fungsi yang lain. Dengan adanya perbedaan fisik tersebut, dengan sentuhan saja kita bisa tau apa yang sedang diraba tanpa harus melihat label tombol.
Salah satu hal penting yang harus saya utarakan adalah adalah adanya tuas untuk mengunci setting kamera untuk mencegah setting berubah karena salah tekan.
Desain Menu Panasonic menurut saya juga cukup logis dan mudah dinavigasi, terbantu dengan ikon-ikon dan judul yang jelas dan adanya joystick dan layar sentuh. Dan saya suka dengan tampilan Q-menu yang baru. Saya ras lebih tertata dengan rapi di bagian kanan dan kita tetap bisa melihat preview gambar di sebelah kiri atas layar.
*dari dpreview.com
Kesimpulan tentang desain
Kamera Lumix S1 desainnya berbeda dengan kamera mirrorless pesaing yang lain yang biasanya masih mementingkan ukuran dan berat, sehingga ada beberapa hal yang dikompromikan. Sedangkan Lumix S1 memberikan semua yang dibutuhkan oleh mayoritas fotografer profesional. Namun akibatnya ukuran tidak bisa kecil dan harga lebih tinggi.
Dalam pengujian, semua tombol, navigasi menu juga mudah dengan layar touchscreen, saya sangat menyukai tata letak Q menu yang memudahkan akses. Layar LCD cepat dan responsif , tombol-tombol bisa dikustomisasi dan tombol video agak terlalu jauh dari jempol tapi memang kamera ini lebih foto sentris.
Adapun yang kurang saya sukai adalah joystick 8 arah sering saya gunakan terutama untuk menggeser area fokus tapi kadang agak lambat, atau terlalu cepat, jadi biasanya saya lebih banyak langsung sentuh layar untuk mengganti area fokus, dan juga baterai yang meski besar, cukup cepat habis kalau mengunakan autofokus tracking, video, atau high resolution mode.
Meski demikian, secara keseluruhan, saya menilai Panasonic telah memilih prioritas yang cukup tepat untuk mendesain antarmuka kamera yang cocok untuk kebutuhan pengemar fotografi serius dan profesional.
Artikel ini adalah artikel pengenalan/overview terhadap Sistem kamera S yang akan diluncurkan tgl 23 April 2019 nanti. Nantikan review selanjutnya.