≡ Menu

Mencoba lensa FujiFilm GF 45-100mm f4 untuk foto safari

Saat saya bisa cropping foto dengan resolusi tinggi, maka lensa yang fokalnya kurang tele pun masih bisa dipakai untuk foto subyek yang cukup jauh seperti satwa atau olahraga

Erwin M.

Awalnya saya merasa canggung saat ditawari memotret safari dengan kamera Fuji GFX100S dengan lensa GF 45-100mm f4, karena biasanya lensa yang cocok untuk memotret satwa adalah lensa tele seperti 70-300mm atau 100-400mm. Sedangkan lensa GF 45-100mm ini karena dalam aturan medium format mesti dikali 0.79 untuk mendapat ekuivalen fokal dengan sensor full frame, maka lensa ini sebetulnya ‘hanya’ sebuah lensa standar zoom 35-80mm, bukan lensa yang sanggup menjangkau satwa yang berada cukup jauh dari fotografernya. Meski saya putar lensanya sampai mentok 100mm pun (yang aktualnya setara 80mm di full frame), apalah daya untuk kebutuhan safari masih kurang banyak.

Selfie dulu dengan Fuji GFX100S dan lensa GF 45-100mm f/4 OIS WR

Tapi saya tetap mencoba membawa kamera GFX100S dan lensa GF 45-100mm f4 ini karena rasa penasaran yang tinggi untuk menjajal bagaimana memotret safari dengan kamera medium format. Sebuah format yang kerap diberi stigma sebagai kamera studio, karena pemakaiannya biasanya untuk kerja, komersil, produk, atau potret. Namun GFX100S ini tampak masih relatif wajar, tidak terlalu besar di tangan, malah gripnya saya rasakan mantap. Urusan lensa yang tidak bisa menjangkau subyek jauh karena hanya mencapai ekuivalen 80mm, saya siasati dengan melakukan cropping. Saya hitung-hitung sebelum berangkat, kalaupun terpaksa saya melakukan crop ekstrim, saya masih bisa dapat foto dengan resolusi 10 hingga 20 megapiksel, yang masih cukup banyak detail, asalkan lensanya mampu mengimbangi resolusi sensor 100MP di kamera Fuji GFX100S ini.

Disini contoh foto yang saya ambil dengan lensa mentok di 100mm, dengan resolusi 100MP (11648×7768 piksel), lalu saya ingin crop bagian satwanya saja, melalui editing.
Dari hasil crop yang cukup ekstrim ini, saya masih mendapat foto resolusi 21 MP yang kurang lebih setara dengan sensor kamera lain pada umumnya. Foto ini bila hendak dicetak sebesar A3 pun masih akaan tampak detailnya.
Dan untuk melihat sedetail apa lensa zoom yang sedang saya pakai, maka saya coba crop lagi sampai resolusi 1200×800 yang menjadi standar media sosial, atau setara dengan 1 megapiksel. Saya jadi teringat kamera digital pertama yang saya beli di tahun 2000 silam, memiliki sensor beresolusi 1 MP.

Ilustrasi diatas menjadi contoh betapa di jaman sekarang kombinasi antara sensor kualitas tinggi, dengan detail resolusi tinggi, dan ketajaman lensa yang juga tinggi, membuka peluang fotografi yang sebelumnya sulit diraih. Bahkan dengan cropping yang cukup ekstrim, kita masih mendapat hasil yang usable dan setara kamera lain bersensor 24 MP misalnya. Tapi bayangkan bila sensor 100 MP ini tidak di crop, maka detailnya akan lebih ajib lagi. Btw bila ada yang ingin melihat file JPG resolusi 100 MP dari foto diatas, bisa dibuka di link ini.

Contoh crop lainnya :

Komposisi ini enak dilihat, tidak terlalu tele supaya sekitarnya bisa dilihat juga. Foto ini sebenarnya juga sudah di crop dan hasilnya setara resolusi 35 MP
Ini hasil crop lebih ekstrim, tentunya resolusi turun menjadi setara 8,5 MP cukup untuk cetak ukuran A4

Berikut foto-foto saya yang lain diambil di lokasi yang sama, dengan kamera Fuji GFX100S dan lensa GF 45-100mm f4 :

About the author: Erwin Mulyadi, penulis dan pengajar yang hobi fotografi, videografi dan travelling. Sempat berkarir cukup lama sebagai Broadcast Network TV engineer, kini Erwin bergabung menjadi instruktur tetap untuk kursus dan tour yang dikelola oleh infofotografi. Temui dan ikuti Erwin di LinkedIn dan instagram.

{ 0 comments… add one }

Leave a Comment