Smartphone Huawei P50 Pro dirilis Agustus 2021, masuk ke Indonesia di awal 2022 ini dan saat tulisan ini dibuat, masih menempati posisi pertama kamera terbaik pada sebuah smartphone versi DXOMark (adapun di posisi kedua ditempati ponsel yang juga sangat keren, Xiaomi 11 Ultra). Hadir menjadi penerus dari Huawei P40 Pro, kali ini Huawei memberi bahasa desain yang unik dalam bentuk kamera belakangnya, seolah-olah ada dua lensa besar yang mengesankan kamera profesional (oleh Huawei disebut Dual Matrix camera design). Padahal dibalik dua lingkaran di bagian belakang ponsel ini, bila diteliti terdapat beberapa lensa kecil dan lampu flash LED, seperti layaknya ponsel lain pada umumnya. Satu yang membedakan tentunya adalah tulisan LEICA di bagian belakang, sama seperti seri-seri sebelumnya.
Saya langsung ke aspek kamera di ponsel ini ya, karena secara spesifikasi memang sudah banyak diulas dimana-mana, misalnya otak Snapdragon 888 (versi yang 4G) yang pasti kencang, lalu layar 2700×1228 Piksel ukuran 6,6 inci jenis OLED dengan 1 Milyar warna, tahan air sampai 1,5 meter, dan memakai Harmony OS. Menurut situs resminya, Huawei P50 Pro ini dibekali dengan Optik XD dengan kejernihan yang lebih baik, sementara ISP HUAWEI XD Fusion Pro yang ditingkatkan akan membantu reproduksi detail gambar yang komprehensif. Fitur andalan lainnya adalah True-Chroma Engine yang bisa membaca warna di obyek yang akan difoto guna mendapat akurasi warna terbaik.
Kita lihat fakta-fakta dari kamera di Huawei P50 Pro :
- Kamera Utama (wide) : sensor 50 MP (binning jadi 12,5 MP), f/1.8, fokal 27mm, OIS, ukuran sensor 1/1.5 inci
- Kamera Ultra lebar : sensor 13 MP f/2.25, fokal 13mm, auto fokus
- Kamera Telefoto : sensor 64 MP (binning jadi 16 MP), f/3.5, fokal setara 90mm periskop, OIS, autofokus
- Kamera Monokrom : sensor 40MP (binning jadi 12,5 MP), f/1.6, fokal 27mm
- Kamera Selfie/depan : sensor 13 MP, f/2.4, fokal 18mm, bisa auto fokus
Adapun mode-mode kamera yang tersedia diantaranya :
- mode Photo (Auto, AI, kamera ultrawide, utama, tele dan kamera depan)
- mode Video (Auto, AI, kamera ultrawide, utama, tele dan kamera depan)
- mode Portrait (Auto, beauty, bokeh efek, kamera utama dan kamera depan)
- mode Pro (Manual, foto/RAW, 50MP dan video, tidak bisa di kamera depan)
- mode Night (Auto, AI, kamera ultrawide, utama, tele dan kamera depan)
- mode Bukaan lensa (Auto, AI bokeh efek, hanya di kamera utama saja)
- mode Lainnya (slomotion, Monokrom, Panorama, AR, Timelapse, stiker, dokumen, Tampilan Ganda, Hi-Res dsb)
Secara umum ponsel Huawei P50 Pro hendak memberi pengalaman fotografi dengan berbagai fokal lensa dari ultra lebar hingga telefoto, sesuatu yang memang diperlukan oleh para fotografer. Bila ponsel lain umumnya hanya memberi dua macam kamera/lensa, maka di P50 Pro ini pengguna bisa merasakan fokal 13mm, 27mm dan 90mm yang real, bukan digital zoom. Tentu saja, kualitas terbaik secara sensor ada di fokal 27mm, karena memakai sensor utama yang termasuk besar (1/1.5 inci) dan tersedia bantuan OIS disini. Memang sensor ini bukan yang bombastis seperti kamera di ponsel flagship lain yang bisa sampai diatas 100 MP, melainkan ‘hanya’ main aman di 50 MP saja (itupun akan di binning jadi 12,5 MP). Kamera utama di P50 Pro ini juga bisa dipakai dalam mode potret atau mode Bukaan lensa, yang akan dibantu secara software untuk mendapat latar belakang yang blur. Ada beberapa bentuk blur di mode Potret yang bisa disimulasikan, misalnya bulat, swirl dan berbentuk love. Untuk merekam video, sensor utama ini juga mantap, dengan dukungan video 4K up to 60p. Hasil foto dan video tampak tajam, punya dynamic range yang baik, warna-warni natural dan noise yang termasuk rendah. Terdapat juga opsi mengambil mode gambar RAW untuk diedit sendiri di komputer.
Untuk lensa telefoto, saya termasuk yang menyukai hasil dari lensa yang setara 90mm bersistem periskop ini. Bukaan f/3.5 termasuk wajar untuk lensa periskop, dan hebatnya di lensa ini dipadukan dengan sensor paling detail 64 MP (binning jadi 16 MP, dan zoom digital melalui sensor ini didapat secara lossless karena memakai cara cropping dari sensor 64 MP itu), dan stabilisasi memotret atau rekam video dengan lensa setele ini bisa tetap baik berkat adanya OIS. Fokal tele semacam ini menurut saya penting dalam fotografi karena mampu memberi perspektif berbeda bila ada depth dalam foto kita, dimana foto akan mengalami efek kompresi dua dimensi layaknya memakai lensa tele di kamera DSLR. Anehnya, mode Potret justru tidak memanfaatkan lensa tele ini, padahal dalam fotografi kita tahu lensa tele cocok sekali untuk foto potret. Adapun untuk rekam video, lensa tele ini juga mampu merekam sampai 4K 60p, nice..
Lensa ultra wide di P50 Pro ini termasuk biasa saja, meski dia hebatnya bisa auto fokus, tapi resolusi 13 MP agak kurang detail untuk pemandangan. Warna yang dihasilkan juga kurang sama dengan lensa lainnya, sehingga bila sedang merekam video sambil mengganti lensa akan tampak perbedaan warna yang direkam. Tidak ada OIS di lensa ini, dan rekam video bisa hingga 4K 30 fps. Selain lensa ini, di P50 Pro disediakan kamera monokrom yang menemani kamera utama, dengan sensor 40 MP yang juga bisa dipakai merekam video hingga 4K 60p. Agak lucunya, di mode Monokrom, kita juga bisa berganti ke lensa ultra lebar, atau lensa telefoto, dan tetap akan hitam putih. Padahal keunggulan mode Monokrom adalah memakai sensor khusus yang tidak memiliki filter warna. Jadi saran saya, kalau pakai mode Monokrom, untuk dapat hasil terbaik, jangan pakai lensa ultra lebar atau lensa tele.
Dari pengalaman saya memakai Huawei P50 Pro selama 2 minggu, saya dapati hasil foto dari kamera ini termasuk baik, dan kinerja auto fokus serta OIS-nya juga mantap. Saya paling terkesan dengan hasil dari mode malam yang memanfaatkan komputasional AI sehingga tanpa tripod bisa didapat foto yang terang, tajam dan rendah noise. Keluhan saya ada di kamera ultra lebar yang masih belum memberi hasil foto yang memuaskan, detail foto tampak seperti cat air bila diperbesar di monitor komputer, namun masih tampak aman di layar ponsel. Bila anda suka melakukan zoom atau mencoba berbagai fokal lensa, saran saya pakailah ketiga fokal lensa yang ada yaitu W (Wide), 1x (lensa utama), dan 3,5x (lensa tele). Hindari mencoba digital zoom diantaranya, karena detailnya akan turun. Jadi meski kita bisa memilih 3x (dari lensa utama lalu di digital zoom), sebaiknya langsung pilih yang 3,5x saja, pasti lebih tajam. Bila sudah pakai lensa tele 3,5x, keinginan untuk zoom lebih jauh lagi memang bisa diladeni dengan digital zoom lossless hingga 10x (setara 270mm) namun hasil fotonya tetap saja akan menurun. Dalam merekam video, permainan zoom ini akan lebih menarik, kita bisa zoom terus dari 0,5x hingga 100x tanpa jeda, meskipun proses zoomnya tidak terlalu mulus (agak patah-patah), tetapi lumayan untuk melakukan video candid dari jauh (dan jangan lupa ini kita memakai ponsel, bukan handycam yang punya lensa panjang lho).
Terakhir, soal kamera depan atau kamera selfie. Kamera depan di P50 Pro juga termasuk sangat baik dengan fokal ultra lebar yang bisa di zoom sedikit, sangat berguna untuk berbagai kebutuhan vlogging atau selfie. Kamera depan ini bisa dipakai di mode Potret, mode Foto atau mode rekam Video, namun tidak bisa di mode Pro atau mode Bukaan Lensa. Ada pengaturan efek kecantikan bila diperlukan, seperti menghaluskan kulit atau memperbesar mata. Soal hasil fotonya termasuk bagus dan tajam. Saat merekam video dengan kamera depan, kita bisa set kualitas videonya 4K 60 fps, dan tersedia auto fokus deteksi mata, plus videonya juga stabil meski tidak ada OIS. Untuk yang perlu merekam video dengan dua kamera (depan dan belakang) juga bisa, dan untuk kamera belakangnya bisa memilih mau pakai lensa utama, tele atau ultra lebar.
Kelebihan fitur kamera di Huawei P50 Pro :
- punya OIS di lensa utama dan lensa tele
- lensa ultra wide dan kamera depan bisa auto fokus
- ada kamera khusus monokrom untuk penghobi fotografi hitam putih
- mode Malam yang bagus, tajam dan rendah noise
- lensa tele bisa digital zoom secara lossless (crop) dari sensor 64 MP-nya
- saat rekam video bisa zoom non stop dari ultra lebar sampai paling tele (meski digital zoom menurunkan kualitas videonya)
Kekurangan fitur kamera di Huawei P50 Pro :
- kamera ultra wide kurang mantap untuk ukuran ponsel flagship
- ada sedikit perbedaan warna antara ketiga lensa (ultra wide – wide -tele) mungkin ini hanya ditemui di unit yang saya coba (sample demo unit)
- tidak ada opsi mematikan stabilizer (Gyro-EIS) sehingga video ada sedikit crop
- mode makro didapat dari lensa ultra lebar (ponsel lain biasanya malah pakai tele-macro)
Makin gila aja smartphone jaman sekarang haha..
Kamera pocket makin terancam punah,
Andai saja AI dari smartphone bisa dimasukan ke mirrorless, seperti erase object, di samsung s22 ultra dan pixel 6,
Juga sistem bracketing dr hasil jepretan autonya iphone yang sama sekali ga berasa kalo itu bracketing,,
Sensor kecil buat foto backlight muka tetep cerah langit juga dapet, tanpa lag..