≡ Menu

Kesan pertama dan Explore Fujifilm X100 VI

Saat teman-teman membaca artikel ini, saya dan Iesan sedang menghadiri X-Summit di Jepang.  di midtown Tokyo, tempat dimana kamera Fujifilm X100 VI akan diumumkan secara resmi. Saya sempat mencoba Fujifilm X100 VI selama beberapa hari kurang lebih sebulan sebelum peluncuran, maka dari itu saya ingin berterima kasih terlebih dulu nih kepada Fujifilm Indonesia yang telah mempercayakan infofotografi untuk mencoba kameranya sebelum diluncurkan secara global.

Seri Fujifilm X100 merupakan kamera penting dan boleh dibilang ikoniknya Fujifilm karena kamera ini mengawali langkah Fujfilm ke era sistem kamera mirrorless. X100 pertama kali muncul tahun 2013 sebagai pionir, kurang lebih 11 tahun lalu dan yang saya pegang ini adalah seri ke VI.

Sekilas, tidak ada perbedaan yang signifikan dari desainnya dibandingkan dari seri pertama sampai keenam. Dan ini sepertinya memang disengaja karena untuk apa mengubah desain yang bagus dan diminati banyak penggemar fotografi.

Pada intinya, X100 ini adalah kamera compact bersensor APS-C, dengan lensa 23mm ekuivalen 35mm dan bukaan f/2. Lensa ini adalah lensa generasi ke-2, sama dengan Fujifilm X100 V, tapi lebih bagus kualitasnya dibandingkan seri sebelumnya, terutama saat memotret subjek dari jarak dekat.

Body & Design-nya seperti kamera film dengan pengoperasian menggunakan shutter dial dan aperture ring di bagian atas kamera.

Di generasi ke-6 ini, terdapat beberapa perbedaan, pertama processor dan image sensornya di perbaharui ke 40MP, APS-C, dengan processor generasi ke-5. Sensor ini generasi terbaru, sama dengan X-T5 dan X-H2 yang dirilis di tahun 2022 yang lalu.

Fujifilm X100 VI punya image stabilizer dengan kekuatan 4.5 stop, artinya foto dengan shutter speed 1/2 sampai 1/4 detik akan masih tajam. Dalam praktiknya, tergantung kestabilan masing-masing juga.

Sistem Autofokusnya terutama deteksi subjeknya sudah diperbaharui, dan yang saya suka adalah jendela bidiknya kali ini lebih besar dengan perbesaran 0.66x 3.69 juta titik, sedangkan seri-seri terdahulu perbesarannya antara 0.4-0.52x

Jendela bidik di X100 ini tidak biasa karena bisa diganti antara tampilan elektronik seperti kamera mirrorless pada umum-nya dan layar monitor, atau optik/kaca dimana apa yang kita lihat adalah realitas yang ada seperti jendela bidik kamera rangefinder.

Tampilan jendela bidik rangefinder. Frame menunjukkan komposisi gambar yang akan terekam. Digital converter dalam posisi on ke 50mm.
Tampilan jendela bidik elektronik. Apa yang dilihat sama dengan apa yang akan didapatkan.

Ada keuntungan dan kerugian masing-masing. Yang senang street photography mungkin akan senang menggunakan jendela bidik optik/kaca karena kita bisa melihat subjek yang berada di luar frame juga. Jadi kalau ada orang yang jalan masuk ke frame kita bisa antisipasi, dan jendela bidik optik menurut saya lebih tidak melelahkan mata.

Di bagian atas ada hotshoe dan penutupnya, ada shutter dial dan dialnya bisa diangkat ke atas untuk mengubah ISO. Di bagian kanan ada dial kompensasi exposure, dan shutter. Bentuk shutternya ini jadul, ada lubang di tengahnya untuk memasang kabel release atau shutter release button. Ada tombol kecil di ujung yang tidak berlabel, ini tombol fungsi / fn 1 yang bisa diganti sesuai kesukaan fotografernya.

Di bagian kanan kamera terdapat 2.5mm audio jack, micro HDMI, dan USB-C untuk charging / hubungi ke komputer. Di bagian bawah ada tempat baterai, sekaligus memory card. Baterai yang digunakan sama dengan Fujifilm X100, NP-W126S dan sebagian kamera yang lain dan thread buat tripod.

Bagian kiri ada tuas untuk mengganti mode Autofocus dan manual focus. Bagian belakang ada layar yang bisa di-tilt ke atas dan kebawah. Desain ini bagus karena saat gak dipakai layarnya rata dengan bodinya, tidak menonjol keluar.

Posisi jempol sedang menekan focus stick untuk navigasi menu.

Di bagian belakang tidak ditemukan tombol empat arah tapi ada focus stick/lever yang bisa ditekan juga. Stick kecil ini digunakan untuk memindahkan area fokus dan navigasi menu.

Selain ada beberapa tombol. Beberapa yang penting yaitu tombol Q untuk akses setting cepat, dan tombol Drive untuk memilih berbagai mode release dan juga akses ke mode video karena di kamera ini tidak memiliki tuas/mode video secara khusus. Di belakang juga ada dial belakang yang bisa diputar dan ditekan.

Di bagian depan ada satu dial lagi, tombol fungsi yang kedua, dan lever untuk mengganti mode jendela bidik. di posisi tengah ada flash kecil yang siap menyambar. Tersedia lens cap, aperture ring dan ring manual fokus bisa difungsikan menjadi fungsi lainnya jika kita kustomisasi di menu.

Sistem menu kamera ini mirip dengan kamera Fujifilm lainnya jadi teman-teman pasti familiar. Di dalam menu kita bisa lihat ada pilihan berbagai aspek rasio, termasuk 4:3 dan 4:5

Yang baru di seri X100 adalah film simulation Reala Ace, yang pertama kali muncul di kamera medium format Fujifilm GFX100 II. Nostalgic Negative dari GFX100S juga tersedia bersama dengan Classic Negative, dan film simulation lainnya.

Untuk videonya ada pilihan 6.2K 30p dengan aspek rasio 16:9 jadi bukan open gate, 4K 60p dan beberapa setting lainnya.

Untuk sistem autofokusnya ada pilihan berbagai subjek yang bisa dideteksi , termasuk hewan, burung, otomotif sampai kereta api.

Dibandingkan dengan sistem kamera Fujifilm yang bisa ganti lensa, ada perbedaan yang cukup mendasar di mekanisme shutternya. X100 menggunakan mekanisme Leaf shutter yg ada di lensa. Leaf shutter ini suaranya lebih lembut dan getarannya lebih sedikit daripada shutter biasa. dan kita bisa flash sync sampai dengan 1/4000 detik

Beberapa fitur yang menarik yang lain yaitu electronic shuternya mencapai 1/180.000 detik jadi mudah memotret siluet saat menghadapi sumber cahaya yang kuat.

Dan bagi yang senang merekam video atau suka memotret air terjun atau mau efek slow speed ada built-in ND 4 EV atau ekuivalen dengan 2 stop. Tidak gelap-gelap banget tapi lumayan saat kita pasang dengan CPL.

Kamera ini juga weathersealed  bodi-nya hanya bagian depan lensanya tidak weatherseal, perlu filter protector untuk melindungi bagian depan lensa.

Kesan pertama Fujifilm X100 VI

Setelah empat tahun Fujifilm X100 akhirnya dapat pembaharuan teknologi rutin. Dari X100 V ke VI menurut saya pembaharuannya cukup signifikan. Selain sensor dan processor baru, yang penting menurut saya adalah stabilizer di body. Fans jendela bidik optik rangefinder juga akan senang karena jendela bidiknya lebih besar dan lebar dari sebelumnya.

Meskipun ada penambahan fitur, tapi ukuran kameranya hampir sama dengan kamera generasi sebelumnya, hanya sedikit lebih berat 532.5g dengan baterai, memory card dan lens cap.  Tanpa lens cap, berat Fujifilm X100 VI 519g, sekitar 40gram lebih berat dari versi IV yang beratnya 478g.

Untuk video kesan pertama dan review kamera Fujifilm X100 VI, silahkan kunjungi youtube infofotografi.

About the author: Enche Tjin adalah pendiri Infofotografi, seorang fotografer, instruktur fotografi, penulis buku dan tour photography organizer. Saat ini, ia bertempat tinggal di Jakarta. Temui Enche di Instagram: enchetjin

{ 0 comments… add one }

Leave a Comment