≡ Menu

Review Ricoh GR III – Kamera legendaris untuk street

Kamera Ricoh GR III adalah kamera pocket premium yang punya ciri khas yang unik dan sudah turun-temurun dari era kamera film. Filosofi utama Ricoh GR adalah harus compact, bisa dikantongi (pocketable) dan memberikan kualitas gambar terbaik dengan ukuran dan teknologi saat itu.

Filosofi seri GR dari dulu sampai saat ini tetap sama, yaitu memiliki body yang compact dengan lensa ekuivalen 28mm. Dari tahun ke tahun, yang berubah biasanya ukuran sensor dan software di dalamnya.

Ricoh GR I yang diluncurkan tahun 2015 merupakan kamera yang menarik karena mengunakan sensor APS-C, sebelumnya seri GRD mengunakan sensor yang lebih kecil (1/1.17″). Saya pribadi pernah menikmati mengunakan Ricoh GRD IV tapi sayangnya sudah rusak dan gak layak diperbaiki lagi.

Antara GR I ke II tidak banyak peningkatan, tapi setelah empat tahun, banyak perubahan dari GR I ke III. Saat diluncurkan GR III sempat menuai kontroversi karena cukup banyak yang berubah, diantaranya:

GR III tidak punya built-in flash, dan tidak memiliki tombol atas bawah. Sebagai gantinya, GR III punya built in shake reduction (IBIS), layar LCD touchscreen, roda kendali di bagian belakang kamera membalut tombol empat arah.

Dalam pengalaman saya mengunakan Ricoh GR III ke beberapa tempat di Tangerang, saya senang karena ukurannya yang kecil dan ringan, saya bahkan tidak membawa tas, tinggal simpan ke kantong saja beres.

Menjelang malam, saya sedikit kesulitan dalam autofokusnya, yang meskipun di klaim hybrid tapi tetap hunting dan kadang nyasar di latar belakang. Pengguna lama Ricoh GR, sering mengunakan snap focus, artinya kita dapat menyetel fokusnya ke 1, 1.5, 2, 2.5, 5 meter atau infinity, waktu kita full press shutternya jadi tidak kehilangan moment.

Kualitas gambar seperti kamera APS-C lainnya akan muncul noise yang cukup banyak di ISO 1600 atau lebih tinggi lagi. Preset photo style untuk file JPG-nya cukup banyak, dari standard, vivid, dll tapi yang paling menonjol adalah Hi Contrast BW, dimana banyak yang mengatakan bahwa adalah Signature look dari Ricoh GR. Karakternya super tajam, kontras, dan grainy.

Foto-foto dibawah ini mengunakan High Contrast BW, dan untuk warna biasanya saya mengunakan Positive Film:

ISO 100, f/2.8, 1/50 detik
ISO 640, f/2.8, 1/8 detik
ISO 640, f/2.8, 1/8 detik
ISO 800, f/2.8, 1/80 detik
ISO 3200, f/2.8, 1/80 detik
ISO 1250, f/2.8, 1/15 detik
ISO 1600, f/2.8, 1/60 detik
ISO 800, f/2.8, 1/15 detik
ISO 800, f/2.8, 1/30 detik
ISO 640, f/2.8, 1/30 detik

Ricoh mengklaim shake reductionnya bisa untuk 4 stop, tapi dalam praktik di lapangan saya pribadi lebih pede saat mengunakan shutter speed sekitar 1/15 detik (1 stop). Jika saya mengunakan 1/8 detik (2 stop), saya harus berhati-hati dan meninjau foto lebih sering untuk memastikan subjek tajam.

Yang saya sukai juga dari Ricoh GR III adalah memiliki Highlight-weighted metering, yang menjaga bagian terang tidak terlalu terang. Prinsip ini mirip dengan ETR (Expose to the right).

Foto sebelah kiri dibuat saat mengunakan highlight-weighted metering, sedangkan yang akan mengunakan multi-segment metering. Saat highlight-weigted metering aktif, dia menjaga tulisan It’s Your Kopi supaya bisa kebaca, sedangkan di multi-segment metering, dia akan lebih mementingkan keseluruhan bagian foto dan mengorbankan bagian yang terlampau terang.

Seperti pendahulunya, GR III punya berbagai aksesoris pendukung misalnya wide angle conversion (GW-4, ekuivalen 21mm), jendela bidik optik (GV-1 / GV-2).

Meskipun kecil, kamera ini banyak tombol, fungsi dan menunya, sehingga butuh waktu yang cukup lama supaya kita bisa familiar dan nyaman mengunakannya. Untungnya kamera ini mudah dikustomisasi dan setting default dari kameranya sudah cukup intuitif terutama bagi yang berpengalaman mengunakan GR seri sebelumnya.

Untuk mempertahankan body yang kecil, tapi dengan teknologi yang lebih maju, kapasitas baterai GR III boleh dibilang agak minim. Setelah kira-kira 120 jepret, saya melihat indikator baterai tinggal 1/3. Memang 200 per full charge (CIPA standard), tapi untungnya GR III memiliki port USB-C dimana saya bisa charge dengan powerbank.

Kesimpulannya, Ricoh GR III adalah kamera pocket yang memiliki filosofinya yang unik dan tidak seperti kamera pocket lain yang fokusnya lebih ke kamera serbaguna seperti punya lensa zoom yang panjang. Sebagai kamera yang special, pasti ada kubu yang senang sekali dengan kamera ini, tapi juga akan ada yang kesal. Bagi saya, Ricoh GR III ini cukup menyenangkan untuk digunakan sehari-hari terutama untuk street / candid photography.

Review Ricoh ini bisa ditonton juga di Youtube

Kelebihan Ricoh GR III

  • Ukuran ringkas, bisa dikantongi
  • Desain kamera bagus dan kokoh
  • Sensor besar (APS-C) beresolusi 24MP dengan lensa lebar (28mm f/2.8)
  • Punya shake reduction (IBIS)
  • Startup (buka tutup kamera) cepat
  • Highly customizable
  • High Contrast BW
  • Raw Development di kamera

Kelemahan Ricoh GR III

  • Tidak weathersealed, tidak tahan air dan badai debu
  • Kinerja autofokus yang suka “hunting” terutama di kondisi gelap
  • Lensa tidak bisa zoom (Bisa crop)
  • Kapasitas baterai rendah (200 foto per full charge)
  • Roda dial belakang agak flimsy (lemah dan tipis, kurang kokoh/berat).

Harga kamera Ricoh GR IV ini Rp 13.999.000,-

Bagi yang berminat memesan atau ingin mempelajari kamera ini boleh hubungi kami 0858 1318 3069. Kami bisa membantu.

About the author: Enche Tjin adalah pendiri Infofotografi, seorang fotografer, instruktur fotografi, penulis buku dan tour photography organizer. Saat ini, ia bertempat tinggal di Jakarta. Temui Enche di Instagram: enchetjin

{ 3 comments… add one }
  • Nuna March 24, 2020, 11:04 am

    Antara ricoh gr iii sama leica d-lux (typ 109) lebih baik yg mana ya kalo buat human interest & portrait fotografi?

  • Samuel March 13, 2020, 9:47 pm

    Koh, sy mau minta pendapat… Kl unt street photografi yg ringkas dan tidak perlu ganti2 lensa, lebih baik ricoh gr3 atau sony a6400+20mm 2.8?
    Dari segi kualitas autofocus dan kualitas hasil gambar nya.
    Makasih

Leave a Comment