Bila memungkinkan, kita sebaiknya mengunakan ISO rendah (100 atau 200) karena kualitas foto akan memburuk seiring kita meningkatkan ISO. Di kamera digital SLR keluaran satu dua tahun terakhir, batasan antara foto yang baik dan foto yang buruk (karena banyaknya noise) berkisar antara ISO 800 dan 1600. Banyak keadaan dimana kita mau tak mau mengunakan ISO yang relatif tinggi karena foto bisa blur atau terlalu gelap.
Ada beberapa skenario dimana ISO tinggi dibutuhkan:
1. Ketika kita berada di lingkungan cahaya yang agak gelap seperti di malam hari atau di dalam ruangan, dan kita tidak mengunakan tripod. Perhatikan shutter speed, bila shutter speed sudah kurang dari sekitar 1/30 atau 1/60 detik (tergantung lensa, makin panjang lensanya, shutter speed yang cepat makin penting), itu tandanya kita perlu menaikkan ISO supaya shutter speed bisa dipercepat.
2. Ketika memakai telefoto yang panjang seperti 200mm, kita butuh shutter speed yang lumayan cepat juga, yaitu sekitar 1/jarak fokal X crop factor sensor kamera. Contoh bila memakai kamera Canon 550D, maka 1/200 X 1.6 = 1/320 bila tidak gambar akan berpotensi kabur. Bila lensa tersebut memiliki teknologi peredam getar (IS/VR/SS/SR) maka shutter speednya tidak butuh 1/320 tapi sekitar 1/80 detik saja sudah cukup. Bila kita tidak mendapatkan shutter speed tersebut, kita perlu menaikkan ISO sampai shutter speed minimal terpenuhi.
3. Mirip seperti no. 1. Ketika kita foto subjek yang bergerak cepat dan cahaya yang ada agak gelap. Dengan menaikkan ISO, kita bisa mendapat shutter speed yang lebih cepat untuk membekukan foto.
4. Ketika mengunakan lampu kilat/flash dan kekuatan flash terlalu lemah untuk menerangi subjek dan latar belakang. Kita bisa menaikkan ISO supaya intensitas cahaya flash dan cahaya lingkungan lebih terekam.
5. Ketika kita mengunakan setting bukaan kecil seperti f/8 atau f/16 dan shutter speed yang digunakan terlalu lambat, maka kita perlu menaikkan ISO supaya kita bisa mempercepat shutter speed supaya foto tidak kabur.
6. Saat kita ingin foto kita memiliki efek artistik dengan adanya noise atau berpasir seperti foto hitam putih jaman dahulu.
Kalau melihat skenario-skenario diatas, maka bisa disimpulkan bahwa ISO sangat berkaitan dengan kondisi cahaya lingkungan dan shutter speed. Peran ISO disini memungkinkan kita memilih shutter speed yang lebih cepat supaya foto kita tidak kabur atau terlalu gelap.
Ingin tanyak Koh….,saya sangat tertarik dengan dunia fotografi,dan ingin belajar. Dengan adanya artikel seperti ini terasa sangat membantu bagi pemula seperti saya. Saya ingin menanyakan bagaimana jika kita ingin mencetak foto close up dalam ukuran besar seperti untuk Bennet atau baleho sedangkan kamera dan lensa yang kita gunakan tidak mampu untuk menghasilkan foto dengan resolusi yang tinggi, karena setiap foto dari hasil kamera yang saya gunakan jika di coba di cetak dalam ukuran besar maka hasilnya akan tidak tajam atau blur,saya menggunakan Canon 600d dengan lensa 18-55 dan lensa 55-250mm, mohon minta pencerahannya. Terima kasih…
Saya punya pocket kamera tidak ada pengaturan shutter speed dan apareture. Saya bermaksud menaikan shutter speed dg menaikan ISO, jika pada siang hari,apakah akan over exposure..?
Jika Iya, apakah bisa di turunkan dg menggunakan -/+ EV..?
Terimakasih.
Jika cahaya terang spt diluar ruangan saat matahari terik, tentunya shutter speed otomatis akan cepat.
Kalau menaikkan kompensasi eksposur tentunya bisa jadi over.
Apa funsinya lensa ada vr on-off
Tujuan VR untuk menstabilkan lensa saat ada getaran akibat tangan.
Mau nanya om lensa nikon d7100.apa funsinya vr on-off sama A-M
A-M itu autofokus – manual fokus
Pa mau tanya dong, selama ini cetak photonya pakai printer ya? boleh info dong jenis printer, seri brapa dan bahan kertas photonya merk apa. Biar bisa cetak maksimal, sekalian info tolong masukkan list ya kalau udah buka kelas masteringnya. Saya mau ikut 2 kelas, thx ya
Kalau ukuran kecil saya pakai printer seperti EPSON R3000. Kalau foto biasa yang murmer merek Spektra, tapi kalau mau yang fine art untuk pameran Hahnemuhle
om saya mau peesen kasonya dund yang warna abu2 ko saya sms tidak dibalas tmk
Oke, nanti saya email ya
masih bingung ISO itu apa om
walaupun udah nntn kaset dari buku om
@Yan intinya jika angka ISO tinggi seperti 800, 1600, sensor semakin peka cahaya jadi gambar jadi terang, kalau 100-200 gak peka cahaya, hasil gambar lebih gelap.
fast reply om 😀
kalo penjelasan gitu lebih mudah dicerna :s
tapi kalo ISO tinggi , kelemahan nya juga pasti ada ya om ?
Iya ISO tinggi membuat kualitas gambar jadi berkurang karena munculnya noise(bintik2 pada foto)
hooh gitu ya om
makasih ya
searh2 di google
penjelasan nya ribet banget , bikin makin pusing aja
disini baru beberapa kalimat udah ngerti
makasih om
ko Enche, kapan tepatnya fasilitas ISO 50 pada Canon 5D digunakan?! Apa menjamin hasilnya lbh bagus dari pada ISO 100 atau ISO tinggi lainnya dalam kondisi aperture dan shutter speed yang masih memungkinkan. TK
Info-infonya sangat berguna bagi saya yang pemula.
Untuk hasil foto yg gelap…. Sebaiknya kita mendahulukan merubah shuter speed atau aperture nya…. Agar foto tetap tajam.. .. Thanks bg enche
@John kalau saya prioritas ke naikin ISOnya, lalu bukaan yang besar tapi jangan yg paling besar untuk menjaga supaya tetap tajam maksimal.
Ko Ence,, saya pemula dalam hal photography.. share tentang bukaan-bukaan lensa donk koh,, thankssssss a lott..
@Colin coba dilihat di artikel ini
SIP.
Siang Ko Enche,
Baik ko Enche, saya sdh agak paham skrg, terima kasih banyak untuk penjelasannya.
Pagi Ko Enche, maaf mau tanya, kalau kita menggunakan mode aperture priority, apakah iso di setting pada mode auto cukup baik? terutama jika mau foto2 keluarga outdoor, terutama anak2 yg kadang suka berubah posisi, dan penggunaan fokus yg digunakan sebaiknya one shoot, ai servo atau ai fokus ya ko. Terima kasih
@Awie kadang bisa oke, tapi seringkali juga milih ISO yang kurang pas. Saat motret di kondisi agak gelap dan subjek bergerak-gerak, sebaiknya langsung set ISOnya agak tinggi, misalnya ISO 800 atau bahkan ISO 1600. Posisi mode AF boleh AI Fokus supaya kamera bisa mengikuti jejak subjek kalau sedang bergerak. AI Servo juga boleh kalau subjeknya bergerak terus menerus.
salam enche. saya sudah membeli buku kamera dslr itu mudah! dan sering membaca artikel di blog ini, sangat membantu dalam mendalami fotografi.
setelah membaca artikel ini saya masih belum paham tentang “1/jarak fokal X crop factor sensor kamera”. jika saya menggunakan lensa 55-200mm, dan sedang mengejar momen, saat menentukan shutter speed bisa sesuai teori, tetapi saat membidik di view finder kita tidak bisa melihat di focal range berapa mm lensa sedang berada. bagaimana cara mengatasi hal ini? apakah selalu di set saja ke shutterspeed minimal 1/320 walaupun saat sedang di focal range 105mm misalnya?
terima kasih atas jawaannya dan semoga pertanyaan saya bisa dimengerti.
@andri bisa, dan itu amannya. Tapi kalau motret di kondisi cahaya gelap, mengunakan 1/320 detik terus akan mengakibatkan ISO harus naik cukup tinggi untuk mengkompensasi cepatnya shutter speed. Jadi memang kita harus cukup rajin melihat jarak fokal lensa (lihatnya di lensa).
Oh ya, 55-250mm kan ada image stabilization, jadi saat jarak fokal lensa di 200mm, maka pakai sekitar 1/100 detik biasanya hasil fotonya masih tajam (jika subjek tidak bergerak).
Kalau begitu knp tidak ditulis iso 3200 saja? Apakah ada perbedaan dengan iso 3200? Maaf jika pertanyaan saya terlalu kritis, saya penasaran. Terima kasih.
betul Mark
Range iso kamera saya 100-1600, tapi ada juga H-1. Maksudnya apa itu iso H-1? Apakah sama dengan iso 3200? Terima kasih sebelumnya..
suiiip……. tks infonya
mantappp,,,
Ketajaman,kontras,detail plus bokeh jelas beda, sebab lensa kit vs prime lens,
iya..saya udh liat lensa itu di amazon.com,…killer dompet tu lensa..LOL
Oh ya kalau Sony 135mm f/1.8 CZ
ya betul, tapi kualitasnya beda loh antara lensa 135mm f/2 dengan 55-250mm di f/2 di kamera crop sensor. Perbedaan kualitas maksudnya di ketajaman, kontras, ke mulusan di bagian latar belakang/bokeh).
Wah! fast reply,…
Maksih Koh Enche,…satu lagi,..Potret dengan lensa 135mm yang “katanya” digemari potograper sekelas Stephen Eastwood.
brrt bisa aja saya gunakan pada fokal 90mm dengan lensa 55-200mm?
Bener gk ya nulisnya..
Perhitungan Anda benar. Untuk portrait terutama close-up (kepala dan pundak) memang disarankan memakai lensa telefoto antara 70-200mm (makanya ada lensa seperti 70-200mm ya pak?) hehe
sedikit Out of topik ni koh Ence,
Banyak temen saya yang saranin beli lensa 85mm buat potret model, masalahnya saya pengguna sony a55v yang notabene APS-C, nah. .jika saya hitung2 maka 85mm X 1.5 crop factor = 127.5mm
setau saya, 127.5mm itu rentang Tele Photo.
jadi saya masih menggunakan lensa 50mm f/1.8 buat potret dengan asumsi : 50mm X 1.5 crop factor = 75mm( mendekati 85mm)
apakah hitungan saya salah?
Om Enche, mo nanya nih..
Moto pada objek yang sama persis dng kondisi pencahayaan yg sama persis juga pada iso dan aperture yg juga sama (misal iso 100 dan f3.0) namun dng menggunakan dua kamera yg berbeda (misal kamera poket dan dslr) apakah menghasilkan shutter speed yg sama pula? Terima kasih sebelumnya om.
Seharusnya nilai-nilai tersebut adalah standar/universal, tapi memang kadang2 ada kamera yang sedikit beda standardnya.
tanks … infonya
Ada, namanya highlight alert. Cara lihatnya tinggal buka foto yang telah diambil, lalu pencet tombol DISP dua kali.
saya ingin tanya, di Canon EOS 550D ada gak fitur “highlight warning” seperti yang ada di Nikon?
terima kasih 🙂
Benar sekali, terutama untuk pemakaian di lensa tele 70-300mm pemilihan ISO akan sangat berpengaruh pada hasil…
Salam,
Info yg bermanfaat di tunggu artikel2 lain,…trima kasih infonya…salam…
Terimakasih pencerahannya… Biasanya dengan menggunakah flash eksternal speednya mentok di 200 apa bisa ditingkatkan
@mansyur mestinya bisa kalau pakai mode yang bukan otomatis
sip thanks
Terima kasih infonya.. sangat membantu sekali.. ditunggu tips dan trik yg laennya..
Terima kasih infonya… Salam
sama2