Saya berkesempatan mencoba lensa fix dari Tamron yaitu SP 45mm f/1.8 Di VC USD, dengan mount Canon. Lensa ini dibuat untuk full frame, namun berfungsi penuh di kamera APS-C dengan fokal efektif menjadi sekitar 70mm. Bila anda masih bingung tentang crop factor dan ekuivalensi lensa, artikel terpisah tersedia disini. Saya sendiri mencoba lensa ini dengan kamera Canon 70D yang artinya fokal lensa Tamron 45mm ini akan ekuivalen dengan lensa 70mm di full frame.
Dari fokal lensanya memang 45mm termasuk unik, jarang sekali ada lensa 45mm fix untuk full frame, setahu saya dulu ada lensa Samsung NX 45mm tapi untuk APS-C, dan Olympus 45mm tapi untuk Micro Four Thirds. Pengguna DSLR full frame saat memasang lensa 45mm ini tetap akan mendapatkan perspektif normal layaknya lensa 50mm tapi sedikit lebih wide, kalau dibandingkan kurang lebih seperti ilustrasi berikut ini :

Lensa Tamron 45mm f/1.8 (kiri) dan lensa lain 50mm f/1.8 (kanan) posisi kamera dan subyek tidak berubah, tampak yang 50mm sedikit lebih tele
Beberapa fitur unggulan lensa ini :
- memiliki peredam getar VC
- motor fokus silent USD
- eksterior tahan cuaca
- coating terkini eBAND dan BBAR
Data lain untuk lensa ini, dia memiliki bahan luar dari logam, didalamnya ada 9 bilah diafragma, 10 elemen optik dan diameter filter 67mm, dan untuk semua kelebihan ini, lensa Tamron 45mm memang jadi agak lebih besar namun untungnya masih relatif ringan 540gram.
Dari beberapa hari mencoba lensa ini, saya mendapati kualitas optiknya memang jempolan, dengan ketajaman yang sudah enak dilihat bahkan di bukaan maksimum f/1.8. Kemudian fitur VC juga membantu sekali misalnya ingin pakai shutter speed agak lambat tanpa takut fotonya goyang. Kinerja auto fokus memang senyap (nyaris tidak bersuara) tapi karena lensa ini punya jarak fokus minimum yang lumayan dekat, maka kinerja motor auto fokusnya agak lambat.
- Ketajaman di bukaan maksimum f/1.8
- Ketajaman meningkat di f/4
Lensa ini memang dirancang untuk penghobi fotografi yang lebih serius dan juga para profesional, maka tak heran dari kualitas optik, built quality, weathersealed dan fitur VC yang diberikan membuat harganya lebih mahal dari lensa sejenis (50mm f/1.8) dari Canon atau Nikon. Kalaupun dibandingkan dengan lensa f/1.4 maka saya pikir mesti bijak juga menyikapinya, misal lensa f/1.4 kurang tajam di bukaan maksimal toh pada akhirnya perlu stop down ke f/1.8 juga. Sedangkan benefit dari lensa f/1.4 adalah bisa dipakai di keadaan low light, dan Tamron 45mm juga bisa untuk low light dengan melambatkan shutter berkat adanya fitur VC.
Biasanya orang ingin tahu juga apa kekurangan dari setiap produk. Dalam mengkaji lensa yang kerap dicari tahu adalah hal-hal yang sifatnya teknis seperti vignetting, distorsi, CA (purple fringing) dan softness di bagian tepi. Dan ini menjadi dilema untuk produsen lensa dalam membuat produk apakah mau ke arah simplicity atau perfection. Maksudnya begini, sebuah lensa saat dirancang simpel maka bakal bisa murah, kecil tapi banyak kekurangan, sebaliknya lensa yang rumit dan penuh koreksi optik akan jadi besar dan mahal (misalnya lensa paling wow saat ini yaitu Zeiss Otus). Tiap produsen boleh menentukan posisinya sesuai target market dan level produknya. Tamron 45mm ini memang menyasar segmen menengah dan pro, ditambah karena lensa ini berkode SP (Super Performance) maka menunjukkan kualitas optik yang tinggi dan rendah cacat lensa. Maka itu tak heran lensanya cukup besar dan harganya juga lumayan (9 jutaan rupiah).
Dengan harga dan target marketnya maka tak heran kalau kekurangan lensa ini cukup minimal. Vignetting memang ada, tapi hanya di bukaan maksimal dan lebih terlihat di sensor di full frame. Karena saya mencobanya di kamera APS-C jadi bukan sebuah masalah, demikian juga dengan corner-nya. Yang saya temui sedikit kekurangannya paling adalah CA (chromatic abberation) yang memunculkan warna keunguan di perbatasan bagian kontras tinggi, sesuatu yang masih lumrah dan bisa dikoreksi di editing.
Secara umum dari beberapa kesempatan saya mencoba lensa ini, saya terkesan dengan kualitas fisik dan optiknya, lalu fitur VC yang membantu dan di APS-C fokal lensa ini jadi setara 70mm yang termasuk medium tele, cocok untuk banyak keperluan seperti detail, produk, potret dan sebagainya.
Terima kasih untuk Tamron Indonesia (PT Halo Data) sudah memberi kesempatan saya mencoba lensa Tamron SP 45mm f/1.8 VC ini.
Ko Erwin, mau tanya kualitas optik dan gambar yang dihasilkan antara lensa nikon afs 50 f/1.4g dan tamron sp 45 ini? Saya pakai d750 saat ini. Untuk keperluan travel, street, human interest, dll.
Om kamera sy nikon d5200, untuk foto fashion distudio yg lumayan sempit sekitar 4x4m lebih enak mana afs 50mm atau 35mm, soalnya itu dua lensa nikon yg termurah yg baru sanggup sy beli hehehee,trima kasih om sebelumnya, sukses slalu.
35mm yang lebih lebar tentunya lebih enak digunakan di ruang yang sempit.
Mungkin bisa ditambahkan seberapa baik test VC (stabilisasi) ketika pengambilan gambar maupun video baik dikamera Canon atau kamera lain dengan menggunakan adapter (ex:Sony), mengingat salah satu kelebihan pada lensa fix Tamron yang memiliki stabilisasi gambar pada lensa yg jarang ditemukan pada lensa 3rd party lainnya.
Saya tidak coba untuk video. Tapi di foto ada beberapa contoh yg diambil pakai shutter lambat, dengan VC. Normalnya di APS-C, lensa ini perlu shutter speed 1/80 detik untuk hasil yg tajam, tapi dengan VC saya bisa sampai 1/20 detik dengan hasil tetep tajam.
Om, tolong review jga tamron 70-200 f2,8 G2.
Tamron 70-200mm f/2.8 VC G2 udah pernah coba sebentar, dan hasilnya mantap lah, cuma karena belum bisa coba banyak jadi belum bisa dibuat review. Sampel foto ada disini : https://www.flickr.com/photos/kamerague/albums/72157689025483596