≡ Menu

Tips motret model outdoor dengan teknik flash cross lighting

Halo semuanya, sepertinya cukup lama saya tidak menulis disini, mohon dimaklumi karena selain faktor malas, juga banyak faktor lain seperti banyak kerjaan, sibuk cari project dan banyak alasan yang jika dikumpulkan bisa jadi faktor ngeles yang mantap, hahaha…

Kali ini saya akan coba sharing sebuah pemotretan yang saya lakukan outdoor dan yang membuat foto ini jadi menantang adalah, waktu yang tersedia hanya dari jam 11 siang hingga jam 2 siang. Ini adalah “waktu terburuk” jika kita akan melakukan pemotretan jika hanya dengan mengandalkan available light dari cahaya matahari saja.

Lokasi yang dipilih adalah disebuah lapangan olahraga, tennis dan futsal yang disekelilingnya terdapat banyak pepohonan yang teduh sehingga banyak area yang teduh dibawah bayangan pohon, namun dibagian bayangan pohon ini juga besar terjadi adanya “cahaya bocor” matahari yang cukup keras dari sela sela dedaunan yang bisa mengakibatkan “bopeng” cahaya yang sangat mengganggu, terutama jika jatuhnya di bagian wajah model.

Untuk mengatasi hal ini, salah satu cara yang paling efektif adalah dengan acara menggunakan artificial light – dalam hal ini saya akan gunakan lighting strobist dengan teknik cross light.

Teknik ini merupakan salah satu teknik dasar Strobist dan juga sangat simple, cukup dengan dua flash saja dan dengan penempatan posisi yang tepat, akan menghasilkan pencahayaan yang sangat bagus. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat Lighting Diagram yang saya gunakan seperti dibawah ini :

Semua flash yang saya gunakan adalah naked, dalam artian tanpa menggunakan softbox, payung atau aksesoris lainnya. Saya mencoba memaksimalkan pengaturan cahaya dengan cara mengatur di masing-masing flashnya.

Untuk lebih detailnya mari kita bahas detail satu persatu, kita mulai dari Flash :

Flash 1, posisi kiri depan dari model. Flash ini bertujuan sebagai main lighting, yang juga berfungsi untuk menetralisir cahaya matahari yang “bocor” dari sela sela dedaunan. Zoom Flashnya saya set agak lebar sekitar 35mm, agar bukaan arah cahayanya  lebih lebar dan besar, mulai dari area wajah hingga badan. Power nya 1/8 dengan jarak antara Flash ke Model sekitar 3 meter.  Dengan posisi ini saya harapkan cahaya dapat sampai dengan merata kebagian wajah dan tubuh model, dengan tidak terlalu keras, namun dapat menutupi cahaya matahari yang jatuh dari sela dedaunan.

Flash 2, posisi kanan belakang dari model. Flash ini bertujuan sebagai rim light. Rim light ini berfungsi untuk membuat foto menjadi lebih berdimensi dan lebih menarik. Arah cahaya langsung ditujukan pada bagian kanan belakang model, Powernya sama 1/8 namun jarak Flash ke Model lebih dekat, hanya sekitar 1 meter dengan zoom 85 mm. Perlu diperhatikan sekali agar jangan sampai cahaya Flash ini bocor ke lensa, arahnya harus lebih menyamping dan pastikan lensa memakai hood / tudung lensa.

Kamera, untuk pemotratan ini saya menggunakan Nikon D7000 dengan lensa AF-S 17-55 F/2,8. ISO 100, Focal Length 38 mm dengan diafragma F/5,0 dan Speed 1/160 sec.

Hasil tampilan di Lightroom adalah sebagai berikut :

Hasil ini adalah setelah saya gunakan preset di Lightroom, untuk melihat hasil aslinya bisa dilihat pada foto dibawah ini, dengan pilihan foto portrait – untuk lebih memudahkan melihat hasil “before – after” di Lightroom.

Dari foto diatas dapat dilihat hasil dari Cross Lighting ini dimana bagian wajah dan tubuh model terlihat pop-up dan detail tanpa ada “bocoran” cahaya matahari,  bagian “bocor” cahaya matahari ini dapat dilihat pada lantai di background. Dan detail pada rambut baik bagian depan dan belakang samping juga terlihat bagus dengan rim light pada kanan model.

Setelah melewati proses post-processing di Photoshop, dapat kita lihat dua pilihan foto dari sesi ini seperti berikut :

About the author: Purnawan Hadi adalah seorang fotografer lepas, suka pada Fashion, Product dan Street Fotografi. Suka belajar dan berbagi mengenai fotografi. Saat ini tinggal di Solo dan Denpasar. Silahkan kunjungi juga Instagram: @purnawanhadi

{ 7 comments… add one }
  • Reza Rahmat Putra August 8, 2019, 7:03 am

    Selamat pagi waktu saya menulis…hehe.

    First… Artikel nya bagus Om… Terima kasih sharing nya.

    Mohon pencerahannya om … Saya hanya punya X-E2S, kalo saya mau belajar strob…

    Flash merk Godox cukup kah? Point’ utamannya adalah harga murah, jangka panjang dan capable utk strobies.

    Terima kasih..

    • Erwin Mulyadi August 9, 2019, 9:40 am

      Murah iya, capable untuk strobist juga iya. Soal jangka panjang semestinya juga awet tergantung pemakaian.

  • Liberumdreamer May 29, 2019, 12:09 pm

    Mantap suhu tips nya, semoga dapat dipraktekan dengan baik. Review Canon G7X mark II https://areafotografi.home.blog

  • nbsusanto May 14, 2019, 4:08 pm

    misi om mau tanya,
    tripod Benro IS05 kalau tujuannya light travelling untuk dokumentasi pribadi dan sesekali cari konten untuk recehan, worth it ndak ya? atau ada rekomendasi lain?
    soalnya saya sekarang pake Victory 3010B, anteb sih cuma dia berat dan nggak bisa dilipat terlalu ringkas.
    mau beli yang lebih mahal kok budgetnya ndak nyampe. hehehe.
    makasih om.

    • Purnawan Hadi May 14, 2019, 9:14 pm

      Sepertinya ini sedikit out of topic hehehe.. tapi gak apa, kalau pendapat saya kalau tujuannya buat light traveling, itu tripod Benro IS05 udah pas, ringan dan harganya cukup terjangkau.

      Tripod yang lebiih berat, saya gunakan karena satu alasan… yaitu lebih stabil. jadi kalau saya mau ambil video time lapse atau mau ambil foto long exposure, kamera tidak ada goyang karena tripod nya kokoh.

      Semua ada kelebihan dan kekurangan, tripod ringan basnaya mudah untuk traveling karena ringkas. Namun tripod berat lebih stabil, tetapi biasanya ribet kalau mau dibawa kemana mana.

      nah, mas Susanto bisa ambil kesimpulannya kan 🙂

  • Komar May 13, 2019, 9:27 pm

    Master Strobist…. keren Oom

Leave a Comment