≡ Menu

Pakai bukaan lensa berapa yang terbaik? f/5.6 atau f/8?

Pernah dengar saran fotografer berpengalaman untuk pakai bukaan f/5.6 ? atau f/8 ? Atau dua stop lebih kecil daripada bukaan maksimum, misalnya kalau lensanya berbukaan maksimum f/2.8, maka bagusnya pakai f/5.6. Jika lensanya berbukaan maksimum f/2, maka bagusnya f/4 dan seterusnya.

Catatan: Pengertian bukaan lensa bisa dibaca di artikel ini.

Sebenarnya menjawab sebaiknya pakai bukaan berapa yang terbaik itu tidak mudah, karena kita harus lihat kasus per kasusnya. Saran untuk mengunakan f/5.6 mungkin cocok untuk pemakai lensa kit seperti 18-55mm f/3.5-5.6, karena dengan mengunakan f/5.6, maka setiap kita zoom, bukaan lensa tidak berubah-ubah.

ISO 1250, f/2.8, 1/25 detik, 35mm - Sony A7mk2 + 35mm f/1.4

Satay Ayam Melaka – Selamat menikmati – ISO 1250, f/2.8, 1/25 detik, 35mm – Sony A7mk2 + 35mm f/1.4

Sedangkan yang menyarankan f/8, biasanya dari kalangan fotojurnalis/wartawan foto. F/8 ruang tajamnya cukup luas, sehingga kalau motret dengan f/8 akan tajam fotonya meskipun autofokusnya sedikit meleset. Sebagian besar lensa juga cukup bagus saat distel di bukaan f/8. Namun kalau kita ingin latar belakang blur bagaimana? Ya tentunya f/8 belum cukup besar, harusnya f/2.8 atau lebih besar lagi. Kalau keadaannya gelap bagaimana? ya, mau gak mau pakai shutter lambat atau ISO tinggi.

Saran dua stop lebih lambat biasanya datang dari fotografer yang sangat peduli dengan hal teknis seperti ketajaman foto. Sebagian besar lensa performanya memang lebih baik kalau ditutup sedikit. Contohnya jika lensanya berbukaan maksimal f/1.4, maka jika digunakan di f/2.8, kualitasnya akan lebih tajam. Tapi rumus ini tidak berlaku untuk semua lensa. Ada yang lensa yang di bukaan maksimal, kualitasnya juga sudah sangat baik, malah kalau ditutup terlalu banyak jadi kurang bagus, atau sulit mendapatkan latar belakang yang blur. Di lain pihak, ada lensa yang perlu ditutup sampai 3-4 stop untuk mendapatkan kualitas yang terbaik.

Menurut saya, bukaan yang terbaik adalah bukaan yang sesuai dengan visi fotografernya. Kalau memang mau memberikan kesan dreamy, pakai saja bukaan terbesar seperti f/1.8 atau lebih besar lagi, maka latar belakang akan sangat blur. Sedangkan kalau ingin ruang tajamnya luas, pakai bukaan kecil seperti f/16. Ketajaman antara bidang foto akan merata dari ujung ke ujung foto.

Tentunya bukaan yang harus dipilih juga harus disesuaikan dengan kondisi pencahayaan yang ingin didapatkan. Saat memotret air terjun misalnya, bukaan yang kecil akan membantu untuk mendapatkan shutter speed lambat, sehingga dapat menghasilkan aliran air yang mulus.

Kesimpulannya, fotografi memang tidak mudah bagi yang baru belajar, tapi setelah banyak praktik dan belajar, kita akan semakin mengerti bukaan yang paling tepat di setiap kondisi / kasus yang kita jumpai.

——–

Bagi pemula, jangan lewatkan pengenalan fitur dan setting kamera di acara kupas tuntas kamera digital (DSLR, mirrorless).

Belajar memanfaatkan cahaya alami / matahari dan flash dalam workshop foto portrait outdoor.

About the author: Enche Tjin adalah pendiri Infofotografi, seorang fotografer, instruktur fotografi, penulis buku dan tour photography organizer. Saat ini, ia bertempat tinggal di Jakarta. Temui Enche di Instagram: enchetjin

{ 2 comments… add one }
  • Iwan_poe November 30, 2018, 1:45 pm

    Nah ini baru paham saya?

  • handi June 4, 2015, 6:29 pm

    Koh klo mau motret macro dngan lensa 100mm bgus,a di bukaan berapa

Cancel reply

Leave a Comment