≡ Menu

Review Fujifilm X100 VI

Fujifilm X100 adalah kamera yang ikonik, karena kamera ini adalah cikal bakal sistem Fujifilm X. Awalnya X100 termasuk seri Finepix, golongan kamera compactnya Fujifilm. Designernya merancang X100 dengan tujuan sebagai kamera yang unik dan klasik, yang tetap akan diminati fotografer meskipun saat itu kamera ponsel makin berkembang dan mulai mempengaruhi pasar kamera compact.

Dengan sensor kamera APS-C yang relatif besar untuk kamera compact, dan desain yang klasik, Fujifilm X100 melejit popularitasnya, jadi pembicaraan dimana-mana, dan setelah generasi ke-6 ini masih sangat populer bagi penggemar fotografi antar generasi, dari yang muda sampai senior.

X100 ini disebut kamera ikonik, karena X100 merupakan cikal bakal sistem kamera Fujifilm X, yang sukses dan terus berkembang sampai sekarang. Kehadiran dari kamera ini sangat signifikan yang membentuk masa depan sistem kamera Fujifilm.

Yang paling unik dari kamera digital X100 adalah memiliki jendela bidik hybrid, optik yang bening dan nyata dan juga elektronik seperti kamera mirrorless pada umumnya.

Kamera ini punya banyak titik kendali seperti roda dial, tombol-tombol dan tuas, jadi sebagian setting penting kamera terlihat jelas dan diatur langsung tanpa harus mengakses menu.

Dari seri pertama sampai sekarang, Fujifilm X100 ini  punya lensa fix 23mm f/2 ekuivalen dengan 35mm. Lensa ini tidak bisa diganti dan sering disebut lensa serbaguna karena cukup lebar untuk kebutuhan sehari-hari dan saat foto portrait masih belum kelihatan cembung seperti lensa yang lebih lebar.

Kualitas gambar kamera ini ada peningkatan karena menggunakan sensor dan processor terbaru, 40MP. Hasil fotonya sangat detail, lebih detail dari yang 26MP, dan memungkinkan cropping tanpa menurunkan detail terlalu banyak.

Dan tentunya yang seru dari kamera Fujifilm adalah kita bisa memilih berbagai film simulation.  Di X100 yang baru ini tidak punya film simulation yang baru, tapi punya Reala Ace yang pertama kali muncul di GFX100 II tahun lalu. Film simulation Reala ini memberikan hasil yang netral seperti yang dilihat oleh mata tapi cukup kontras jadi sudah matang untuk cetak atau media sosial.

Film simulation baru lainnya untuk X100 yaitu Nostalgic Negative. Film simulation ini memberikan kesan yang lebih hangat atau kekuningan. Nostalgic Negative ini pertama kali muncul di kamera GFX 100s.

Dengan resolusi 40MP yang sangat tinggi, fungsi Digital Tele-Converter (digital zoom/crop) menjadi lebih efektif. Setting OFF menghasilkan 40MP, 50mm menghasilkan 20MP, masih lumayan, dan 70mm menghasilkan 10MP, masih bisa digunakan untuk media sosial jika dibutuhkan tapi kurang detail untuk cetak besar.

Banyak yang saya suka pengembangan dari kamera ini, selain peningkatan resolusi dan stabilizer di body, jendela bidiknya makin baik, dan sistem deteksi AF nya lebih oke. Meskipun ada tambahan fitur, hebatnya ukuran dan desainnya hampir mirip dengan generasi sebelumnya.

Meskipun punya sederet kelebihan, ada beberapa kekurangan yang saya rasakan saat mengunakan kamera ini selama dua hari. Pertama setelah saya memotret dengan intensif selama kurang lebih sekitar 45 menitan,  kamera terasa cukup panas, mungkin karena resolusi sensor ini sangat tinggi.

Karena menggunakan kamera yang sama dengan generasi sebelumnya, kinerja baterai X100 ini tergolong standar, sekitar 300 foto, untuk foto yang intensif sepanjang hari sepertinya kurang cukup, untuk itu saran saya lebih baik siapkan baterai tambahan. Untungnya USB charging bisa membantu.

Selain itu, meskipun sistem algoritma autofokus sudah setara dalam mendeteksi berbagai subjek, saya merasa kecepatannya tidak setara dengan sistem kamera Fujifilm X dengan lensa yang besar. Saya menduga kinerja autofokus ini terhambat dari motor fokus dari lensa yang agak lambat untuk standar lensa modern.  Di lain pihak, saya bisa memahami bahwa sulitnya memasang motor fokus yang lebih kuat tanpa memperbesar ukuran lensa.

Akibatnya untuk foto semacam portrait, still life, asal gak bergerak cepat gak masalah, tapi untuk subjek bergerak cepat, sepertinya akan sedikit masalah bagi lensa ini untuk keep up dengan subjeknya.

Fitur lain yang menurut saya menarik untuk dibahas adalah kamera ini punya leaf shutter, artinya saat memotret lebih halus suaranya dan bisa flash sync dengan kecepatan shutter yang lebih cepat. Ini akan membantu fotografer yang kreatif yang suka menggunakan flash di luar ruangan, mungkin untuk sesi portrait atau prewed cocok.

Selain itu ada built-in ND 4 EV atau 2 stop. Tidak terlalu gelap tapi lumayan untuk keadaan tertentu misalnya saat ingin memotret slow speed atau untuk video di outdoor.

Kalau teman-teman perhatikan, kamera ini sangat photo-centic karena memang dirancang untuk fotografer. Tapi bisa juga digunakan untuk videografi. Untuk ke mode video, tidak ada tuas/tombol langsung, tapi kita harus masuk menu drive, kemudian pilih mode video. Kualitas video yang tersedia yaitu 6.2K 30p tapi bukan open gate, dan 4K 60p. Spesifikasi video ini tergolong tinggi untuk kamera compact. Namun pendapat saya kamera ini tidak cocok digunakan kalau teman-teman mencari kamera untuk ngevlog dalam waktu panjang. Untuk merekam clip2 pendek menurut saya masih baik.

Seperti kamera Fujifilm X100 sebelumnya, menurut saya kamera ini ditujukan kepada penggemar fotografi yang senang mendokumentasikan momen sehari-hari seperti street dan lifestyle photography. Kamera ini cocok karena ukurannya yang ringkas, nyaman digunakan dan kualitas gambarnya sangat baik. Bagi profesional, kamera ini mungkin bisa jadi kamera back-up atau kamera yang dibawa saat refreshing,  untuk mempertajam intuisi atau survei lokasi.

Okay teman-teman, trims sudah menyimak review ini. Video review dan kesan pertama Fujifilm X100 VII telah tayang di channel youtube infofotografi. Setelah saya pulang dari Jepang, akan ada beberapa video liputan kemeriahan X-Summit dan Pameran foto CP+ di Yokohama

About the author: Enche Tjin adalah pendiri Infofotografi, seorang fotografer, instruktur fotografi, penulis buku dan tour photography organizer. Saat ini, ia bertempat tinggal di Jakarta. Temui Enche di Instagram: enchetjin

{ 0 comments… add one }

Leave a Comment